Akhirnya saya mendapatkan cuti langka yang jarang2 diberikan bos saya. Haha.. Buat yang nanyain fic multichap "Kutukan" dan "I Still Remember" sabar ya fic nya masih dalam proses walaupun saya akui moodnya sedang tidak baik karna lagi ada sedikit masalah sama seseorang. Why? Because he is my imagination. Kalo lagi slek kaya gini saya ga bisa konsen *curhat
Langsung aja deh cekidot. Anggep aja fic ini buat pemanasan ya.. Semoga menghibur :)
Mary
By : Nagisa Yuuki
Disclaimer : Fairy Tail by Hiro Mashima
Warning : AU,OOC,Typo(s),dll.
Lucy berjalan melewati lorong sekolah yang lumayan panjang dan ramai. Gadis blondie bermata caramel ini sempat mendengar percakapan para siswi yang sedang mengobrol didepan kelasnya masing-masing. Berita tentang kematian seorang siswi dari SMU sebelah, katanya penuh dengan misteri dan sangat sadis, begitulah yang ia dengar.
"Ada apa sih? Ku dengar ada yang meninggal? Siapa?" Tanya Lucy yang baru saja tiba dikelas sambil meletakkan tas ranselnya diatas meja.
"Are~ Lucy belum tahu ya? Katanya siswi SMU Era ada yang meninggal, pokoknya euhh.. Mengerikan! Mayatnya tanpa kepala," Jelas Juvia, sahabat sekaligus teman sebangku Lucy, dengan tubuh bergidik ngeri.
"Benarkah? Dia dibunuh?" Lucy terlihat begitu penasaran dengan cerita Juvia.
"Entahlah.. Polisi menduga kalau dia dibunuh. Tapi, aku tidak yakin, karena jasadnya diketemukan dikamarnya sendiri. Posisinya juga seperti sedang tidur tidak ada yang aneh," Juvia tampak berfikir sejenak, "jangan-jangan..." terkanya tiba tiba. Kalimatnya menggantung membuat Lucy semakin penasaran.
"Jangan-jangan apa? Jangan menakutiku, Juvia!" Lucy mengelus belakang lehernya yang tiba-tiba saja bergidik.
"Kau percaya dengan cerita 'Mary'?"
"Mary? Apa itu? Sejenis nama orang kah?"
"Chigau! Tapi hantu," ralat Juvia. Kini wajah Lucy mendadak berubah, yang tadinya tegang kini malah terlihat seperti menahan tawa. Lucy menutup mulutnya menggunakan sebelah telapak tangannya lalu terdengar suara tawa cekikikan Lucy dan membuat Juvia memberengut kesal.
"Kenapa kau tertawa? Aku serius! Aku sungguh tidak bohong, Lucy!" Juvia mengangkat jari tengah dan jari telunjuknya membentuk huruf V. Wajahnya terlihat serius tapi Lucy sama sekali tidak meresponnya.
"Juvia, kau itu terlalu banyak menonton film horor," Lucy menggelengkan kepalanya, "Hantu itu tidak ada. Dasar kau ini, payah! Percaya pada tahayul semacam itu." Lanjut Lucy sambil menatap wajah Juvia dengan tatapan meremehkan. Karna memang Lucy bukan termasuk siswi yang percaya akan cerita hantu dan sebagainya. Pikirannya realistis, dijaman yang serba canggih seperti sekarang mana ada hantu, yang ada itu hanya ilmu pengetahuan. Lagipula tidak ada satu rumuspun yang menjelaskan tentang keberadaan hantu dan mitos-mitos tahayul lainnya.
Lucy masih sibuk tertawa tanpa memperdulikan ekspresi Juvia yang mendadak berubah semenjak ia mengatakan bahwa 'Hantu itu tidak ada'.
"Terus saja tertawa! Nanti kalau sudah didatangi baru tahu rasa kau. Aku tidak akan menolongmu!" Gerutu Juvia. Ia memalingkan wajahnya dari Lucy. Jengkel dengan sikap sahabatnya yang terlalu menganggap remeh sesuatu hal. Walaupun dia ada benarnya juga, tetapi Juvia tidak berbohong tentang urban legend yang sering beredar ditiap-tiap sekolah yang ada di Fiore.
