December 29th.
Kyungsoo terus mengaduk makanan didepannya, tanpa ada niatan untuk menyuapkannya ke dalam mulutnya. Sebenarnya ia merasa sangat lapar beberapa menit yang lalu. Namun selera makannya lenyap dalam kurung waktu kurang dari tiga menit.
Kyungsoo kembali mengecek ponselnya. Disana masih terpampang dengan jelas pesan singkat dari ummanya.
From: Umma3
kyungsoo-yah,
sebentar lagi tahun baru. Aku harap kau bisa pulang kerumah dan merayakannya bersama kami. Atau, jika kau tidak bisa, kau bisa datang kemari dihari ulang tahunmu 12 januari nanti. Kami akan membuatkan makanan yang enak untukmu. Satu lagi, umma dan appa sangat berharap, kau membawa seseorang ketika pulang kesini nantinya. Jaga kesehatanmu, annyeong.
Kyungsoo mengacak rambutnya. Ia sangat mengerti 'seseorang' yang dimaksud ibunya.
Pendamping hidup.
"yang benar saja! Aku masih 26 tahun depan. Aish jinjja!"
Tanpa sadar, Kyungsoo menyuarakan keluhan hatinya itu, yang berakibat pada seluruh pengunjung kantin yang bergantian menatapnya. Kyungsoo hanya menunduk kecil sebagai permintaan maaf. Sesekali ia merutuki dirinya yang kurang bisa mengontrol emosinya.
Kyungsoo sedang menyeruput jus jeruknya ketika sebuah pukulan ringan mendarat dipunggungnya.
OHOK!
"hai Kyung- ya, ada apa denganmu?"
Kyungsoo memukul-mukul dadanya ringan. Ia tersedak. Ia lalu menoleh dan menemukan sesosok makhluk berbadan besar yang sekarang sudah menarik kursi disampingnya, bersiap duduk.
"ya! Bisakah kau tidak memukul orang sembarangan? Aish! Kenapa orang-orang menjadi begitu menjengkelkan!"
Kyungsoo memukul namja disampingnya yang hanya bisa menerimanya sambil meringis kesakitan.
Diam sejenak, "kau sedang PMS, kyung?"
Kyungsoo menatap horror namja disampingnya.
"kau mau kupukul lagi, tuan Wu?"
"kau mau kucium, nona Kyungsoo?"
"ya!"
Kyungsoo kembali berteriak. Dan lagi-lagi ia menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kantin.
"maafkan temanku ini, yeorobeun. Dia hanya sedang PMS."
Kris membungkuk kecil kepada para pengunjung yang sekarang sedang tertawa kecil.
"aish! Terserah kau saja, tuan Wu yang terhormat."
Kris hanya tersenyum dan membuka laptop yang dibawanya. Ia harus menyiapkan bahan untuk presentasi besok pagi bersama klien dari luar negeri.
"presentasi lagi?" Kyungsoo akhirnya bersuara setelah membungkam diri beberapa menit, kris hanya mengangguk.
"kau sudah makan?" Kris menggeleng.
Kris masih terfokus dilaptopnya, ketika sesendok nasi dan telur gulung berhenti tepat didepan mulutnya. Kris menoleh. Ia menatap Kyungsoo, menuntut penjelasan.
"aku sudah kenyang. Bantu aku menghabiskan makan siangku." Ucap Kyungsoo, masih dengan nada ketus. Walaupun sekarang sudah agak lembut.
Kris menerima suapan Kyungsoo. Entahlah, ia tidak mau berdebat lagi dengan Kyungsoo dan yah, Kris tidak akan pernah bisa menolak permintaan Kyungsoo. Mereka sudah bersahabat sejak lama. Sejak mereka- ani, Kyungsoo masuk universitas dan Kris menjadi seniornya. Perbedaan umur 3 tahun sama sekali tidak menghalangi mereka untuk mengakrabkan diri. Bahkan saking akrabnya, Kyungsoo sudah tidak pernah lagi memanggil Kris dengan embel-embel 'hyung' ataupun 'gege', mengingat Kris yang sebenarnya adalah orang China.
"ada masalah apa hari ini?" Tanya Kris sebelum melahap suapan ketiga dari Kyungsoo.
Kyungsoo terdiam sejenak. 'haruskan aku memberitahu Kris?'
Kyungsoo hanya perlu beberapa detik untuk berfikir sebelum akhirnya memberikan ponselnya kepada Kris. "baca saja sendiri. Aku malas bercerita."
Kris mengambil jus jerus Kyungsoo, menyeruputnya, baru kemudian mengambil ponsel Kyungsoo. Ia langsung membaca pesan yang tertera dilayar ponsel itu, begitu tombol kuncinya dibuka.
"pantas saja kau mendadak PMS."
Kyungsoo memasukkan paksa sepotong telur gulung kedalam mulut Kris, membuat si empunya mulut tersedak.
"aigo, uri Yifan makan dengan sangat baik."
Kyungsoo menepuk-nepuk punggung Kris, yang sampai sekarang masih terbatuk kecil. Kris mendelik. Kyungsoo tertawa senang.
