Author's note: Setelah sekian lama tidak buat fic, malah pindah ke fandom lain. Ok, Fic pertamaku di fandom ini. Jadi maafkan saja kalau banyak kekurangan...

WARNING: Only Friendship, kekerasan, bloody theme, mungkin sedikit OOC...


"... Jangan..."

"... Jangan tinggalkan aku sendiri..."

"Aku..."

"Aku... Tidak ingin sendiri lagi..."

"Aku..."

KRRRIIIIINNNGGG!

"Onii-chan! Ayo bangun! Nanti kamu telat ke sekolah lho!"


Disclamer: ATLUS (SHIN MEGAMI TENSEI: PERSONA 4)

That's Only Past

Chapter 1


"Onii-chan! Ayo bangun! Nanti kamu telat ke sekolah lho!" seru Nanako, sepupu perempuanku, dari lantai bawah dimana dia menyiapkan sarapan.

Aku mengangkat tubuhku dan mengambil HP disebelahku. Kubuka slidenya dan terlihat sekarang jam menunjukan pukul 7 tanggal 31 Desember 2011. Hari ini hari terakhir sekolah di tahun 2011 dan pulang dari sekolah, semua teman-temanku akan mengadakan acara tahun baruan di rumahku...

Lebih tepatnya rumah pamanku...

Aku mengusap rambutku sambil beranjak menuju lemari untuk berganti pakaian. Setelah bersiap-siap, aku menurui tangga untuk pergi ke kamar mandi.

"Ohayou, Onii-chan~" ceria Nanako menyambut pagiku ini.

Walau dia sepupuku, dia sudah kuanggap adik sendiri. Mengingat, aku anak tunggal. Dia sama sepertiku, anak tunggal. Ayahnya, atau pamanku, seorang detektif di Inaba. Tentu, itu membuatnya sangat sibuk bahkan dia jarang pulang. Tapi, setelah aku menceramahinya -?!-, dia sudah mulai mengisi waktu bersama di rumah.

Nanako baru saja keluar dari rumah sakit sekitar seminggu yang lalu. Demi merayakan natal bersama, dia diperbolehkan oleh dokter untuk keluar. Tetapi, dia harus tetap melakukan rawat jalan. Ya... Dia baru mendapatkan suatu keajaiban, kembali dari kematian... Itu benar-benar suatu keajaiban...

Nanako melihatku dengan tatapan heran. Aku terdiam. "Err... Nanako? Kenapa kau melihatku begitu? Aku memang belum cuci muka kok! Aku baru mau ke kamar mandi seka-"

"Onii-chan menangis?" tanya polos Nanako.

Aku terdiam dan mengusap sekitar mataku dan dia benar! Ternyata aku menangis. Aneh... Perasaan, tidak ada hal yang sedih saat ini. Apakah gara-gara...

"Onii-chan mimpi buruk?"

Mimpi?

Benar... Mungkin karena mimpi semalam... Tapi, aku tidak bisa ingat secara pasti mimpi apakah itu sehingga aku menangis. Aku mengusap airmata yang masih tersisa dan mengusap kepala Nanako dengan tanganku yang lain agar dia tidak khawatir.

"Aku gak apa... Tadi malam kayanya aku mimpi buruk. Oh ya, Nanako mau aku bantu?" tawarku untuk mengalihkan pembicaraan.

Nanako menggelengkan kepalanya. "Tidak, Nanako bisa sendiri! Onii-chan siap-siap untuk ke sekolah saja!"

Aku mengangguk dan pergilah aku ke kamar mandi. Kubasuh wajahku dan kulihat pantulan wajahku di cermin. Mataku memerah dan kantung mataku tebal. Aku mencoba mengingat-ingat kembali mimpi semalam. Tapi, itu hanya membuat kepalaku menjadi pusing. Aku menggelengkan kepalaku dan memukul pelan pipiku.

"... Saatnya berangkat ke sekolah..."

Saat perjalanan menuju sekolah (jalan kaki), aku melihat keatas langit. Terlihat awannya gelap cukup mendominasi langit. Semoga saja saat malam pergantian tahun baru, tidak turun hujan. You know, sekarang bumi sedang mengalami global warming sehingga suhu dan cuaca di bumi kacau. Maka para pembaca yang budiman, jagalah bumi kita... Ok maaf ngelantur... Ini membuktikan betapa pedulinya aku pada bumi ini...

Tiba-tiba, seseorang menepuk pundakku dari belakang.

"Yo! Partner!"

Aku menoleh dan dia adalah sahabat paling dekatku disini, Yosuke Hanamura. Caranya berpakaian terlihat cukup hangat. Dengan syal coklat yang melindungi lehernya, tidak terlupakan headphone oranyenya yang selalu melekat di telinganya. Setelah menyelesaikan kasus Mayonaka TV, hubungan kita sedikit merenggang. Kita berdua sama-sama disibukkan oleh part time.