"Oke, maafkan aku. Kau ini lucu sih. Eum.. Jangan cemberut begitu. Iya, aku akan menanggungnya sendiri kalau sampai hantu yang bernama Mary itu datang padaku. Aku tidak takut sama sekali padanya." ujar Lucy dengan nada meremehkan dan sedikit takabur.
"Hati-hati kalau bicara Lucy, jangan takabur. Aku hanya mengingatkan karna kau sahabatku," kata Juvia memperingati.
"Okidoki, Juvia-sama!" Lucy kembali cekikikan. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, menandakan jam pelajaran pertama dimulai. Para Siswa segera menduduki kursinya masing masing.
.
::Mary::
.
Siang menjelang sore. Langit tampak sedikit mendung, disertai angin semilir yang sangat lembut. Membuat siapapun yang merasakannya ingin segera terlelap dibawah selimutnya. Lucy menilik arloji berwarna Pink ditangan kirinya. Sudah sekitar hampir sejam lebih ia menunggu Natsu-kekasihnya- dikursi taman sekolah. Namun, Natsu tak kunjung datang. Lucy menarik napasnya dengan kasar. Ini bukan kali pertamanya Natsu mengingkari janjinya tapi sudah kesekian kalinya, bahkan Lucy sudah hafal betul setiap alasan yang dipakai Natsu nantinya.
Manik caramelnya mengerjab kesal. Ia menghentakkan kakinya ketanah dengan gusar, lalu berniat untuk menghampiri Natsu di Club Basketnya. Sesaat ia merasa ada yang aneh terhadap suasana sekolahnya. Tak seperti biasanya. Lucy menoleh kearah lorong sekolah yang saat itu terlihat gelap karna suasana langit yang sangat mendung. Seperti ada sesuatu.. Ah tidak! Seperti ada bayangan seseorang yang tengah berdiri disana. Lucy memicingkan matanya lebih tajam agar ia bisa melihat sosok siapakah yang sedang berdiri disana itu.
"Hei, kau sedang apa?" tanya Natsu secara tiba tiba mengagetkan Lucy.
"Ah, itu.. Ada sesuatu disana," Lucy menunjuk kearah lorong yang tadi dilihatnya, Natsu memperhatikan lorong itu tapi tidak ada yang aneh disana.
"Tidak ada apa-apa, mungkin kau salah lihat. Ayo kita pulang!" ajak pemuda salmon itu, "Eum.. Kau tidak marah kan? Tadi ada diskusi sebentar di Club." jelas Natsu yang terlihat amat sangat merasa bersalah pada Lucy. Gadis manapun takkan ada yang tega melihat kapten team basket populer macam Natsu memasang wajah memelas seperti itu.
Lucy memahat sebuah senyuman manis sambil mengelus wajah Natsu dengan lembut, "Tak apa, walaupun aku sempat jengkel tadi, tapi.. yasudahlah! Ayo kita pulang, aku lapar.." rengek Lucy manja. Natsu memamerkan grins andalannya. Tangan besarnya merangkul bahu Lucy lalu berjalan beriringan menuju parkiran, ketempat dimana kendaraannya terparkir.
Jauh dilubuk hatinya, sebenarnya Lucy masih sangat penasaran dengan sosok yang tadi dilihatnya dilorong. Ia benar-benar melihatnya. Sosok itu sedang berdiri menatapnya dilorong itu sambil menggendong sesuatu. Tapi... Ah! Rasanya tak akan ada habisnya jika memikirkan hal itu, lagipula mungkin Natsu benar, ia hanya salah lihat.
.
::Mary::
.
Gadis pirang itu terus berlari, namun, berkali kali ia menghindar sosok itu selalu berada tepat didepannya. Sosok itu tersenyum mengerikan sambil menggendong-gendong sebuah boneka usang yang terpotong potong, layaknya menggendong seorang bayi. Lucy diam tak berkutik. Tatapan mata gadis kecil itu terasa amat tajam menatapnya. Semakin dilihat sosok itu semakin terlihat mengerikan, kulitnya pucat dan terlihat sangat pias seperti tak ada aura kehidupan didalam jasad itu, wajahnya tidak begitu kelihatan karna tertutupi oleh topi yang dikenakan gadis kecil itu, rambutnya terurai panjang dan berantakan. Sosok itu mulai bersenandung lalu menangis dan kemudian tertawa. Sumpah demi apapun. Lucy semakin ketakutan. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.
