(Kembalinya) Sang Putih

Utawarerumono X High School DxD

Chapter 01 : Tamu Musim Gugur

Written by : Fajeri No Misaki-kun

-~o0o~

Terduduk di meja rias di kamarnya, Kuon menatap kaca di depannya. Rambutnya nampak tergerai dan sedikit berkeringat, wajah lesu setelah beraktifitas seharian penuh. Namun Kuon terlihat tak fokus pada rambutnya yang mulai lepek dan kusut tersebut, ia hanya terdiam dan fokus pada tatapan wajahnya di cermin tersebut.

Lalu Kuon pun menghela nafas yang panjang.

"Hari ini benar-benar sungguh menguras tenagaku. Bagaimana bisa gulungan laporan itu terlihat makin menggunung meskipun sudah aku kerjakan?"

"Aku pula tak mencoba tuk menyalahkannya, namun Benawi membawa gulungan laporan terus menerus tiada henti." Lanjutnya.

Dari cermin tersebut terlihat juga sebuah kalender bintang yang nampak menggantung di dinding kayu kamarku. Kalender itu memiliki sistem penanggalan hingga 30 hari dalam sebulan, dan memiliki 12 bulan dalam satu tahun.

Kuon menatap kalender itu dari cermin di depanku ini, ia tampak tersenyum seraya memejamkan mata natural.

"Tak terasa sudah hampir setahun berlalu sejak kepergianmu."

Melanjutkan kata-katanya, gadis itu membuka matanya dan menampakan tatapan hangat pada sebuah pohon yang telah kehilangan seluruh daunnya di luar jendela kamar.

"Iya kan?"

"...Haku."

Ratu Tuskuru, begitulah sebutan Kuon saat ini. Sebagai penguasa suatu negara di sebuah pulau yang sangat luas dan berbatasan langsung dengan Negara suci, Witsalnemitea. Sebuah negara yang berada di selatan Tuskuru. Penduduk di negeri Tuskuru hidup dengan damai dan sejahtera, apalagi ditambah dengan hubungan kerjasama "Poros Tiga Negara", yaitu hubungan kerjasama Ekonomi, Militer, Teknologi, dan Budaya antara negara Tuskuru, Witsalnemitea, dan Yamato. Hal itu membuat jalur laut menjadi makin ramai karena perbatasan ketiga negara telah dibuka secara bebas.

Dan disinilah Kuon sekarang, bersama dengan para "keluarganya" di meja makan, meskipun masih belum semuanya yang datang. Nampaknya mereka tengah akan memulai rutinitas sarapan pagi. Di depan meja makan, Benawi, Oboro, Dorii, Guraa, Aruuru, Camyu, dan Kuon. Sedangkan Kurou, Urutorii, dan Hakuoro masih belum datang. Eruuru pun belum datang dari dapur untuk menyiapkan sajian makanan lainnya ke meja makan.

"Masih lamakah mereka? Perutku sudah kelaparan."

Begumam dan sembari memegang perutnya yang sedari tadi telah berbunyi, Camyu terfokus pada udang goreng yang terletak di hadapan Aruuru. Nampaknya air liur pemilik sayap hitam itu hampir menetes saat menatap makanan tersebut.

"Aru-chan, bisakah kamu ambilkan udang goreng itu?"

"Nggak boleh, tunggu semuanya datang dulu." Aruuru menggelengkan kepalanya pada Camyu.

"Uu... pelit."

Aruuru lalu menatap udang goreng itu tanpa berkedip, kemudian mengambilnya satu biji dan memakannya.

"Ah! Nggak adil! Aru-chan makan udang itu duluan!" Seru Camyu.

Kembali menggelengkan kepala, Aruuru lalu membela diri.

"Nggak, Aruuru cuma menyicipi."

"itu sama aja!"

Kebetulan Kuon duduk di antara Aruuru dan Camyu, bukan karena kemauannya sendiri namun Aruuru dan Camyu memaksa Kuon untuk duduk dengan mereka tadi.