"Hari ini jadi kan acara tahun baruan di rumahmu?" tanyanya dengan semangat. Yap, Yosuke memang selalu bersemangat jika kita semua kumpul. Padahal, kita baru kumpul pas natal kemarin deh.

"Ya... Nanako sudah menunggu kalian. Kalian harus datang ya jika kalian masih ingin melihat matahari terbit pada tanggal 1 Januari 2012..." senyumku dengan aura gelap yang berada di belakangku.

"Kamu... Benar-benar sister complex, Yuu..." pucat Yosuke.

Aku hanya tertawa mendengar perkataannya itu.

"... Jangan..."

Ugh... Suara ini? Bukannya suara...

"... Jangan tinggalkan aku..."

"Ugh..."

"Yuu? Kamu kenapa?" tanya Yosuke panik. Dan dia mendekatiku sewaktu tahu aku terjatuh. Dia memegang pundakku.

"Yosuke... Kepalaku..." ucap lemahku. Badanku gemetaran. Napasku pendek. Suara ini.. Suara ini bergema dengan keras di kepalaku. Aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Peganganku di lengan Yosuke pun tidak sekuat aku memegang pedangku.

"... Aku tidak mau sendiri..."

"Yuu!" seru Yosuke.

"Yosu-"

BRUUK

"YUU! YUU!"

XXX

Dimana ini?

Itu pertanyaan yang terlontar di pikiranku saat melihat keadaan sekitarku yang berwarna hitam. Gelap gurita. Tidak ada penerangan sedikitpun dari mana-mana…

"… ngan…"

Suara ini lagi…

Suara yang sama saat seperti tadi. Apakah ini, mimpi? Ah… Aku baru ingat… Aku pingsan… Pasti ini adalah sebuah mimpi…

"… Siapapun… Aku…"

Suaranya berasal darisana...

Aku menoleh kearah kanan tempatku berdiri dan tiba-tiba aku melihat seberkas cahaya yang menyinari seorang anak kecil yang sedang menangis dengan memeluk boneka kelincinya. Boneka itu terlihat kotor dan rusak. Banyak robek-robek disekujur boneka tersebut. Baju anak tersebut terlihat cukup longgar. Tetapi, aku tidak tahu itu siapa…

"… Jangan tinggalkan aku sendiri…"

Aku pun berjalan mendekatinya agar aku bisa tahu siapa anak yang muncul dimimpiku ini. Mungkin saja aku bisa membantunya di dunia nyata. Tetapi, saat aku sudah berada di dekatnya, aku kaget…

"Aku tidak mau sendiri…"

Itu… Aku?

(NORMAL POV)

Keadaan begitu hening di ruangan yang didominasi warna putih itu. Jam menunjukan pukul 10.05. Diatas ranjang tersebut, tertidur seorang pria dengan rambut peraknya. Infus tersambung di pergelangan tangannya. Wajahnya terlihat pucat. Ya, tadi pagi tiba-tiba saja dia pingsan saat perjalanan menuju sekolah bersama temannya. Temannya itu yang mempunyai warna rambut coklat, duduk di samping ranjangnya, menunggu perkembangan dari teman atau lebih tepatnya, sahabat karibnya.

Tiba-tiba, temannya yang tertidur di ranjang, membuka matanya. Sontak, Yosuke bangkit dari tempat duduknya dan melihat temannya itu.

"Yosuke? Dimana ini?" Tanya Yuu dengan pelan. Yap, dia memang baru bangun dari tidurnya.

"Kau di rumah sakit! Syukurlah kamu sudah bangun. Kalau begitu, aku akan kembali ke sekolah. Kamu istirahat saja dulu disini. Aku sudah hubungi Doujima-san!" lega Yosuke dan dia pun mengambil tasnya kemudian merapihkan seragamnya.

Yuu terdiam melihat Yosuke yang akan meninggalkannya sendiri di rumah sakit.

Sendiri?

"Yosuke…"

Yosuke menoleh tahu namanya dipanggil. "Ada apa, partner?"

Yuu terdiam dan melihat Yosuke. Tetapi, dia tidak berbicara sedikitpun. Yosuke pun memanggilnya kembali. "Ada apa, Yuu? Nanti makin siang aku datang, aku makin dimarahin oleh wali kelas!"

Yuu akhirnya bangun dari lamunannya. "Ah? Oh ya… Aku baru ingat… Absenmu cukup kritis ya. Ya sudah, terima kasih sudah bawa aku kemari. Nanti malam, kita ketemu di rumahku…"

Yosuke terdiam. Dia merasa sesuatu yang janggal dari sahabatnya itu. Dia terdiam dan kemudian dia memutuskan untuk duduk kembali dan menaruh tasnya di samping kursi. Dilepaslah ikatan syalnya dan membuka kancing pertama jaketnya.

"Aku akan menunggumu disini!".