Lucy berusaha menghindar, ia berjalan mundur perlahan lahan, namun, sosok itu malah maju mendekatinya. Kini jarak mereka sangat dekat, bahkan Lucy dapat merasakan aura dingin dari sosok itu. Dia mulai membuka mulutnya yang terkatup dan membisikan sesuatu.
"Aku memberimu waktu 7 hari untuk menemukan potongan tubuh bonekaku yang hilang. Aku akan menagihnya setiap malam, dan aku akan selalu menghantuimu. Jika dalam waktu yang kutetapkan kau belum menemukannya, kau harus menggantinya dengan anggota tubuhmu sendiri!" ucap sosok itu dengan suaranya yang berat dan terkesan datar. Lucy sama sekali tak mampu menggerakan tubuhnya. Kalimat itu rasanya memenuhi seluruh pikirannya, terus mengulang-ngulang bagaikan kaset rusak.
Sosok itu kembali tertawa sambil mendongakkan kepalanya. kini Lucy benar-benar mati kutu ketika melihat sosok aslinya. Amat sangat menyeramkan. Seperti boneka Chukky yang dipasang ketika perayaan halloween. Matanya... Matanya putih pekat, kantung matanya berwarna hitam legam, dikeningnya terdapat darah segar yang mengucur dengan derasnya.
Perlahan lahan Lucy membuka mulutnya hendak berteriak. Dengan sekuat tenaga ia mengumpulkan keberaniannya dan berteriak sekencang-kencangnya.
"HUWWAAAAAHH!" Lucy terbangun dengan keringat dingin yang membajiri sekujur tubuhnya. Nafasnya masih tersenggal-senggal, layaknya orang yang habis lari marathon keliling Magnolia. Lucy menengok kearah jam yang terpasang didinding kamarnya, jam 2 Pagi.
"Ternyata Mimpi!" Dengusnya menarik napas lega dan kembali tidur sambil menarik selimut bergambar Hellokitty kesukaannya. Tapi... Seperti ada yang mengganjal tubuhnya. Lucy menggeliat pelan dan merasakan sesuatu tertimpa dibawah punggungnya. Tangan Lucy meraba-raba kasur itu dan berhasil menangkap sesuatu. Dengan perasaan yang sedikit takut ia memberanikan diri untuk melihatnya. Ternyata... Ternyata sebuah tubuh boneka tanpa lengan, kaki maupun kepala.
"HUUUUAAAAAHH!" dengan sekuat tenaga Lucy melempar tubuh boneka yang tidak lengkap itu menabrak dinding. Disaat yang bersamaan ia mendengar suara cekikikan seseorang yang menggema disegala penjuru kamarnya.
.
::Mary::
.
Semenjak kejadian dimimpi itu, Lucy merasa seperti diawasi. Berkali-kali ia bermimpi dihantui oleh hantu gadis kecil itu dimimpinya. Semula ia yang tak begitu mempercayai mitos, kini seperti mendapat tulah dari ucapannya sendiri tempo hari.
"Kau kenapa, Lucy Heartfilia? kok melamun? bertengkar lagi dengan Natsu?" tanya Juvia yang sedari tadi memperhatikannya yang sedang melamun. Sudah beberapa hari ini Juvia memergoki Lucy terlihat lesu. Seperti kehilangan semangat cerianya entah kemana.
"Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Lucy berbohong.
Juvia menarik nafasnya lalu menghembuskannya kasar, "Kau pasti berbohong. Aku sangat mengenalmu Lucy. Sebaiknya kau jujur padaku, ada apa?" desak Juvia. Walau agak ragu, akhirnya Lucy menyerah dan menceritakan semua hal yang dialaminya beberapa hari ini. Dari mulai mimpi, boneka, dan semuanya tanpa ditutup-tutupi sedikitpun pada Juvia.
"Kau serius? Itu sih ulah Mary. Sudah kukatakan kan untuk tidak berkata takabur Lucy. Sekarang kau baru percaya?" Juvia kini menatap Lucy seperti tatapan penuh kemenangan, namun, ia juga sadar bahwa sahabatnya kini sedang berada dalam bahaya. Nyawanya ditentukan dalam beberapa hari ini. Berhasil atau tidaknya Lucy menemukan potongan tubuh boneka itu.
"Aku harus bagaimana? Aku takut.. Aku takut Juvia!" Lucy menutup wajahnya yang saat itu tengah menangis. Juvia sungguh tidak tega melihat Lucy yang sekarang. Juvia memeluk Lucy sambil mengelus bahunya pelan.