"Sudah-sudah, kalian berdua... tidak baik ribut-ribut di depan meja makan." Kata Kuon.

Sedikit sadar dengan yang dikatakan oleh Kuon, mereka pun terdiam dan meminta maaf.

Namun tak disangka Kuon tengah mengunyah sesuatu dan sepertinya jumlah udang goreng di nampan berkurang satu biji lagi.

"Ah! Ku-chan pun sama saja!" Teriak Camyu.

"Baiklah kalau begitu, aku juga akan mengambil satu. Setelah itu kita impas." Lanjutnya.

Saat Camyu akan mengambil udang goreng itu, kakaknya, Urutorii pun telah datang tanpa sepengetahuan mereka dan mengambil nampan tersebut.

"Jangan, Camyu, tidak baik untuk makan duluan sebelum yang lainnya datang." Kata Urutorii dengan tersenyum seperti biasanya..

"Tapi.. tapi.. mereka berdua juga sudah mengambilnya satu." Camyu membela diri.

Dengan sekejap Urutorii melirik sipit ke arah Camyu dengan pandangan mengancam.

"Camyu!"

Setetika aura di sekitar Urutorii menjadi berat nan pekat. Camyu pun bergidik ngeri.

"Hii~!"

Kemudian Camyu pun kembali ke posisi duduknya dengan menundukan kepala serta memejamkan matanya.

"Oi-oi.. Ada apa ini? Kok kelihatannya ribut sekali?"

"Oh Hakuoro-sama, tidak, tidak apa-apa kok."

Hakuoro pun berjalan menuju meja makan paling ujung, diikuti oleh Kurou dibelakangnya. Lalu Kurou pun duduk di samping kanan Hakuoro.

"Nah, sekarang ayo kita mulai sarapannya." Hakuoro mengajak seluruh orang yang berada di depan meja untuk memulai makan.

"Terima kasih, Hakuoro-sama, kalau begitu kami terima tawarannya." Gumam Benawi yang berada di samping kiri Hakuoro.

"Setelah sarapan ini jangan lupa tuk membantu Kuon-sama dan Oboro-sama menyelesaikan laporan-laporan yang sudah menunggu di ruang kerja." Lanjutnya.

"Guh! Benawi, belum-belum kau sudah mengacaukan nafsu makan ku." Hakuoro tersenyum garing saat mendengan perkataan terakhir dari Jenderal Tertinggi Tuskuru itu.

"Ah, sudah kuduga." Sahut Oboro yang berada di seberang meja makan, tepat di hadapan Benawi sendiri.

Oboro dan Kuon yang mendengar hal itu pun nampak mengeluarkan peluh dingin di dahinya.

Melihat mereka bertiga, Benami pun meminta maaf.

Tiba-tiba saat akan memulai makan yang sebenarnya, datanglah seorang prajurit penjaga gerbang istana kerajaan. Ia terlihat datang dengan terburu-buru, kelihatan dari nafasnya yang tak beraturan.

"Maaf mengganggu, saya kemari datang untuk melapor!"

"Ada apa?!" Sahut Benawi yang mewakili Ratu.

"Di luar gerbang ada seseorang yang ingin bertemu dengan Ratu."

"Aku?!" gumam Kuon pada prajurit tersebut.

"Ya, dia ingin bertemu dengan Ojou-sama."

Pandangan mata Hakuorou menyipit.

Memangnya siapa orang itu? Setidaknya aku ingin tahu namanya." Kata Hakuoro.

Lalu setelah diberikan segelas air putih oleh Eruuru dan meminumnya, prajurit tersebut berterimakasih pada Eruuru dan mulai melanjutkan kembali kata-katanya.

"Kami sudah menanyakan namanya, namun ia sendiri tidak mau memberitahukan namaya"

Semua orang di meja makan tersebut menjadi gusar. Mereka menatap satu sama lain degan mata kebingungan.