Yuu kaget. "Oi? Bukannya kamu mau ke sekolah? Ke sekolah saja! Aku tidak apa-apa!"

Yosuke melihat Yuu dengan tatapan kesal. "Tidak apa-apa apanya?! Memanggil orang tanpa sebab itu pasti dia mempunyai sesuatu yang ingin orang tersebut lakukan. Sudahlah Yuu, kau mau bicara apa? Masalah sekolah, aku bisa minta dispensasi dari Kashiwagi-sensei!" kesal Yosuke dengan nada yang sudah meninggi.

Yuu terdiam. Dia sedang menenangkan diri untuk mulai bicara.

"Yosuke, aku…"

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan masuklah seorang pria dengan jasnya yang disimpan di bahunya. "Yuu? Apa yang terjadi denganmu?"

Yosuke bangkit dari kursinya dan menundukan kepalanya. "Selamat pagi, Doujima-san!"

Doujima menganggukkan kepalanya. "Oh? Hanamura? Kamu yang menunggu Yuu dari tadi? Maaf merepotkanmu, ya!"

Yosuke menggelengkan kepalanya. Dia membukukkan tubuhnya dan meminta maaf. "Sebagai partnernya, saya tidak bisa membantu banyak. Maafkan saya!"

"Hahaha! Jangan teralu formal! Kau sudah seperti bagian dari keluargaku kok! Jadi, jangan sungkan lagi!" tawa Doujima sambil menepuk pelan punggung Yosuke. Bagi Yosuke, itu tidak pelan. Ya, selain detektif, Doujima adalah seorang polisi dan dijamin dia punya bekal kemampuan fisik sebelum masuk ke kepolisian.

"Paman? Kamu bolos kerja?" Tanya Yuu dengan dingin.

Doujima tertawa lepas. "Bolos? Jaman sekarang bolos kerja?! Ya elah! Aku izin! Aku bilang salah satu anakku sakit dan sekarang ada di rumah sakit. Kerjaan? Aku kasih ke bawahanku yang baru. Ahahaha…"

Yuu dan Yosuke hanya bisa terdiam. Mentang-mentang luka yang dia derita akibat kecelakaan mobil sudah sembuh, dia pun bisa dengan tenangnya tertawa seperti itu.

Doujima yang teringat sesuatu, memanggil Yosuke. "Oh ya, Hanamura. Bisa ikut aku sebentar?"

Yosuke mengangkat alisnya. Dia ingin pergi tetapi jika dia pergi, Yuu akan sendirian di ruangan itu. Yuu tersenyum, "Pergilah! Nanti aku bisa melanjutkannya lagi…"

Yosuke mengangguk dan dia pun membalas ajakannya Doujima. Mereka keluar dari kamarnya Yuu dan berjalan ke cafeteria yang berada di lantai paling atas. Doujima duduk di bangku dekat jendela di bagian smoking area diikuti Yosuke yang duduk di depannya.

"Anoo… Ada apa, Doujima-san?" heran Yosuke.

Pelayan datang mendekati mereka dan menawarkan menu. Doujima memesan Black Coffee dan Yosuke memesan Cream Coffee. Doujima mengeluarkan rokoknya dan menghela napas.

"Ini mengenai Yuu."

Yosuke mengangkat alisnya. "Yuu? Kenapa dengan dia, Doujima-san?"

"Tadi pagi, aku mendapat kabar dari Nanako kalau dia habis menangis. Apakah dia mempunyai masalah di sekolahnya sampai dia seperti itu?" Tanya Doujima serius.

Suasana disana terasa mencengkam. Ternyata, Doujima mengajak Yosuke ke cafeteria adalah menanyakan berbagai pertanyaan yang membuat dia penasaran akan apa yang terjadi pada Yuu.

"… Aku tidak tahu, Doujima-san. Kemarin di sekolah, Junes, TV World, dia tidak terlihat aneh. Hanya tadi… Dia seperti sedang memikirkan sesuatu.." Ulas Yosuke sambil mengingat apa yang terjadi sebelum-sebelum ini.

"Memikirkan sesuatu? Apakah kau tahu kira-kira apa yang dipikirkannya?" Tanya Doujima.

Yosuke menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba dia teringat pada saat dia menunggu Yuu, sahabatnya itu mengigau…

"… Aku tidak mau sendiri… Ya, itu yang dia ucapkan saat dia tertidur. Kalau boleh tahu, apa yang terjadi sebelum dia pindah kesini, Doujima-san?" penasaran Yosuke.

Doujima menghela napas. "Dia berkata seperti itu? Aku tidak tahu secara pasti. Dia hanya dititipkan padaku selama setahun disini. Karena itu dia harus pindah ke sekolah disini. Kalau mengenai kehidupan sekolahnya yang dulu, kau bisa tanya langsung pada orangnya. Kalau kehidupan keluarganya… Yang kutahu, tidak ada masalah… Jika ada masalah, paling masalah yang biasa ada di sebuah keluarga saja..."