"Natsu, tahu tentang masalah ini?"
Lucy menggeleng lemah.
"Kenapa kau tidak memberitahunya? Siapa tahu dia bisa membantumu,"
"Aku tidak yakin, dia pasti menertawakanku. Natsu sama sepertiku, dia tidak mempercayai mitos dan sebagainya," ucap Lucy tertunduk lesu. Matanya menatap papan tulis dengan kosong. Ketika menoleh kearah pintu, Lucy melihat sosok hantu gadis kecil itu tengah berdiri disana sambil menatapnya dengan tatapan dingin. Matanya seolah-olah ingin terlepas dari dalam, dan melompat-lompat kearahnya. Lucy refleks memeluk Juvia sambil berteriak histeris, sehingga membuat teman sekelasnya dan beberapa orang guru datang menghampirinya.
.
::Mary::
.
Langit senja terlihat begitu indah. Biru merona jingga. Dihiasi oleh beberapa ekor burung yang terbang berkelompok diatas langit. Lucy menatap pemandangan diluar dari balik jendela kamarnya. Kondisi Lucy semakin lama semakin menyedihkan. Setelah 4 hari mempertaruhkan nyawanya mencari potongan tubuh boneka itu, ia hanya baru mengumpulkan setengahnya.
TOK.. TOK.. TOK..
"Masuk!" seru Lucy dari dalam kamar tanpa menoleh kearah pintu, ia masih asyik melamun menatap kearah langit.
Layla -Mama Lucy- mempersilahkan Natsu masuk kedalam kamar putrinya dan meninggalkan mereka berdua didalam. Natsu berjalan perlahan-lahan mendekati Lucy yang sedang duduk termangu didepan jendela kamarnya.
"Ada apa kau kesini?" tanya Lucy dengan suara yang terkesan datar tanpa gairah.
Sebelum menjawab, Natsu menghela nafasnya pelan, "aku khawatir, Juvia bilang kau sakit. Karna itu aku datang kesini untuk menjengukmu. Bagaimana keadaanmu, Luce?" Natsu menangkup wajah Lucy dan menariknya untuk bertatapan dengan manik obsidian miliknya. Natsu membeku. Rahangnya mengeras. Ketika melihat wajah Lucy pucat dan disudut-sudut matanya sudah tergenang air mata, yang kapanpun bisa menetes dan mengalir membentuk aliran sungai di pipi porselennya. "Katakan padaku, ada apa denganmu Luce,? Kau bisa menceritakannya padaku," Natsu berucap lirih, "Oke, aku tahu selama ini aku selalu sibuk, aku tidak memiliki waktu untukmu, bahkan aku tidak memperhatikanmu. Tapi kau harus tahu kalau aku mencintaimu. A-aku berjanji mulai sekarang aku akan selalu ada untukmu." lirihnya sambil menarik Lucy kedalam dekapannya. Tak terasa Lucy meneteskan air matanya mendengar ucapan Natsu barusan. Pelukan Natsu sungguh sangat hangat dan nyaman bagi Lucy.
Lucy melepaskan pelukan Natsu lalu berjalan kearah meja belajarnya dan mengambil sesuatu didalam laci. Lucy kembali menghampiri Natsu sambil menunjukkan beberapa potong tubuh boneka yang terpotong-potong dan belum lengkap. Natsu menerimanya dengan perasaan heran, ia mengangkat sebelah alis matanya lalu kembali menatap Lucy heran.
"Ini maksudnya apa? Jangan bilang kamu percaya sama tahayul itu? Tahayul yang lagi gempar disekolah,"
Lucy tak menjawab pertanyaan Natsu, ia hanya menunduk lemas sambil menyenderkan kepalanya kedinding.
"Jawab aku, Luce.. Kamu tidak serius kan?" tanya Natsu lagi sambil mengguncang-guncangkan tubuh rapuh Lucy.
"Kamu mau mendengar jawaban apa dariku, Natsu? Aku rasa kamu sudah tahu apa yang akan aku jawab nantinya," Lucy melepaskan tangan Natsu dari tubuhnya lalu berjalan kearah tempat tidur dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut. Meninggalkan Natsu yang masih diam mematung.
Ini sungguh sangat lucu baginya, kalau tidak menyangkut masalah Lucy mungkin Natsu sudah tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon yang sangat tidak lucu ini.