"Sungguh lancang sekali dia!" Sahut Kurou.

"Namun dia berkata jika dia kenal dengan yang bernama "HAKU"." Lanjut prajurit tersebut.

Sontak mereka pun tersentak kaget saat mendengarnya. Akan tetapi Kuon bukan hanya kaget, namun dia juga berlali keluar. Mungkin gadis itu segera menuju ke arah gerbang utama istana.

Kembali terkejut dengan apa yang dilakukan anaknya. Bersama dengan dirinya, Hakuoro pun segera memerintahkan Oboro, Kurou, dan Benawi untuk pergi menyusul Kuon.

Di depan pintu gerbang istana kerajaan di Ibukota Tuskuru, seorang laki-laki berambut hitam dengan sedikit kecoklatan namapk berdiri menunggu. Di hadapannya terdapat dua orang personil penjaga gerbang yang masih menunggu seorang prajurit penjaga gerbang yang sedang pergi melapor ke dalam istana.

"Hey, meskipun An-chan nampak mencurigakan, namun dari obrolan yang kita lakukan barusan. Sepertinya An-chan menarik juga." Gumam Tuka, salah satu dari kedua penjaga tersebut.

"Tuka, jangan mudah terpengaruh padanya hanya karena pembicaraan kalian menyenangkan! Kita tidak tahu maksud dia kemari, jangankan maksud kedatangannya, namanya pun tidak ia katakan." Sela Sawari, seorang penjaga satunya.

"Untuk mencoba percaya padaku kalian tidak perlu tahu namaku. Asal lawan bicaramu nampak menyengakan, itu sudah cukup, bukan?"

"Ta-tapi.."

Tuka menepuk bahu Sawari dari samping, Sawari meresponnya dengan tatapan mata padaTuka.

"Sudah-sudah.. benar sekali kata An-chan, asal dia tak ada niat menyerang kita saja itu sudah cukup. Kita disini cuma bertugas menjaga dia agar tak kemana-mana."

Meredupkan matanya, Sawari pun nampak sedikit menundukan kepalanya. Ia pun menghela nafas panjang.

"Hah~ baiklah, untuk kali ini aku mengalah."

"Lagipula An-chan ini juga kelihatan baik." Lanjutnya.

Tak berselang lama, nampak pintu gerbang besar di belakang kedua penjaga tersebut terbuka. Menampakan seorang gadis yang memiliki derajat tertinggi di negeri ini, seorang Ratu Tuskuru, Kuon.

Dia menampilkan dirinya dari balik gerbang itu dengan rambut yang nampak acak-acakan. Nampaknya ia berlari dengan sekuat tenaga menuju ke gerbang tersebut.

Seakan sebuah kata, "HAKU", dapat menjadi sebuah pelatuk atau pemicu khusus untuk menarik perhatian sang Ratu.

Semua prajurit yang sedang bertugas di gerbang pun terkejut bukan main saat melihat Ratunya menuju gerbang dengan penuh peluh keringat. Hal itu seperti hal baru bagi mereka. Karena yang biasa mereka lihat dari Ratunya tersebut adalah seorang Ratu pemimpin Tuskuru yang elegan dan serba berwibawa.

Sambil terengah-engah, Kuon menghampiri pemuda asing tersebut.

"Apa hubunganmu dengan Haku?"

Sebuah kalimat pertama yang keluar dari mulut Kuon adalah untuk memastikan sosok pemuda tersebut. Bukan pertanyaan "Siapa namamu?" atau "Siapa kau?". Sebuah pertanyaan yang to the point.

Pemuda yang mengenakan pakaian yang tak biasa bagi orang-orang di sekitarnya. Sebuah kaos merah yang lapisi kemeja putih berpola garis hitam horizontal, ditambah lagi dengan jas hitam dan celana hitam polos yang panjang. Kemudian sebuah sepatu pantofel hitam. Mirip seperti pakaian penggiring acara pemakaman.