Yosuke terdiam. Dia mengingat-ngingat saat dimana Yuu menginggau hal tersebut. Tangannya gemetaran dan terasa seperti orang yang ketakutan. Yap, mungkin itu semua hanyalah mimpi buruk akibat panas tinggi. Lagipula, tadi suhu tubuhnya memang tinggi kok!

"Ok, aku akan bertanya pada dia jika keadaannya sudah membaik…" mengangguk Yosuke.

Doujima meminum kopinya yang baru saja datang. "Oh ya, ada yang mau kutanyakan lagi padamu!"

"Ya?" heran Yosuke.

"Tadi, dokter yang memeriksa keadaan Yuu bicara apa? Apa penyebabnya Yuu pingsan?" Tanya Doujima dengan serius.

"Ah? Itu… Dia hanya menderita panas tinggi dan migraine kok… Nanti sore dia sudah bisa pulang!" senyum Yosuke.

Doujima menghela napas. "Syukurlah! Kukira ada yang lain…"

Yosuke menundukkan kepalanya. "Ya…"

XXX

"Onii-chan! Okaeri! Ah? Yosuke nii-chan juga! Okaeri!" ceria Nanako menyambut dua sahabat ini.

"Nanako-chan~ Bagaimana kabarmu?" Tanya Yosuke sambil mengelus-eluskan kepala Nanako.

Nanako terlihat sangat ceria, menandakan kalau dia sudah pulih. Nanako bertanya kemana Kuma. Yosuke menjawab dengan senyum kalau Kuma sedang kerja di Junes. Hari ini adalah hari kerjanya Kuma. Kalau Yosuke, dia meliburkan diri... Nanako melihat Yuu yang membawa sebuah plastic bag dari Junes yang berisi berbagai minuman ringan. Yap, setelah balik dari rumah sakit, Yuu langsung ke Junes ditemani Yosuke. Tentu Nanako tidak tahu kalau tadi pagi dia ke rumah sakit. Suatu keajaiban dirawat di rumah sakit hanya beberapa jam. Tetapi karena itu, Yuu harus istirahat kurang lebih 3 hari di rumah.

"Whoa! Junes! Onii-chan ke Junes? Enaknya~ Aku sudah lama tidak kesana…" Nanako terlihat sedikit murung.

Yosuke pun menghibur sepupu sahabatnya itu. "Tenang~ Bagaimana kalau kita besok lusa jalan-jalan kesana? Mulai besok sampai minggu depan di Junes ada diskon tahun baru. Ayo kita kesana!"

"Waaahh? Benarkah? Ayo ayo! Junes wa, daisuki!" ceria Nanako. Tawa mereka berdua pun menggema di ruangan tersebut.

Yuu hanya bisa tersenyum dan membawa belanjaannya itu keatas meja makan. "Nanako, apakah kamu bisa siapkan air mandi? Aku mau mandi dulu. Setelah mandi, aku akan membantumu menyiapkan makanan."

Nanako mengangguk dan dia pun berjalan dengan riang ke kamar mandi. Yuu menyuruh Yosuke untuk ikut dengannya ke kamar. "Sambil menunggu yang lain, ayo kita ke kamar. Simpan saja barang-barangmu di kamarku!"

Sesampai di kamar yang cukup rapih untuk anak laki-laki, Yuu duduk di kasur dan Yosuke duduk di sofa. Dibuka ikatan syalnya dan disimpan diatas tasnya. Yuu membuka jaketnya dan menghela napas. "Maaf aku telah membuatmu bolos sehari."

Yosuke tertawa. "Ahaha… Santai saja, bro! Toh, Doujima sudah ngirim surat pernyataan ke Kashiwagi-sensei. Aku yakin guru cerewet itu akan memberikanku izin!"

Yuu tertawa kecil. "Aha… Ok Ok!"

"Onii-chan! Air sudah siap!" seru Nanako dari bawah.

Yuu bangkit dari tempatnya dan mengambil pakaiannya dari lemari. Sebelum keluar, dia melihat Yosuke yang terdiam di sofa. "Hari ini kamu menginap disini kan? Kalau begitu, habis aku, kamu mandi. Nanti kita bantu Nanako di dapur…"

Yosuke mengangguk. "Ya!"

Yuu pun meninggalkan kamarnya. Yosuke melihat tas picnicnya dan mengeluarkan pakaian gantinya yang berupa kaos V-neck berwarna biru muda dan celana training hitam. Dia melihat sekitar dan terlihat sebuah buku yang tersimpan tidak pada posisi yang rapih di sebelah kasur. Dia pun membuka buku yang hanya terlihat sebagai buku agenda biasa. Saat dia membukanya, dia sangat terkejut… Karena setiap dia membuka halaman, dia hanya melihat tulisan coretan anak kecil yang berisi…

Jangan tinggalkan aku…

Aku tidak mau sendiri…

Kenapa aku ditinggal sendirian?