.
::Mary::
.
"hitotsu zutsu wakatte yukou yukkuri otona e to ano hi no sayonara mo- aww!" Lucy menghentikan permainan gitarnya karna jari tengahnya terluka terkena gesekan senar gitar miliknya.
Krek...
Lucy menoleh kearah dapur, terdengar suara pintu terbuka dari dalam sana. "Mama? Mama sudah pulang?" Lucy menaruh gitarnya lalu berjalan menuju kearah dapur. Sepi. Sunyi. Dan tak ada sesuatu yang aneh apalagi tanda tanda adanya kehadiran sosok Mamanya. Lucy meneliti setiap sudut dapur rumahnya. Sepertinya suara barusan berasal dari arah gudang. Hati kecilnya melarang untuk menghampiri tempat itu tapi rasa penasaran Lucy mengalahkan segalanya.
Pintu gudang ternyata memang terbuka dan pasti suaranya memang berasal dari sana. Tapi.. Siapa yang malam-malam masuk kedalam gudang. Setahu Lucy, Mama sedang ada urusan dirumah kakak sepupunya yang baru saja melahirkan dan Papa sedang ada dinas diluar kota. Oke, berarti itu cukup menjelaskan bahwa bukan mereka yang membuka pintu gudang itu, lalu siapa?
Lucy mulai menengok kedalam, mata caramelnya sibuk fokus menangkap gerakan sesuatu yang terlihat mencurigakan. Kakinya kini sudah masuk kedalam gudang meskipun bertentangan dengan hatinya.
Klek...
Lampu telah dinyalakan, kini Lucy bisa melihat seluruh isi ruangan dengan jelas. Mendadak Lucy gemetar, ia menggigit telapak tangannya sendiri agar suara teriakannya tidak pecah. Matanya terbelalak kaget, tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini. Didepannya tengah terbujur kaku jasad seorang gadis yang tak lain adalah dirinya sendiri. Tubuhnya terpotong-potong layaknya daging ayam yang biasa dibeli Mamanya dipasar. Bentuk potongannya sama persis dengan boneka yang selalu dibawa oleh sosok hantu Mary.
Air mata Lucy mengucur dengan derasnya. Matanya kini menatap lekat mata jasad yang telah terpotong-potong itu.
"Aaaaargh!" teriaknya lantang sambil menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya yang gemetar. Kakinya terasa amat lemas dan terjatuh kelantai tanpa sempat ia menahannya. Beberapa saat Lucy masih menangis dan tak berani membuka matanya, fikiran-fikirannya masih terus mengingat sosok jasad yang telah terpotong mutilasi itu.
Suasana semakin terasa mencekam. Sunyi. Senyap. Tak seperti yang ia rasakan sebelumnya. Tengkuknya kini bergidik, rasanya dingin seperti ada sesuatu yang sedang berdiri dibelakangnya. Lucy memberanikan dirinya untuk menoleh kebelakang, napasnya naik turun, tubuhnya semakin gemetaran, wajahnya sudah sangat pucat membayangkan apa yang sedang berada dibelakangnya.
Dengan satu tarikan napas, Lucy menoleh kebelakang dengan cepat. Fiuh.. Tak ada apa-apa disana, hanya ada beberapa tumpukan kursi dan benda-benda tak terpakai lainnya. Lucy mengelus dadanya dengan lega, sosok jasad yang menyerupai dirinya juga telah lenyap, apa tadi itu hanya ilusi?
Lucy lalu berdiri dan hendak meninggalkan gudang. Tapi... Baru beberapa langkah suara berdebum yang sangat memekakan telinga terdengar dibelakangnya tempat ia melihat sosok tubuhnya yang terpotong seperti daging ayam. Dengan gerakan super cepat Lucy kembali menoleh dan... Seperti tadi, tak ada apa-apa. Lucy pun kembali meneruskan langkahnya. namun, ketika menoleh kearah depan.
DEG!
Didepannya kini tengah berdiri sosok hantu Mary tepat didepan wajahnya. Tubuh hantu itu melayang dan sejajar dengan tinggi tubuh Lucy. Bau anyir dan bau busuk terasa amat kental diwajah hantu Mary. Perlahan kesadaran Lucy menipis, semua terasa berkunang-kunang dimatanya, kemudian Lucy ambruk dan pingsan.
