Tokyo, Japan. Midnight, at the high class apatment.

Seorang gadis remaja sedang duduk sambil bersender ke dinding dekat jendela apartemennya. Merangkul kedua kakinya, memandangi indahnya kota Tokyo di malah hari. Meskipun derasnya hujan sedikit mengganggu penglihatannya akan pemandangan indah tersebut.

Tangannya mengarah ke sebuah buku kusam yang dari tadi ada di dekat kakinya, tapi, dia segera mengurungkan niatnya itu.

"Tidak. Aku, tidak boleh…"

Ia memberhentikan perkataannya itu, tidak ingin melanjutkannya.

Segelas kopi hangat diteguknya, kemudian diletakkannya kembali, diakhiri dengan helaan napas.

Gadis tesebut kembali bersender ke dinding dekat jendela tadi, memandangi kota dengan tatapan kosongnya. Ia menarik selimut ke arah tubuhnya, ingin merasakan kehangatan.

Tanpa disadari, sebuah potongan lirik lagu terucap lirih olehnya…

"ato doredake sakeba iin darou?

(How much longer should I scream?)

ato doredake nakeba iin darou?

(How many more tears should I shed?)

mou yamete watashi wa mou hashirenai

(Enough already, I can't run anymore)

itsuka yumemita sekai ga tojiru

(The world I once dreamed is lost)"

Kata demi kata diucapkannya dengan nada lemas. Suaranya hampir tak terdengar. Suaranya seakan-akan hancur dan terhapuskan oleh derasnya rintik-rintik air hujan diluar apartemen megah itu.

Ia menggigit bagian bawah bibirnya sambil menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut besar itu. "…uh.."


Rin's POV

Suara alarm yang berisik itu membanugnkanku. Tak ada kata indah untuk sebuah bunyi alarm, karena seindah apapun bunyinya tetap saja akan terus berusaha untuk membangunkan kita.

Aku berusaha untuk membuka kedua mataku, melepaskan selimut hangat itu, berjalan menuju kamar mandi, sikat gigi dan cuci muka, kemudian sarapan di meja makan.

Sendiri.

Keluarga? Aku tak punya hal seperti itu. Mereka sudah jauh meninggalkanku. Sendirian di apartemen ini. Aku hanya memiliki seorang adik perempuan. Namanya Lily Kagamine. Pekerjaannya adalah seorang model, dan ia jarang pulang ke rumah.

Rumahnya ya di apartemen milikku sekarang ini.

Ibuku sudah meninggal 3 tahun yang lalu, saat aku berumur 13 tahun. Saat itu aku baru naik kelas 1 SMP. Sementara, Lily masih 9 tahun. Ia

juga sering nggak masuk sekolah karena pekerjaannya itu. Apalagi sekarang ia sudah jadi idol juga.

Dan ayahku… ia bercerai dengan ibu, tak lama setelah ia meninggal. Sebenarnya mereka tak bercerai, hanya saja aku menganggapnya seperti

itu. Karena ia meninggalkan kami berdua (aku dan adikku), dan pergi entah kemana. Meskipun sampai saat ini semua biaya seperti uang

sekolah dan sewa apartemen masih ditanggung olehnya.

Tapi, aku tak menganggapnya seperti itu.

Entah kenapa.

Aku… cukup egois kan?

Secangkir kopi hangat dan 2 lembar roti bakar menjadi sarapanku. Aku sangat menikmatinya. Tak lupa ku tambah krimer untuk kopi itu.

Bukannya keberatan, justru sang adik, Lily, menyetujui dan suka minta aku membuatkannya kopi juga. Katanya jarang-jarang ia bisa makan

makanan rumahan seperti itu.

Makanan rumahan? Padahal kan Cuma kopi dan roti doang.

Aku menuangkan krimer ke kopi tersebut, mengaduknya. Tak lama kemudian aku sudah menghabiskan sarapanku beserta dengan kopinya.

Kemudian, saatnya berangkat ke sekolah.

Umurku 16 tahun. Bersekolah di Ooyobi High School. Lily masih kelas 1 SMP, umurnya aja baru 12 tahun, tapi penampilannya kayak udah umur

17 tahun. Yah, gak semua berdasarkan penampilan kan?

Aku berjalan menuju ke sekolahku, tak lupa mengunci pintu apartemenku. Aku melangkah dengan santai, menikmati suasana di pagi hari. Tak

lupa kupasang headset di kedua telingaku. Mendengarkan lagu-lagunya Hatsune Miku, sang Diva yang sedang beken.

Dia belajar di sekolah yang sama denganku.

Oh iya, aku lupa memperkenalkan diri.

Namaku Rin Kagamine. Kelas 2 Ooyobi High School. Aku cukup terkenal di kalangan murid sekolahku. Katanya aku ini cool, pendiem, pintar,

selalu ranking, nggak pelit, dan suka membela yang benar (terutama anak cewe). Tapi kebiasaanku yang selalu mendengarkan lagu dengan

headset ini kapanpun dan dimanapun nggak pernah berubah sampe sekarang.

Gak heran kalo guru-guru sering memarahiku.