Ayah? Ibu? Kalian dimana?

Aku tidak mau berada disini…

Ditulis dengan tinta merah…

"… Bukannya… Yuu baru kali ini pisah dengan orang tuanya? Memang, apa yang sebenarnya terjadi?" bingung Yosuke. Dan betapa terkejutnya saat dia membuka halaman terakhir buku tersebut dan ditulis oleh darah.

Mereka semua hanya memanfaatkanku… Mereka hanya memperlakukanku seperti benda. Aku dianggap boneka mereka. Boneka yang diawal disayang tetapi kemudian diakhir diabaikan kemudian dibuang. Mereka pantas untuk mendapatkannya…

Yosuke meneguk ludahnya untuk menghilangkan ketakutan dia membaca agenda ini. Dia pun membuka halaman selanjutnya dan tulisannya mulai berubah… Ya, mereka menggunakan tinta biru dan terlihat masih baru.

Satu hal yang aku baru rasakan saat tinggal disini… Kehangatan diantara teman-teman, keluarga, dan berbagai macam orang… Semuanya… Aku… Aku tidak mau kehilangan ini semua…

Kalau perlu, aku tidak harus kembali ke kota asalku dimana aku tidak bisa mendapatkan ini semua… Aku tidak mau meninggalkan semua dan aku juga tidak mau semua meninggalkanku. Aku… Aku tak ingin sendiri lagi… Di kota yang ramai tapi dingin… Aku tak mau kesana lagi… Tidak mau…

"Yuu…"

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan munculah Yuu yang sedang mengeringkan rambutnya. Kesempatan itu dipakai Yosuke untuk menyimpan agendanya ke tempatnya semula. "A… Ah? Yuu? Sudah enakan?"

Yuu mengangguk. "Ya! Sekarang giliranmu mandi. Ayo, keburu airnya dingin! Hm? Ngapain kamu disana?"

Yosuke mengangkat alisnya panic. "Err… aku tadi melihat sesuatu yang bergerak berwarna hitam. Kukira itu tikus… Ternyata hanya halusinasi saja… Ahaha… Ahaha…"

Yuu tertawa kecil. Yosuke pun berjalan keluar tanpa melupakan baju dan handuknya.

Sesaat setelah Yosuke keluar dari kamar, Yuu terdiam melihat tempat ia menyimpan agenda yang tadi dibaca Yosuke.

"... Posisinya... Berubah?"

XXX

"Yo, kami datang!"

"Selamat malam, Nanako-chan..."

Nanako mendengar pintu terbuka, berlari menuju sana. "Selamat datang, Chie-nee san! Yukiko-nee san!" senyumnya.

Nanako pun mengajak Chie dan Yukiko untuk masuk. Saat mereka duduk di ruang tengah, mereka kaget akan siapa yang berada di dapur.

"Na... Narukami?! Hanamura?! Ka... Kalian yang masak?" kaget Chie.

"Any problem? Aku tidak akan membiarkan kalian menyajikan mystery food x new year edition disini!" sinis Yosuke samabil mengaduk sebuah panci besar.

Mendengar perkataan itu, para wanita yang datang terdiam membatu. Mungkin saja saat natal kemarin mereka memasak menjadi enak itu karena ada Naoto. Tetapi, kalau hanya mereka berdua… Mungkin akan tercipta Mystery Food X New Year Edition

"Haha… Sekarang giliran kami saja yang masak. Kalian bantu mempersiapkan alat-alat saja di meja. OK?" senyum Narukami menghibur mereka.

"Kau teralu baik, Yuu…" hela Yosuke.

Yuu melihat ke Yosuke dengan tatapan penuh kepercayaan diri. "Sebagai seorang pria, menghibur seorang wanita yang sedih adalah suatu kewajiban!"

Yosuke mundur satu langkah. "A… Aku mengerti…"

Yuu terlihat seram dan sangat serius saat ini…

Tiba-tiba pintu terbuka lagi dan masuklah anak-anak Junior dari Investigation Team. Yuu menyambut mereka dengan masih memakai celemek putihnya.

"Oh, selamat datang!"

"Senpai~ Selamat tahun ba-… Ahh… Senpai~ Kau terlihat keren dengan celemek itu~" goda Rise.

Yap, Rise memang sedikit genit dengan Yuu. Tapi, Yuu memang cowok nyaris sempurna sih…

"Osh Senpai! Ada yang bisa kubantu?" Tanya Kanji, pria paling tinggi di Investigation Team.

Yap, mengingat shadownya, dia itu adalah seorang… Gay? Tapi, saat bertemu Naoto dan diketahui Naoto itu cewek… Dia mungkin bukan gay…

"Kamu bisa bantu dekorasi. Ajak saja yang lain buat bantu kamu. Alat-alatnya Tanya saja ke Nanako…" senyum Yuu.