.
::Mary::
.
Natsu saat ini sedang terpaku menatap layar laptopnya, entah bisikan dari mana Natsu begitu antusias mencari tahu tentang asal usul hantu Mary. Selama beberapa menit ia meneliti setiap informasi yang didapatkannya. Natsu terlihat begitu sangat serius, baru kali ini selama hidupnya ia mencari tahu tentang mitos dan tahayul-tahayul yang selama ini selalu dijadikan lelucon olehnya.
Natsu tampak tegang, sesekali ia melirik kearah bingkai foto yang terpasang diatas meja belajarnya, fotonya bersama Lucy. Lalu kembali menatap layar Laptopnya yang sedang terpampang berbagai informasi mengenai legenda hantu Mary.
MARY
Mary adalah seorang anak murid SD di salah satu sekolah dasar. Kelebihan Mary adalah dia mempunyai kekuatan supranatural, yang membuat teman-temannya membenci dia. Mary memiliki minat yang besar terhadap boneka. Kasus ini terkenal karena ciri-ciri Mary yang muncul membawa boneka yang terpotong-potong tubuhnya. Rupanya ulah teman-temanya yang memotong-motong boneka Mary membuat Mary tak tahan dan akhirnya memilih bunuh diri. Sejak saat itu Mary bergentayangan mencari potongan tubuh bonekanya, bagi anak yang dimintai tolong membantu mencarinya jika tidak berhasil menemukan potongan tubuh boneka miliknya maka anak itu akan dibunuh.
Untuk beberapa saat Natsu terdiam. Menyimak dan mencerna informasi yang baru saja didapatnya, "Luce.." gumamnya. Natsu kembali fokus dan mulai mengetik sesuatu di keyboard Laptopnya.
Lucy terus berlari sekuat tenaganya, ditangannya telah tergenggam sebuah kantung kresek berisi potongan-potongan tubuh boneka yang belum sepenuhnya lengkap.
"Kepala.. Dimana Kepala Boneka ini? Aku harus menemukannya, aku tidak mau mati, aku ingin hidup! aku ingin terus hidup.." ucap Lucy lirih sambil berlinangan air mata.
Didepannya kini tengah berdiri sosok hantu gadis kecil itu lagi, sosok itu menagih bonekanya yang ia harap bisa terkumpul utuh. namun, SIAL nya Lucy belum mampu mengumpulkan sepenuhnya, dan itu membuat Hantu Mary marah. Mary meminta kepala Lucy untuk menjadi penggganti kepala bonekanya yang belum ditemukan. Lucy berusaha menghindar, detak jantungnya terasa begitu amat cepat, ketakutan-ketakutan kini terlihat jelas diwajah cantiknya.
Lucy terus berlari, meskipun ia sudah tak sanggup lagi karna kelelahan, dan berkali-kali ia menghindar, sosok hantu Mary selalu berada tepat didepannya, membuat Lucy semakin kehilangan arah dan putus asa.
Brukk!
Karna tidak terlalu memperhatikan langkahnya, Lucy terjatuh. Ia tersandung sebuah batu besar didepannya. Lututnya terluka. Darah mulai bercucuran dari mulut lukanya. Kini Lucy pasrah, sosok hantu itu semakin mendekat. Lucy memejamkan matanya, walaupun rasa cemas masih melanda hatinya. Suara cekikikan Mary seakan menggema, memecah kesunyian. Suara tawa cekikikan yang menakutkan itu semakin lama mendekat, mendekat dan mendekat.
"Luceee!" teriak Natsu yang langsung berdiri didepan Lucy lalu menariknya.
Lucy membuka matanya dan mendapati Natsu tengah menarik tangannya untuk berlari, "Natsu?"
"Dengar... Aku minta maaf karna sempat meragukanmu, Luce." kata Natsu parau. Lucy hanya menatapnya dalam diam. Dia ingin sekali memeluk Natsu saat ini, karna mungkin ini kesempatannya yang terakhir untuk bertemu Natsu.
Mary tiba-tiba sudah berdiri melayang diujung belokan yang dituju Natsu. Tapi Natsu belum mau menyerah. Bahkan jika harus berlari dengan terseok-seok ia rela. Yang menjadi prioritasnya sekarang adalah keselamatan Lucy. Meskipun Natsu juga bingung apa yang harus ia lakukan untuk membatalkan permainan konyol ini.
