One Step Closer
#1
Hunkai
Fluff-Romance
Pg-13
*
Not mine, The cast isn't belong to me. They're just a cast, not a real person on the real story. This is just fic. Boys Love Fic.
*
I warn you, Its Boys Love fic. BoyxBoy.
Dont like dont Read, Guys.
be good readers, not a Siders.
Happy Reads..
"Kau kenapa?" Jongin tersentak oleh tepukkan pelan di bahunya. Dia segera menengok, menghela nafas lega karena hanya menemukan Sulli—gadis berambut pendek, Sahabatnya.
Sulli ikut berjongkok, mengintip objek yang sedari tadi diperhatikan Jongin dari balik semak-semak. Gadis itu mendengus, antara ingin tertawa dan muak dia melirik Jongin jengah.
"Apa?"
"Kau masih menyukainya?"
Jongin menggaruk pelipis, Terkekeh seadanya. Dia juga tidak tahu mau menjawab apa, toh itu benar juga. Ia pun kembali memperhatikan bayang Lelaki berseragam rapi di depan mading.
Sulli berdiri, menarik lengan Jongin agar mengikutinya ke kelas saat Bell masuk berbunyi. Benar-benar bahkan di waktu kelas akan dimulai, Jongin masih ingin memperhatikan lelaki sok tampan itu?
Jongin terpaksa mengikuti Sulli, sesekali menengok ke belakang. Ia tersenyum lebar kala tanpa sengaja melihat orang yang disukainya terkekeh, pada temannya.
Kim Jongin sebenarnya hanya murid biasa. Yah, hanya murid bodoh yang mendapat ranking terakhir di kelas 1-5. Hanya nilai sejarah nya yang dapat diandalkan, yang lain? —Jangan harap. Dia tidak kaya, tidak juga memiliki banyak teman, Karena dia bodoh jadi hanya beberapa murid yang ingin sekelompok belajar dengannya.
Walaupun kata Sulli, wajahnya tidak terlalu jelek juga, Tetap saja—Dia merasa ciut jika dibandingkan dengan Luhan atau Baekhyun. Dengan modal wajah, Jongin mungkin bisa jadi model produk cemilan. Itupun kalau dia bisa.
Dengan suara yang aneh ini, Jongin tidak yakin ada yang ingin mendengarkannya bernyanyi. Banyak anak lelaki dikelasnya yang pandai bermain alat musik, tapi tidak dengannya—tidak satupun bahkan. Parah.
Tubuh nya ini tidak tentu, kadang kurus, kadang gemuk. Kulitnya gelap, tidak—Tan, Coklat Tan. Karena itu dia diejek Sulli Beruang gemuk. Menyebalkan.
Dia yang jelek ini tidak bisa melakukan apapun dengan benar, termasuk seseorang yang ceroboh. Makanya setiap ada festival budaya, Dia adalah anak yang dilarang ikut serta oleh teman sekelasnya. Jahat kan? Tapi mereka baik
"Mau kubantu?"
Jongin berbalik, secara tidak sengaja menjatuhkan lima tumpuk buku di pelukannya ke lantai. Mata nya tidak berkedip mendapati pangeran sekolah ada didepannya.
Jongin masih belum sadar dari keterkejutannya bahkan setelah Si pangeran sekolah berdiri tegak memberikan buku-buku yang semula dijatuhkannya.
"Ini. Lainkali, tolong hati-hati."
Jongin memperhatikan punggung Sehun yang berjalan menuju meja baca di sudut perpustakaan. Sudut yang tenang. Sudut Khusus untuknya dimana hanya dia—Sehun, Si pangeran Sekolah yang duduk disana.
Setelah Sehun menjauh, Jongin melompat ingin berteriak sekerasnya. Astaga.. Itu tadi sangat..
akh!
Jongin membenturkan hardcover buku paket ke keningnya. idiot sekali.
"Jongin, aku duluaan!"
Jongin melambai pada Sulli yang berlari menerjang rintik hujan lalu masuk ke dalam mobil ayahnya. Sebenarnya mereka bisa pulang bersama, Tapi Jongin tidak terbiasa menaiki mobil. Jadi dia menolak tawaran Sulli.
Dia mengulurkan tangannya ke depan, dalam sekejap telapaknya telah basah oleh air langit yang cukup deras turun di sore hari. Hanya beberapa anak yang tinggal di sekolah saat ini, Ada yg menunggu hujan reda seperti dia, ada yang mengikuti jam tambahan, ada juga anak-anak ekstra kurikuler basket.