"Selamat malam, senpai! Terima kasih telah mengundang kami kemari..." Tunduk Naoto.

Pandangan para Junior tertuju pada Naoto. Mereka terdiam mendengar cara bicara Naoto yang terkesan sangat formal. Yuu pun mempersilahkan para Junior untuk masuk. Rise membawa sebuah cake strawberry yang ia beli (tapi ngakunya sih, buatan sendiri). Dia pun memberikannya pada Nanako untuk menjadi salah satu dessert.

Yuu kembali ke dapur dan melihat Yosuke yang sedang mengaduk sepanci besar bumbu pasta. Dia pun mengicipi bumbu yang dibuat Yosuke itu. "Tambahkan merica dikit aja dan perfecto!" ucap Yuu dan dia mengacungkan jempolnya.

"Benarkah? Baguslah kalau begitu! Hanya ini masakan yang bisa kubuat dengan sempurna..." Tawa kecil Yosuke.

Yuu berjalan ke samping Yosuke dan meniriskan spagheti yang sudah matang. Dia angkat dan dia diamkan hingga airnya sudah menghilang. Sambil menunggu, dia mengambil sebuah pot besar dan beberapa macam sirup seperti nanas, mangga, jeruk dan beberapa rasa buah tropis lainnya. Ia menggabungkan sirup-sirup tersebut dengan air soda dan es batu. Diaduklah dan dirasa olehnya. "Pas!"

Chie yang penasaran mendekati Yuu, "Narukami, itu apa?"

"Sweet tropical soda. Sirup buah-buah dari negara tropis aku satukan dengan soda. Kamu mau nyoba segelas?" Tawar Yuu.

Chie mengangguk dan diberikanlah segelas soda tersebut. Setelah meneguk satu tegukan, wajah Chie memerah. "Kyaaa... Enak banget! Asam manisnya pas! Narukami, pasti ibumu itu orang yang suka masak! Jadi turun ke anaknya..."

Yuu terdiam. Sendok yang menjadi pengaduk, terlepas dari tangannya. Keadaan suram untuk sesaat sampai Yuu tersenyum kecil. "Ya... Aku dulu sering liat ibu memasak. Jadinya seperti ini... Ah? Ada yang kelupaan... Aku ambil dulu ke kamar ya..."

Yuu pun berjalan menuju kamarnya. Dia tidak tahu kalau dari belakang, seseorang sudah mengikuti.

Sesampai di kamar saat dia mau masuk, seseorang mencegatnya. Yuu melihat ke belakang dan melihat sahabatnya, Yosuke.

"Yosuke? Kenapa..."

" Tadi kamu bohong soal ibumu, kan?" serius Yosuke. Matanya Yosuke terlihat serius. Yuu melihat Yosuke dan kemudian memalingkan wajahnya.

"A... Apa maksudmu? Hei, bukannya kamu sedang masak? Kembalilah! Nanti gosong lho." ucap Yuu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

Yosuke menjawabnya dengan jawaban lain, "... Aku tak mau sendiri..."

Yuu kaget dan melihat Yosuke. Tangannya sedikit gemetaran. Yap, pasti kata-kata itu ada hubungannya dengan orang tuanya. Yuu tertunduk. "Masuklah ke kamar...Kita bicarakan di dalam..."

XXX

(YUU POV)

Keadaan di kamar begitu hening. Hanya ada aku dan Yosuke disini. Duduk kami bersebrangan. Aku di sofa dan dia duduk di karpet tempat biasanya aku kerja di meja. Setelah lumayan tenang, aku memulai ceritaku…

"Dulu saat aku berumur 8 tahun, aku pernah diculik..."

Yosuke terkejut. Aku tidak heran dengan reaksinya. Semua orang pasti merasa iba kalau mendengar kata-kata tersebut. Tapi, aku tidak menghiraukannya. Yosuke membuka mulutnya,"Ka… Kalau kamu tidak mau, tidak usah paksain cerita…"

Yuu menggelengkan kepalanya. Aku melihat Yosuke dengan senyum. Senyum ditengah kepedihan… "Kau harus tahu ceritanya... Aku ingin menceritakannya padamu..."

Yosuke mengangguk pelan. "O... Ok..."

Aku menundukan kepalaku dan mulai melanjutkan ceritanya... "... Waktu itu aku diculik saat aku menunggu orang tuaku di sekolah. Aku memang tidak teralu punya banyak teman sehingga saat menunggu orang tuaku, aku sendiri. Tetapi, ada satu dua guru yang mengawasi kalau muridnya ada yang belum pulang. Sudah sejam aku menunggu di tempat biasa dan tidak ada perkembangan. Aku pun memutuskan untuk pulang sendiri. Ya, saat itu memang tidak ada satu pun temanku yang searah rumahnya dengan rumahku. Aku pun berjalan sendiri di jalanan yang sepi. Saat aku berjalan, aku bertemu dengan seorang pria muda yang itu merupakan guru matematika baru di sekolahku."