Langkahku terhenti. Aku sudah sampai di depan gerbang sekolah.

Saat aku memasukinya, semua murid yang ada di dekatku langsung menyapaku dengan sangat ramah dan sopan.

"ohayou, Rin-senpai!"

"ohayou." Jawabku dengan ramah juga kepada adik kelas tersebut.

"ohayou, Rin-chan!"

"ohayou." Balasku lagi. Mereka adalah teman-teman sekelasku.

Setelah bersapa ria dengan para penduduk sekolah ini, aku akhirnya sampai di kelas juga. Ya, kelas XI-A.

Suasana kelas ramai seperti biasa. Tak ada perubahan. Hanya saja, topiknya sepertinya agak sedikit melenceng.

"Rin-chan.. masih suka dengerin lagu kayak biasanya ya?"

"eh? Iya." Jawabku dengan singkat sambil melepas salah satu headset. Karena aku biasanya memasang volumenya ketinggian dikit.

"lagu apa nih? Masih lagunya Hatsune Miku juga?"

"tentu saja." Aku tertawa kecil.

Tiba-tiba semua murid kembali ke tempat duduk masing-masing, tentu saja karena ada guru.

"Yak. Hari ini, pelajarannya..."


After school. Ooyobi High School. Class XI-A.

"hei, kau tahu? katanya LEN mau undur diri lho!"

"eeh!? Yang benar!? Kenapa!?"

"katanya sih dia ingin menghindari dunia selebritis dulu."

"serius?"

Desas-desus di antara murid di kelasku sampai ke kedua telingaku yang sedang tersumbat oleh lagu-lagu dari headset. Saking kencangnya

sampai terdengar jelas olehku. Karena aku penasaran akhirnya kulepas saja headset ini.

Aku menghampiri mereka sambil menenteng tasku. "LEN?"

"iya, Rin-chan! Kau harus tau berita ini!" mereka menyerahkan koran beserta artikelnya yang bertajuk…

" ' LEN Sang Aktor Muda dari Agensi Terkenal VOCALOID Mengajukan Pengunduran Diri Tanpa Alasan! ' " …aku membacanya sambil mengerinyitkan dahiku. "Hei, bukannya dia penyanyi juga ya?"

"eh? Iya sih, dulu, tapi popularitasnya agak menurun sejak adanya kehadiran sang diva Hatsune Miku." Oh, ternyata pendapat mereka sama denganku.

Anehnya, artikel tersebut tak menunjukkan satupun foto LEN yang berhubungan dengan pernyatannya tentang undur diri itu. Biasanya kan

ada kalau dia hadir dalam pers. "Tapi kok gak ada foto dia lagi berbincang-bincang di hadapan media sih?"

Mereka semua menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah muram. "Sepertinya, LEN tidak memberitahukan apapun kepada pers, dia

hanya menyampaikan pernyataan tersebut melalui produsernya."

Aku terdiam. Membaca artikel tersebut berulang kali. Hanya wajah sang produser yang ditampilkan. Sepertinya dia tidak menunjukkan wajah

terkejut ataupun sedih dan kecewa. Entah kenapa.

"Nih, makasih ya." aku mengembailkan koran tersebut.


Evening, at Rin's apartment.

Aku sedang berkutat di depan layar laptopku di kasur. Setelah berganti baju, langsung saja kubuka Google. Mencari artikel-artikel tentang

kemunduran LEN dari dunia selebritis. Aku nggak tau kenapa, tapi aku bener-bener penasaran.

"Haaah…." Aku menyerah. Sudah kurang lebih 2 jam aku mencari-cari tapi tak ada hasilnya. Malah sekarng aku nge-streaming anime. Oh iya,

aku ini suka anime juga lho. Meskipun bukan otaku sih. Soalnya aku gak sampe terobsesi gitu.

"Ahahaha." Aku tertawa ketika sedang menonton anime kesukaanku. Namanya Persona 4 The Animation. Sebenernya udah agak lama sih, tapi

aku masih suka dan kepingin nonton.

Alasanku menonton anime yang satu ini adalah karena aku udah namatin game nya duluan berkali-kali. Lily juga kadang suka nonton. Tapi dia

suka mantengin anime yang lagi nge-trend sekarang. Contohnya, Danganronpa. Anime yang satu itu lebih ke misteri dan pembunuhan. Entah

kenapa dia suka yang kayak gitu.

Astaga, dia kan masih 12 tahun. …yeah, like I care.

Oh iya, dia suka Naegi.

Kalo aku sih…. Togami?

Just kidding.

"Yak. Saatnya mandi.." aku berjalan ke arah pintu kamar mandi, tak lupa membawa handuk dan melepas headsetku.

ZRAASHHHHH

Aku berhenti memoleskan tubuhku dengan sabun mandi. "Suara apa iu?" aku mendengar beberapa suara aneh saat di kamar mandi. Seperti

orang membuka pintu dan semacamnya. "Mungkin hanya imajinasiku saja…. Atau jangan-jangan Lily?"