Kuon terus menunggu jawaban pertanyaan yang ia lontarkan sembari menatap pakaian aneh yang pemuda ini kenakan.

Sambil tersenyum, pemuda itu mencoba menjawab pertanyaan Kuon.

"Oi-oi.. bukan nama atau darimana yang ditanyakan, malah bertanya seperti itu. Seperti yang dikatakan oleh Haku-sensei, Ojou-sama ini memang seorang yang terburu-buru."

Saat pemuda itu mengatakan nama Haku, Kuon makin tak tenang.

"Sudahlah, cepat jawab pertanyaanku!"

Dari belakang mereka, tepatnya di depan gerbang istana, nampak Hakuoro, Oboro, Kurou, dan Benawi datang dan berjalan menuju Kuon berdiri.

"Kuon, ada apa ini? Siapa pemuda itu?" Tanya Hakuoro.

"Dia nampak mencurigakan." Gumam Benawi, menatap tajam pada sosok pemuda tesebut.

Hal itu diikuti oleh Oboro dan Kurou, mereka juga menatap dan terfokus pada pemuda bermata coklat tersebut.

Setelah mereka berempat berdiri di belakang Kuon. Kuon pun terpejam memegang dadanya dan menarik nafas pelan, mencoba untuk menenangkan diri. Memang benar, dia tak sadar telah terbawa suasana hingga ia sendiri menjadi seorang yang tidak sabaran dalam sekejap tanpa ia ketahui.

Setelah merasa tenang, ia pun membuka matanya dan menatap pemuda tersebut.

"Sekali lagi ku tanyakan padamu. Siapa dirimu dan apa hubunganmu dengan Haku."

Sambil menunggu jawaban dari pemuda itu, Hakuoro kembali teringat pada seorang pemuda yang dulu pernah selalu bersama dengan anaknya, Kuon, dalam tiap perjalannya.

"Jadi benar rupanya, kau benar-benar mengenal Haku?" Gumam Hakuoro.

Mulai membuka mulutnya, pemuda di depan mereka melanjutkan kata-katanya yang sempat tertunda. Ia menatap ke arah Kuon.

"Mohon maaf atas kelancangan saya, sebagai seseorang tanpa status di negeri ini bisa berbicara pada Ratu Tuskuru."

Kemudian pemuda itu melanjutkan kalimatnya lagi.

"Perkenalkan.. nama saya Hyoudou Issei. Saya dari dimensi lain dari dunia. Saya seorang mantan manusia."

"Mantan manusia? Maksudmu Omvitakayan?!" Kejut Hakuoro.

"Ya, Hakuoro-sama. Dia dulunya adalah manusia."

Tiba-tiba datanglah Urutorii yang datang dengan terbang melewati sisi atas gerbang. Lalu turun dengan pelan di samping pemuda tersebut.

"Namun sekarang sudah tidak lagi, meskipun fisiknya terlihat seperti seorang manusia."

Sembari mengangguk, pemuda bernama Hyoudou Issei tersebut kembali melanjutkan.

"Satu setengah tahun lalu saya masih berstatus seorang manusia. Namun saat ini saya adalah Demon Humanoid Dragon."

"Kemudian soal Haku-sensei, seperti yang aku panggil barusan, dia adalah guru ku di dimensi dunia kami. Sebelumnya dia adalah sosok zat nyawa yang muncul secara abnormal di dimensi kami nan tak memiliki tubuh, karena keunikannya maka Gubernur Malaikat jatuh saat itu, Azazel-sen—maksudku Azazel membuatkan tubuh buatan untuknya."

"Untungnya Haku-sensei membuka mata untuk pertama kalinya, dia masih memiliki ingatan masa lalunya. Meskipun ingatannya masih terpecah-pecah pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu ingatannya menjadi pulih kembali."

Issei pun menyudahi penjelasannya yang cukup panjang dengan sekali helaan nafas yang kuat.