Jongin teringat sesuatu, Ia segera berlari melewati koridor kelas 2 lalu berhenti di ujung lorong, matanya menatap lapangan tengah dengan pandangan mencari.
Sekiranya ada beberapa anak perempuan dari balkon lantai dua yang bersorak saat anak-anak ekstrakurikuler basket mulai memantulkan bolanya. Sedang Jongin menempatkan dirinya duduk di bangku kayu depan ruang guru, melihat latihan mereka dari balik kaca di dinding koridor.
Karena hujan, seragam anak laki-laki yang bermain basket basah. Mencetak jelas bentuk tubuh mereka, menambah histeris gadis-gadis di lantai atas.
Jongin menyunggingkan senyum tanpa sadar, tersenyum sendiri tanpa bisa ia hentikan. Matanya sama sekali tidak berkedip menatap objek yang kini berlari di sekitar ring.
'Sehun! Sehun!'
Jongin melonggokkan kepalanya mengintip ke atas, dia melihat berapa banyak gadis yang histeris. Lalu kembali menatap lapangan. Dia menaruh telapak tangannya pada kaca, Dia tertawa kecil sebagai bentuk senangnya saat Sehun berhasil memasukkan bola ke ring.
Dia menyukai Sehun, Tak banyak yang mengetahui itu. Tapi bisa dibilang, ada cukup banyak orang yang menyadari ini.
Berbicara tentang lelaki pucat itu, Jongin pikir tidak ada kesempatan mendekati nya. Sehun selalu jadi pusat perhatian, sedangkan Jongin yang kesepian harus bersembunyi dari keramaian. Sehun yang tampan juga hampir sempurna dan dirinya yang serba kecukupan. Jika dibandingkan lebih jauh ada banyak perbedaan.
Walau begitu, Jongin merasa buta sesaat— seperti itu lah filosofi cinta berbicara. Bukankah orang yang jatuh cinta akan memungkinkan segala cara?
Senyum Jongin melebar, Betapa senang dirinya ketika mendapati Sehun yang tertawa dirangkul oleh teman-teman nya penuh jenaka.
"ng, Jongin?"
Tubuhnya berbalik dengan cepat, mundur merapat pada jendela kaca dengan wajah panik. Dia terkejut menerima tepukan kecil di bahunya. Dan sedetik kemudian menghela nafas lega mengetahui itu hanya kakak kelasnya.
Seseorang lelaki tinggi tersenyum kecil, menyembunyikan niat nya terkekeh akan prilaku lucu Jongin. Didekapannya terdapat beberapa tumpuk map berwarna kusam.
"Yifan sunbae, jangan mengejutkanku seperti tadi." Keluh Jongin mengelus dadanya.
Siswa tinggi itu hanya memberinya sebuah cengiran kecil. "Sorry. Oh, sedang apa disini sendirian?" Tanya nya mengintip kaca jendela dibelakang Jongin penasaran.
Jongin menggerakkan bola matanya ke segala arah, sedangkan jarinya menggaruk pipi—mencari sebuah alasan yang tepat.
"Uh, itu.. hanya um, berjalan-jalan." Yifan mendengus geli akan raut gugup Jongin yang berusaha berbohong.
"Sudahlah. Mau pulang bersama?"
Jongin melirik kebelakang sekilas. Ingin sekali ia menolak tawaran Kakak kelas nya ini. Tapi .. bagaimana ya?
"Ukh, Eum.. Ya baiklah."
Yifan menyunggingkan senyum lebar. Dia mendekap map dengan satu tangan, sedang tangan lainnya menggenggam Jongin mengikutinya.
"Kalau begitu, Ayo pulang."
.
.
.
RnR?
.
.
.
TBC
NOTE : :
buat ff lagi. Hunkai slight kriskai. :3 duh padahal numpuk pr tbc ff yng lainnya. akuh mah cuma manusiah biasah maaf yah/?/? aku sedang berusaha kok kawan xD
Coba bikin ff yg konfliknya ringan gk terlalu rumit. ide cerita nya diambil dari biasanya. Biasalah ya, pasti ada kan dari kita yg pernah suka sama seseorang. Yg akhirnya malah jadi stalker yg ngepoin doi.
btw aku juga. Sekarang lg berusaha :''v . berusaha tegar. hidup memang kejam.
makasih banyak untuk kalian semua yang menjadi seorang pembaca yang baik. Karena kalian banyak penulis yang terinspirasi. karena kalian kami yg —semoga termasuk—penulis ini mendapat kepuasan batin membaca review. gk cuma aku kok, pasti kalian juga atau author yg lain. ^^ #Edisimalamaneh
/3