Berkali-kali jalan yang dituju oleh Natsu dihadang oleh hantu Mary. Lucy sendiri sudah tidak mampu berlari bahkan berdiripun ia tak sanggup. Luka dikakinya terasa amat perih. Natsu berniat menggendong Lucy, namun, sebuah hempasan angin mendorong tubuhnya dan tubuh Lucy hingga menabrak dinding.
Natsu bangkit dengan sedikit meringis merasakan nyeri pada punggungnya. Ia berlutut didepan tubuh Lucy. Menghalau Mary untuk mendekati kekasihnya.
"Jangan sentuh dia. kalau mau, ambil nyawaku saja tapi biarkan dia selamat," Natsu menatap hantu Gadis kecil itu dengan sorot memohon.
"Natsu, jangan lakukan itu, aku tidak mau kau celaka," Lucy mendorong-dorong tubuh Natsu agar segera menyingkir dari hadapannya.
"Kau pikir aku rela kau celaka? Bodoh! Bagiku kau lebih berharga dari nyawaku,"
"Natsu..." Lucy menatap Natsu dengan tatapan lirihnya. Airmata telah mengalir dikedua pipi porselennya. Dilihatnya Mary sudah semakin dekat dengan Natsu, "Pergilah Natsu!" didorongnya lagi tubuh pemuda pinkish itu agar menjauh. Tapi Natsu terlalu keras kepala untuk menurutinya. Siapa yang akan rela membiarkan pacar tercintanya celaka.
"Tidak! Aku tidak akan pergi, aku mencintaimu Luce. Apa yang harus kulakukan jika kau tidak ada. Please... Kumohon jangan bunuh dia," Natsu terus memohon, dia bahkan memeluk Lucy dengan erat. Tidak mau membiarkan siapapun menyentuh gadisnya. Membuat Lucy semakin menangis dan perlahan membalas pelukannya.
"Hihihihi..."sosok itu kembali tertawa cekikikan, "Aku menginginkan bonekaku kembali, kau harus mengganti kepala bonekaku yang hilang dengan kepalamu. hihihi..." sosok itu semakin mendekat, tiba-tiba tubuh Natsu terhempas dan terlempar beberapa meter dari dekapan Lucy. Natsu meringis memegangi lengannya yang terkilir akibat hempasan tangan Mary.
Mary menatap wajah Lucy yang ketakukan dengan buas, tangan kirinya menari-nari dileher Lucy hendak menebasnya. Sebelum Mary melakukan keinginannya Lucy sempat berucap dengan nada pasrah.
"Cepat bunuh aku tapi jangan sentuh Natsu. Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini. Kau pasti kesepian kan? Aku mengerti bagaimana rasanya, itu sungguh menyakitkan,"
"Luceee!" teriak Natsu saat melihat Mary yang hampir menebas kepala Lucy. Sementara Lucy terdiam dengan ekspresi yang campur aduk. Natsu berdiri sekuat tenaga. Ketika tebasan itu hampir mengenai leher Lucy, secepat mungkin Natsu menarik Lucy kedalam dekapannya. Hingga yang ditebas Mary adalah angin. Kepala Mary bergerak dengan gerakan patah-patah. Ia menatap Lucy yang tengah didekap oleh Natsu dan keduanya terjatuh dijalan dengan lemas.
Mary terdiam. Melihat pemandangan didepannya. Pemuda ini rela mencelakakan dirinya sendiri hanya untuk menyelamatkan Lucy. Dilihat dari siku tangan kirinya yang terluka terkena tebasan nyasar yang dilakukan olehnya. Bahkan ia menyembunyikan Lucy dalam pelukannya. Memeluknya dengan sangat erat.
"Indah... Sangat indah..." lirih sosok menyeramkan itu. Natsu menoleh dan ia tercekat melihat wajah hantu itu berubah. Dia tersenyum dengan airmata yang berurai di pipi pucatnya. Perlahan sosok itu melayang mundur. wajahnya mendadak berubah menjadi sangat cantik. Mary terus tersenyum. Sosoknya perlahan memudar. Seiring dengan hilangnya Mary, ada sesuatu yang terjatuh dan itu kepala Boneka Mary yang selama ini dicari Lucy.
.
::Mary::
.
2 hari kemudian. Lucy menatap sebuah kuil yang didatanginya bersama Natsu. Kuil boneka yang terletak dekat dengan pelabuhan hargeon. Tempat dimana biasanya para boneka yang dirasuki oleh arwah dimakamkan.