"Lho? Narukami-kun? Kebetulan sekali... Kau mau pulang?" ucapnya dengan senyum.

Aku mengangguk. Dia mengelus-elus kepalaku dengan pelan.

"Ayo bareng sama sensei... Bahaya kalau sore begini kau pulang sendiri..."

Aku pun berjalan bersama guru matematikaku itu. Saat di persimpangan, tiba-tiba ada banyak orang-orang berpakaian preman yang berdiri. Harusnya di daerah tersebut tidak ada orang seperti itu. Aku sudah takut, memegang jas yang dikenakan guruku.

"Mau apa kalian?" tanya guruku.

"Kami hanya ingin anak itu. Dia anak yang bisa menjadi aset berharga..."

Aku bersembunyi di belakang guru matematikaku. Guruku terus melawan dan sampai saat dimana dia menyuruhku untuk pergi. "Narukami... Sekarang!"

Aku pun berlari sejauh kakiku bisa melangkah. Saat aku melihat kebelakang, guruku itu berusaha untuk melawan preman yang jumlahnya sekitar 3 sampai 5 orang. Sebenarnya aku tidak bisa meninggalkannya, tetapi dia sudah membuka kesempatan ini untukku. Aku harus terus melangkah. Tetapi, saat beberapa meter sebelum rumahku, seseorang dari belakang membukam mulutku dan aku pun kehilangan kesadaran.

Saat aku mencapai kesadaran, aku melihat daerah sekitarku seperti di dalam pabrik bobrok. Aku mencari senseiku tetapi, salah satu dari penculik itu menarik rambutku.

"Kau mencari gurumu kah? Dia disana!" seru preman berambut cepak emas dengan pakaian hitam gelap dan anting di mulutnya.

Aku melihat kearah dia menunjuk. Aku terkejut melihat apa yang terjadi pada senseiku. Dia sudah terbaring berlumuran darah di lantai. Di sekitarnya berdiri 3 preman yang terlihat seram.

"Dia begitu keras melindungimu sampai mengorbankan dirinya begitu. Benar-benar guru yang baik ya..."

Tanganku gemetaran. Dia mengorbankan dirinya hanya untuk murid pemuram sepertiku? Padahal yang diincar hanyalah aku. Kenapa dia harus ikut campur? Dia punya keluarga yang menunggu kan? Sedangkan aku… Aku…

Tiba-tiba seseorang berbisik dengan suara yang menggelitik telingaku."Jadilah anak baik dan turuti kata-kata kita... Kamu harus membunuh gurumu itu. Kita tidak mau bertanggung jawab atas gurumu itu dan aku ingin kita mendapatkan uang tanpa harus berurusan dengan pembunuhan. Karena itu, kau bunuh dia dengan pedang ini!"

Aku terdiam. Para penculik membuka ikatan tangan dan kakikku kemudian memberikan pedang yang ia gunakan untuk melukai guruku.

"Bunuh dia!"

Aku terdiam dan mengangkat pedangnya. Aku tidak mau membunuhnya. Tetapi aku takut dengan orang-orang ini. Saat sampai di depan guruku, aku mendengar suara guruku yang lemah. "Narukami... Pergilah..."

Aku terdiam dengan suruhan guruku itu. Bagaimana bisa aku meninggalkan dia sendirian dan dia terluka karenaku? Aku harus menolongnya bagaimana pun juga...

"Hei! Apa yang kau la-"

Aku harus melindungi dia dan diriku sendiri...

ZRASSH

Kuserang preman yang berusaha memegang pundakku dengan pedang yang kupegang. Darah keluar dari tangannya. Dia berteriak.

"A… Apa yang kau lakukan? Kau anak nakal!" seru temannya yang datang mendekatinya.

Dia menarik kerah bajuku. Aku melihatnya dengan tatapan kosong. Saat itu aku benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih. Aku hanya berpikir, 'bagaimana aku bertahan?'. Aku pun memutuskan untuk menusuknya dengan pedangku. Dia terjatuh bersimbah darah disebelah temannya. Kemudian, teman-temannya ikut menyerangku lagi. Aku terus melawan mereka. Tidak peduli apa yang terjadi padaku. Walaupun bajuku terciprat darah, pipiku tergores pisau, perutku ditendang, aku terus menerus menyerang mereka. Sampai disaat seseorang membuka pintu besar gudang, aku baru bisa berhenti.

"Berhenti disitu! Jangan lakukan perlawanan-…"

Aku melihat mereka. Ya, mereka adalah para polisi yang datang bersama orang tuaku. Tampaknya, mereka melacakaku dengan pager yang kubawa di tas. Tapi, mereka terdiam saat melihatku yang sudah berlumuran darah. Ibuku mendekatiku.

"Nak, kau tidak apa? Kau terluka?"

