Selama duapuluh enam tahun eksistensi Kyungsoo dimuka bumi ini. Ia belum pernah merasa sebingung, terkejut juga sesedih seperti saat ini. Sialan.

Ia menjatuhkan benda pipih kecil itu kelantai. Meremas perutnya pelan, masih tidak percaya dan mencoba menganggap bahwa mungkin saja alat itu rusak. Ya bisa saja. Seharusnya ia membelinya tidak hanya satu. Namun realita itu kembali hinggap diotak warasnya seperti baru saja menampar wajahnya keras-keras. Ia tidak mendapatkan menstruasinya selama satu bulan lebih beberapa hari ini. Berarti sekitar bulan lalu. Oh tidak. Ini dia yang selama ini ia khawatirkan.

Kepalanya yang pusing ia paksa bekerja mencoba mengingat-ingat dengan siapa ia berhubungan. Air matanya pun luruh ketika ia gagal saat mencoba mengingat-ingat benih siapa yang telah berhasil membentuk janin dalam perutnya. Siapa ayah bayi dalam perutnya ini?

Apakah partner seksnya? Tidak. Tidak mungkin. Partner seks sekaligus sahabatnya itu baru saja kembali sekitar dua minggu yang lalu, setelah hampir dua bulan lelaki itu melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.

Shit. Itu berati ketika ia kembali berhubungan seks dengan partner seksnya itu ia tengah dalam kondisi berbadan dua. Jadi ini bukan anak lelaki tinggi itu. Lagi pula pria itu selalu menggunakan pelindung saat mereka melakukannya.

Apa bayi ini hasil one night standnya dengan pria asing berketurunan Prancis itu? seingat Kyungsoo pria asing yang tak Kyungsoo ketahui namanya itupun menggunakan pelindung saat mereka melakukannya. Tapi bisa saja terjadi kegagalan pada alat itu.

Kenapa ia bisa begitu ceroboh.

Ia menyentuh perutnya yang masih terlihat datar. Tidak lama lagi perutnya pasti akan membuncit dan semua orang-orang disekitarnya akan mengetahuinya. Jika bibinya mengetahui hal ini wanita itu pasti akan puas mencemoohnya. Kyungsoo harus menemukan dan memastikan siapa ayah bayi ini. Ia tidak mau dan tidak mungkin membiarkan nasib bayinya berakhir sama dengan dirinya.

Kyungsoo membawa kakinya beranjak dari kamar mandi menuju kamarnya. Membaringkan tubuhnya yang lunglai diranjang. Membiarkan tangisan menguasi dirinya yang selama ini terlihat selalu tegar dan kuat.

Dirinya sudah mengantisipasi hal ini pasti akan terjadi. Ini memang kesalahannya memilih jalan kesesatan menjadi perempuan jalang. Jika saja dirinya bukan seorang pelupa atau tidak takut jarum suntik sudah pasti ia memakai salah satu dari alat kontrasepsi itu. Hal seperti ini pasti tidak akan terjadi. Dan ia harap keesokan harinya hal yang ia dapati ini hanyalah mimpi, namun kenyataannya tidak. Kyungsoo terbangun oleh suara alram yang ia set tepat pada angka tujuh. Matanya sembab akibat menangis semalaman. Oh wajahnya tidak boleh terlihat buruk. Apa kata managernya nanti? ia pasti akan di omeli wanita itu.

Satu setengah jam ia pergunakan untuk menyiapkan sarapan, beres-beres flatnya juga tentu penampilannya sendiri. Ia bekerja sebagai salah satu pramu niaga di salah satu brand terkenal yang berada di mall terbesar kota ini. Seoul. Gajinya lumayan cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Oh mungkin Kyungsoo harus mencari pekerjaan lain mengingat kini ada sosok lain dalam perutnya. Setelah mengunci apartemennya ia keluar menuruni tangga setengah berlari. Tidak ada tangga di apartemen kecil yang hanya berlantai empat ini. Dan sialnya ia menempati lantai keempat gedung ini. Kyungsoo berhenti melihat perutnya sesaat ketika ia baru saja menuruni beberapa anak tangga. Tatapannya terlihat kosong, apa ia mengharapkan kelangsungan hidup bayi dalam perutnya ini? mengapa ia harus melaju dengan hati-hati saat menuruni tangga tadi? Mungkinkah hal seperti ini lumrah terjadi pada setiap calon ibu? lalu bagaimana jika ia tidak bisa menemukan siapa ayah bayi ini. Dan jika pun ia menemukan ayah bayi ini apakah ayah bayi ini mau menerimanya?

.

.

.

.

.

NEXT or DELETE?

05-10-2017