Beberapa menit kemudian setelah mandi, aku berjalan keluar ke ruang keluarga. Dan, benar saja, ada seorang perempuan berambut kuning

dan berpakaian acakadut ala idol jaman sekarang sedang terbaring di sofa dengan posisi terbalik. Yaitu kepala ke bawah, dan kaki ke atas.

Jadinya nungging.

Maaf kalo susah ngebayanginnya. Jadi, bayangin aja sendiri.

"O…nee…chaaa~n… Tadai…maaa~" ia menyapaku dengan lemasnya sambil mengangkat tangan kanannya, melambai-lambai ke arahku.

"Okaeri, Lily." Aku berjalan ke arahnya, memegang tangannya yang masih diangkat ke atas.

"Guhehehe…." ia tertawa lemas.

"Seperti biasanya ya, kau pulang jam segini." Aku menghela napas. "Dasar anak nakal!" aku meledeknya sambil menepuk bokongnya yang

dari tadi masih nyangkut di leher sofa itu.

Lagi-lagi, maaf kalo susah ngebayanginnya.

"…auh…" responnya singkat tanpa ekspresi. Sepertinya ia hanya ingin tidur.

"Ganti baju sana, trus tidur. Jangan lupa gosok gigi." Ucapku sambil memakai baju dan meletakkan handuk pada tempatnya.

"Aye, sir…." Jawabnya sambil memasang gaya hormat ala prajurit. Nggak, yang satu ini lebih ke Happy dari Fairy Tail.

"Mirip banget sih." Aku terkikik melihatnya.

Kami berdua tertawa.

Beberapa lama kemudian, Lily berjalan ke arahku yang sedang memainkan laptop. Ia membawa dua mangkuk es krim.

"Serius nih? Kemarin P4 ( Persona 4 ), sekarang One Piece?"

"Daripada Death Note." Jawabku singkat tanpa ekspresi.

Lily mendekatkan mangkuk es krim tersebut ke pipiki. Tentu saja aku langsung menjerit. Dingin tau.

"Kyaah!" aku loncat.

"Ahahaha! Onee-chan lucu!" ia tertawa geli.

"Uh, kurangajar." Aku mengusak-usap pipiku bekas mangkok tadi, kemudian mengambilnya dari tangan Lily.

"Ah! Es krim ku diambil!" ia menjerit layaknya tokoh magical girl di anime. Menjijikkan. Aku menjulurkan lidahku ke arahnya.

"ini emang punyaku kan? Masa' mau makan dua-duanya sih?" protesku.

"Buuuu!"

Kami berdua pun duduk di kasur sambil menonton One Piece.


Normal POV

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam.

"Hoaaaahmmm…." Lily mengangkat kedua tangannya, ngantuk. Mungkin karena ia kecapekan. "Lily, kamu tidur duluan aja. Kan capek

seharian kerja." Ujar Rin sambil membereskan laptopnya.

"Tapi kan, One Piece nya belum selesai!" bantah Lily, liat deh matanya. Bulatan hitam di bawah matanya, bertanda ia sangat ngantuk.

"Dilanjutin besok aja."

Akhirnya Lily bangkit dari kursinya, berjalan berat ke arah kamarnya. "Ya, ya.. obaa-chan."

'Aku kakakmu, bodoh!' balas Rin dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya.

Brak!

Suara pintu tertutup, suara Klik! lampu dimatikan, tanda Lily sudah terlelap. "Oyasumi, Lily.." ucap Rin dengan sangat pelan.

Rin melirik jam dinding, belum ngantuk. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan sekalian mampir ke minimarket untuk sedikit jajan. Dilihatnya

pintu kamar adiknya, setelah yakin adiknya sudah tidur, ia mulai membuka pintu dan memasuki lift apartemen.


TIN! TIN!

Keramaian kota di siang maupun malam hari tak ada bedanya. Selalu ramai seperti biasa. Rin menyusuri jalan setapak di samping kiri jalan. Di

kedua telinganya terpasang headset, mendengarkan lagu seperti biasa.

Bruk!

"Aw!"

Headsetnya terlepas, ia jatuh terduduk. Ternyata ia bertabrakan dengan seorang lelaki jangkung.

"G-Gomen! Ga sengaja! Daijoubu?" laki-laki itu mengulurkan tangannya, Rin menerima uluran tersebut.

"iie… daijoubu desu.. arigato." Rin berdiri dengan tegak, sambil membersihkan celananya yang kotor. Ia melihat lelaki yang menabraknya itu.

Rambutnya honey blonde, sama seperti Rin. Tapi ia memakai topi hitam, kacamata hitam, dan baju serba hitam, apakah ia seorang bodyguard?

"Doitashimashite. Aah, sumimasen. Aku duluan ya? Jaa!" lelaki itu terburu-buru pergi, tak lupa melambaikan tangan. Rin membalasnya dengan

lambaian juga.

"Aneh, suaranya kayak pernah denger…"

Rin mengelus dagunya. "….tapi, kapan?"

To Be Continued.


Hi, minna! this is my first fanfic about Vocaloid! especially for those two lovely pairing, yeah! :3

I'm looking forward to see you guys' comments and don't forget to review ASAP! XD

Jaa, ne! ^o^)/