"kau masih bisa tertawa rupanya." Kyungsoo menjulurkan lidah.
"kau punya saran?" Kyungsoo menatap sahabatnya penuh harap.
"kau ajak saja Jongi—"
"kau gila!"
"jangan memotong ucapanku!"
Kyungsoo terdiam. Ia memanyunkan bibirnya.
"apa salahnya kau mengajak Jongin? Bukankah kau sudah menyukainya sej—"
Kyungsoo segera membekap mulut Kris, "ya! Disini banyak orang bodoh!"
Kris menarik paksa tangan kecil Kyungsoo dari mulutnya.
"kau ingin membunuhku?"
"mungkin saja. Kalau kau tidak menjaga mulutmu dengan baik."
Kris menarik napas panjang dan kembali mencoba fokus ke laptopnya. Namun tidak bertahan lama, konsentrasinya kembali diganggu oleh teman kecilnya itu.
"ayolah, Kris. Kau harus membantuku. Beri aku saran!"
"aku sudah memberimu, nona."
"tapi-"
"tapi apa? Bukankah kalian sudah bertukar nomor telefon dan saling mengirim pesan? Kau tinggal mengajaknya berkencan, menyatakan cinta, mengajaknya kerumah orang tuamu dan semuanya selesai, nona Kyungsoo yang manis."
"ya! Kau barusan memotong ucapanku."
"1-1. Kita impas." Kris kembali menyeruput jus jeruk Kyungsoo. Ia melirik Kyungsoo yang sekarang terdiam menatap ponselnya.
"sekarang, cepatlah kirimi dia pesan dan jangan menggangguku. Aku harus menyiapkan bahan untuk prensentasi penting besok."
Kyungsoo tidak berkomentar. Ia masih setia menatapi ponselnya yang tergeletak indah dimeja. Selang beberapa detik, ponsel itupun berbunyi. Ada pesan masuk.
"beruntung, kau tidak harus mengiriminya pesan singkat duluan." Ujar Kris yang sedang mengetik sesuatu dilaptopnya.
"bagaimana kau bisa tahu kalau itu Jongin?"
"kau mengatur nada pesan khusus untuknya." Kris menoleh ke Kyungsoo, "aku tahu itu."
Kyungsoo mengalihkan pandangannya. 'sedikit' malu terangkap basah melakukan hal cheesy didepan sahabatnya itu.
"cepat balas pesannya."
"ya! Kenapa kau ya-"
"cepat!"
"aish! Baiklah, tuan Wu. Aku sudah mengetik sekarang. Puas?!"
Sayangnya, Kris sudah terlena oleh laptopnya dan sama sekali tidak menghiraukan kicauan sahabat mungilnya itu.
.
.
.
Dan disinilah Kyungsoo sekarang, berdiri didepan sebuah kafe sambil sesekali merapatkan jacket tebalnya. Walau sudah bertahun-tahun tinggal disini, namun Kyungsoo masih berlum terbiasa dengan udara malam Seoul.
"sudah lama menunggu?"
Kyungsoo menoleh. Akhirnya datang juga. Kim Jongin.
"aniyo." Kyungsoo tersenyum. Membuat namja didepannya juga ikut tersenyum.
"ayo kita masuk. Kau pasti kedinginan, kan?"
Kyungsoo kembali tersenyum. "kajja."
Kyungsoo membalikkan tubuhnya, bersiap memasuki kafe tersebut. Namun langkah terhenti ketika merasakan sebuah tangan melingkar dibagian belakang tubuhnya dan berakhir dipinggangnya. Ia menoleh kearah Jongin dan matanya membulat seketika.
Tatapan Jongin dimatanya terasa menusuk. Ia juga bisa melihat senyum, yang lebih terlihat seperti smirk, menghiasi bibir tebal nan sexy milik Jongin. Belum lagi jarak wajah mereka yang kurang dari sepuluh centi membuat jantung Kyungsoo kalang kabut.
"hyung?" Jongin akhirnya berbicara dengan nada (yang sialnya) sangat rendah. Kyungsoo hanya menggumam sebagai jawaban.
"kau bermasalah dengan ini?" Kyungsoo bisa merasakan Jongin yang mengeratkan pelukannya tepat setelah ia menyelesaikan kalimatnya. Jantung Kyungsoo makin tak terkontrol.
'Persetan kau, Kim Jongin,'
Akhirnya, Kyungsoo hanya bisa mengangguk lemah dan membiarkan Jongin menyeretnya masuk ke dalam kafe. Seketika udara disekitar Kyungsoo terasa sangat panas dan rasanya sangat susah untuk bernapas.
'biarlah. Setidaknya, aku tidak kedinginan lagi sekarang. Semangat Kyungsoo!'
.
.
.
TBC
Author's note:
HAHAHAHA aku barusan nulis apa coba HAHAHAHA-_- maaf banget ya kalo jelek. Soalnya ff ini ff kebut sepagi (?) pas nyalain laptop tiba-tiba nemu ide beginian, jadinya yaaaaaaa jadilah ff abal ini lol nah, buat yang pengen nanya2 atau apalah segala macam, you guys can go to this link /donutkim btw thanks for reading and the last, mind to review? :-)