Aku menggelengkan kepalaku. Ibuku memelukku dan menutup mataku agar aku tidak melihat apa yang terjadi di hadapanku. Tapi dari sela-sela tangannya, aku masih bisa melihat... Para penculik telah tergeletak dalam keadaan sekarat bersimbah darah. Itu semua hasil perbuatanku. Tetapi, aku tidak merasa bersalah. Aku hanya mempertahankan diri. Merekalah yang salah…

Aku pun tersenyum dari balik tangan ibukku.

XXX

Yosuke terdiam melihatku yang tertunduk sambil tersenyum dan tertawa. "Haha… Benar-benar saat itu… Hh… Maka semenjak itu, orang tuaku tidak pernah meninggalkanku. Haha… Itu sangat lucu, bukan? Hahaha..."

Entah kenapa aku ingin tertawa...

"Yuu… Kamu..." Yosuke sudah kehabisan kata-kata. Tampaknya dia sudah bingung mau bicara apa.

Aku menghela napas, "... Terima kasih atas kepedulianmu. Tetapi, aku baik-baik saja..."

Yosuke menggertak. "...Berapa orang yang selamat?"

"3 orang sekarat tetapi bebas dari maut. Guruku trauma dan aku... Hmpf..."

Aku ingin tertawa lagi. Aku melihat raut wajah Yosuke yang sudah memasang heran. Mungkin dia takut dengaku. Walaupun dia sahabatku, pasti dia takut mengetahui aku nyaris membunuh 5 orang.

"I... Itu... Kamu melakukannya dengan alasan yang kuat kan? Ja... Jadi, jangan jadikan itu beban di dirimu... Ya... Ki... kita sekarang ke bawah saja. Se... Semua sudah menunggu..." ajak Yosuke.

Aku mengangguk dan berdirilah aku dari sofa. Sebelum Yosuke keluar kamar, aku memegang pergelangan tangannya. "Yosuke... Sebenarnya, aku belum cerita semuanya. Tetapi, terima kasih..."

"Sama-sama, partner! Kalau mau cerita lagi, call me saja!"

Sesampai di bawah, semua menyambut Yosuke dan aku. Bahkan, pamah sudah datang dengan membawa dua set sushi untuk dimakan bareng-bareng dan Kuma datang membawa sosis bakar dari Junes.

"Yo Yuu, Hanamura! Ayo kita mulai pestanya. Sekarang sudah jam 10 lebih. Semua sudah kumpul kan?" senyum pamanku.

"Yosuke! Sensei! Aku bawa oleh-oleh! Ayo kita makan bareng!" ceria Kuma.

Aku dan Yosuke mengambil posisi untuk duduk melingkar dan kita bersebelahan. Di hadapan kita telah tertata dengan rapih cake strawberry, 2 set sushi ukuran besar, spagethi buatan Yosuke, sweet tropical soda buatanku, berbagai macam jus, dan sosis bakar.

Yosuke terdengar senang, "Huwooo! Banyak sekali! Ini baru namanya pesta!"

Chie terlihat lesu dan sedih. Ya... Dia itu meat lovers dan sekarang tidak ada daging di hadapannya. Bagi dia, pesta tidak lengkap tanpa daging.

"Ini... Gakkan bertengkar rasa makanannya?" ragu Kanji.

Akibat ucapan Kanji itu, Yukiko pun tertawa dengan puas. "Hmmf... Rasa bertengkar... Petok-petok gitu? Ahahahahaha..."

Rise mulai menggodaku yang kebetulan duduk disebelahku. "Senpai~ bagaimana kalau besok kita kencan ke kuil untuk berdoa demi kelancaran hubungan kita?"

Aku hanya bisa tertawa maksa...

Chie pun seperti biasa, mengomentari kita, "Yap, dia mulai lagi..."

Naoto, Kuma, dan Nanako sedang asyik menyantap sushi yang berada di hadapannya. Seperti biasa, Kuma bertanya tanya tentang apapun yang baru ia temukan dengan polosnya. Maklum, dia memang belum teralu mengenal dunia ini. Pamanku sedang meminum kopi sambil menonton berita. Aku berusaha agar terlihat sangat riang seolah-olah tak pernah terjadi apapun yang buruk sebelum ini. Tetapi, Yosuke terus memperhatikanku dengan serius. Sekali-kali raut wajahnya seperti orang yang baru mendapatkan suatu masalah dan dia tidak percaya akan hal tersebut. Sekali kali dia memegang lengannya.

Apakah, dia takut dengan ceritaku? Atau, dia takut denganku? Aku tersenyum kecil melihatnya seperti itu...

"Menarik..."


TO BE CONTINUED


Author's Note: Kayanya, aku suka banget buat Yuu jadi sycho... Yah... Habis, raut wajahnya pas manggil personanya pertama kali terasa sycho... Yep, ditunggu komentarnya... Aku yakin masih banyak kesalahan di fic ini.. == Ja'mata di chapter selanjutnya...