"Namun ada hal apa yang membuatmu datang kemari?" Tanya Oboro.

"Itu adalah—" Urutorii yang mencoba menutupi sesuatu pun dihalangi oleh tangan Issei.

Issei memberi syarat dengan sebuah anggukan kepala, isyarat itu membuat Urutorii membelalakan mata, lamu tak lama kemudian berubah menjadi tanda kepasrahan lewat anggukan balasan dari Urutorii.

"Haku-sensei yang juga sebagai peneliti di pusat penelitian Grigori membutuhkan Kuon-sama dan Hakuoro-sama untuk kemajuan penelitiannya. Begitulah yang kudengar dari beliau."

Benawi, Kurou, dan Oboro pun langsung menatap tak percaya pada kedua ayah-anak tersebut.

"Mana bisa kami biarkan mereka pergi ke tempat yang tak bisa kami jangkau begitu saja!" Seru Benawi setelah menatap intens pada mereka berdua.

"Betul juga ya~~ Sudah kuduga akan begitu sulit untuk mengajak mereka. Ahahahaha..."

Kemudian Issei pun menghela nafas yang cukup cepat.

"Hei kalian berenam! Yang lainnya sudah satu jam menunggu kalian, cepatlah kembali ke meja makan!"

Tak disadarai Eruuru ikut datang ke gerbang istana untuk menyusul mereka. Kali ini kelihatannya Eruuru sudah berada pada mode Berserk yang sudah siap untuk menerkam mereka. Lantas Hakuoro, Kuon, Kurou, Benawi, Oboro, dan Urutorii pun kembali terkejut dengan kemarahan Eruuru.

Lalu Eruuru menatap ke arah Issei, sekilas Eruuru tersenyum padanya.

"Anata, ajak sekalian pemuda itu untuk ikut sarapan!"

Dengan peluh keringat dingin di dahinya, Hakuoro pun menatap ke arah Issei.

"Issei-dono, kau sudah melihat istriku sudah marah kan? Maka saranku ikuti saja keinginannya. Daripada nanti istana makin kacau nantinya."

Issei pun menatap ke arah Kuon, kemudian Kuon pun mengangguk mengiyakan.

"Baiklah kalu begitu, akan saya terima tawarannya..."

Mereka pun nampak terlihat lega atas konfirmasi persetujuan dari Issei.

"Namun ada satu hal yang aku harapkan untuk ikut bersama, kali ini dua orang temanku."

Tanpa sebuah aba-aba yang di keluarkan oleh Issei, munculah bagai sebuah kedipan mata, kedua orang yang sekarang berada di kedua sisi Issei.

"Perkenalkan, nama mereka Arthur dan Irina."

Kemudian mereka segera membungkuk pada Hakuoro, memberikan sebuah kehormatan yang tinggi padanya. Sungguh perkenalan denga timing yang sempurna.

"Perkenalan lebih lanjutnya nanti saja, ayo cepat kita ke dalam ruang makan." Sahut Benawi dengan berlari ditempat, sedangkan yang lainnya sudah berlali duluan ke dalam komplek Istana kerajaan.

Hal ini membuat sebuah anti-klimaks bagi mereka bertiga. Sudah berusaha memperkenalkan secara elegan kepada Hakouro, Kuon, dan yang lainnya. Akan tetapi mereka berenam tak menghiraukan dan langsung ergi begitu saja.

Lalu melihat Benawi yang pada awalnya terlihat sangat berwibawa dan penuh ketenangan pun luntur hanya karena omelan seorang wanita bernama Eruuru itu, apa jangan-jangan wanita itu adalah penguasa dibalik layar dari kerajaan Tuskuru?!

Sambil memikirkan hal itu, Issei dan kedua temannya pun berjalan menuju ke dalam Istana, mengikuti arah yang dituju Benawi.

TO BE CONTINUED...

See Ya Next Later... ^0^)/