"Kita mau apa kesini?" tanya Natsu terlihat sangat bingung.
"Aku mau menyerahkan boneka ini ke pendeta. Disini tempat menitipkan boneka-boneka yang diyakini dirasuki oleh roh. Aku harap Mary akan suka aku menitipkan boneka ini kesini," Lucy tersenyum menatap boneka yang kini telah sempurna dan sudah terjahit rapi dan tidak terpotong-potong lagi.
Lucy mendekati seorang biksu yang berjalan mendekatinya. Setelah mengutarakan niatnya, Biksu itu terlihat tersenyum dan menerima boneka itu dengan senang hati. Lucy mengucapkan rasa terima kasih berkali-kali kepada biksu itu sebelum pergi.
"Kenapa kamu bisa tahu tempat ini? Lalu menitipkan boneka itu kesini?" Natsu masih belum mengerti.
"Tempat ini muncul dimimpiku, mungkin Mary yang memberitahuku supaya aku menitipkan bonekanya kekuil ini," ucap Lucy tersenyum lega.
Sebenarnya Mary tidak jahat, ia hanya ingin dimengerti dan dianggap ada. ia hanya kesepian. Setidaknya itulah yang dipikirkan Lucy.
Gadis itu terus tersenyum sambil menggandeng tangan Natsu. Jika Natsu tidak pernah datang untuk menyelamatkannya mungkin sekarang ini dia sudah mati.
"Ne, Natsu."
"Hmm?"
"Arigatou."
Natsu menoleh menatap Lucy yang saat ini tengah menatapnya dalam. Senyuman Lucy seolah berhasil menghipnotisnya. Menularkan senyum diwajah tan-nya. Natsu memahat cengiran beserta grins andalannya. Dan perlahan Natsu mulai mengeliminasi jarak antara dirinya dengan Lucy. Menempelkan keningnya dengan kening Lucy. Hembusan nafas hangatnya menyapu wajah porselen Lucy dan membuatnya tersipu dengan rona merah yang menjalar hingga mencapai daun telinga.
Natsu mengecup pelan bibir plum Lucy dan melumatnya dengan lembut. Keduanya sempat tersenyum disela-sela ciumannya. Kedua tangan besar Natsu mulai mendekap Lucy kedalam pelukan hangatnya sembari memperdalam ciumannya yang membuat Lucy lemah dan terbuai.
.
::Mary::
.
Mary memainkan Bonekanya yang telah utuh dan terjahit rapi dengan perasaan senang. ia tertawa cekikikan diatas atap kuil sambil berlari-lari dan melompat-lompat layaknya anak kecil pada umumnya. Kemudian ia berhenti dan menatap langit dengan senyuman jahat.
Juvia baru saja pulang dari les pianonya. ditengah jalan ia merasa ada sesuatu yang mengikutinya, ia berjalan semakin cepat. dipersimpangan jalan ada sesuatu yang terjatuh tepat dihadapannya. Juvia tersentak dan mundur beberapa langkah dengan sangat terkejut. Diraihnya benda asing dikegelapan malam yang sangat pekat itu. Sebuah tubuh Boneka yang belum lengkap, tanpa tangan, kaki dan kepala.
"Tidaaaakk!" Juvia menjerit sekeras-kerasnya sambil melempar tubuh boneka itu kesembarang tempat. Dari berbagai arah terdengar suara cekikikan anak kecil yang sangat memekakan telinga, seolah terus menggema dalam heningnya malam.
.
.
-THE END-
.
.
Seharusnya fic ini di postnya kemarin malem tapi karna saya lupa dan ketiduran jadilah saya post sekarang. Hahaha..
Endingnya kurang bagus ya? Maklum ngetiknya merem melek jadi ngaco :p sebenernya nulis fic ini iseng iseng karna tertarik sama legenda mary. Dan sejauh yang aku tahu belum ada yg selamat dari incaran mary makanya bingung harus mutusin ending yg kaya gimana. Soalnya aku ga mau bikin ending NaLu tragis. Oke abaikan!
Buat yg mau berkomentar dan bertanya silahkan tinggalkan dikolom review. Ngomong2 bolehkah saya membuat fic multichap lain? Rencananya sih rate m. Huehehe *ketawa nista
Jaa matta nee :)
