Moshi-moshi, minna~ *waves*. Saia author newbie di sini, jadi mohon bantuannya :) *bows*.

Saia ngambil tema tentang iblis dan manusia. Maaf kalo jadinya malah aneh m(_ _)m


Antara Iblis dan Manusia © Sheryl Cerbreaune

A Bleach FanFiction

.

Bleach © Kubo Tite

.

Genre : Romance, Supernatural

Rated : T

Pairing : Ulquiorra x Orihime

.

DON'T LIKE DON'T READ!


Mentari pagi sudah menampakan sinarnya yang cerah di kota kecil bernama Karakura. Jalan yang semula sepi, kini mulai ramai dipadati oleh pejalan kaki. Angin musim semi yang hangat bertiup pelan, membuat daun-daun di pohon menari dengan gemulai.

Seorang gadis berambut orange panjang berlari di sepanjang trotoar yang ia lewati. Sebisa mungkin ia tidak menabrak siapapun yang dilaluinya.

"Aku terlambat!" ia berujar panik sambil melirik jam tangannya seraya menambah kecepatan larinya. Ia tak peduli dengan rambutnya yang sudah acak-acakan. Yang terpenting, ia tiba di sekolah sebelum gerbang sekolah ditutup.

BRUK!

Tanpa sengaja, gadis berambut orange yang bernama lengkap Inoue Orihime itu menabrak seseorang di depannya. Orihime dan orang yang ditabrak itu terjatuh.

"Itaii..." ujar Orihime sambil berusaha berdiri. Lalu, ia mengalihkan pandangannya pada orang yang ditabraknya. "Gomennasai," Orihime membungkuk tanda minta maaf. "Aku sedang terburu-buru sampai tidak melihat jalan. Kau tidak apa-apa?"

Yang ditabrak bangkit berdiri, lalu menatap Orihime dengan tatapan tidak suka. "Tidak apa," pemuda itu berkata datar.

Orihime menatap mata hijau sang pemuda. Ada pesona pada mata itu, yang membuat Orihime merasa terhipnotis untuk terus menatapnya.

"Onna?" panggilan si pemuda membuat Orihime tersadar. Orihime membungkuk sekali lagi tanda minta maaf, lalu kembali berlari.

Tanpa Orihime sadari, pemuda itu menatapnya dari kejauhan.

"Found you, Inoue... Orihime."


"Hampir saja kau telat, Hime," ujar Tatsuki sambil menggigit rotinya dan menatap langit dari atap sekolah tempatnya berada sekarang. "Tumben sekali kau bisa telat seperti itu."

Orihime hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Aku tidak bisa tidur semalam, jadi aku bangun kesiangan."

Tatsuki hanya mengangguk tanda mengerti dan melahap rotinya hingga habis.

"Ah ya, Tatsuki chan..." Orihime memanggil Tatsuki dengan pelan. Tatsuki menoleh ke arah Orihime. "Tadi pagi, aku bertemu dengan pemuda yang aneh."

"Aneh?" alis Tatsuki bertaut. "Aneh bagaimana?"

"Entahlah. Aku tidak sengaja menabraknya hingga terjatuh. Kemudian, aku melihat matanya. Tapi... entah kenapa aku tidak bisa membaca pikirannya."

Tatsuki terdiam mendengar penuturan Orihime. Sahabatnya sejak kecil itu bisa membaca pikiran orang lain dan melihat makhluk halus seperti hantu dan iblis. Tatsuki berpikir sebentar, "Tidak bisa membaca pikirannya?"

Orihime mengangguk, "Ya. Seperti... ada sebuah tembok tebal yang menghalangiku. Rasanya... agak aneh saja."

Mereka berdua terdiam sesaat, hingga akhirnya bel istirahat telah usai berdentang.

"Ayo, kita ke kelas," ajak Tatsuki setelah membereskan bekalnya.

DEG!

"Ada apa?" tanya Tatsuki melihat Orihime yang tiba-tiba melihat ke sekeliling dengan waspada.

"Tidak... rasanya seperti ada yang mengawasiku," kata Orihime dengan suara pelan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Namun, ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan.

"Mungkin cuma perasaanmu," Tatsuki menenangkan. "Ayo, bergegas! Kita bisa terlambat masuk kelas."

"Hai," kata Orihime sambil mengikuti Tatsuki yang melangkah menuruni tangga menuju ke kelas.

'Tadi itu... siapa?' tanya Orihime dalam hati.


Sementara itu, seorang pemuda berambut hitam dengan mata berwarna hijau mengepakan sayap kelelawarnya menjauhi gedung Karakura Senior High School. Ia terbang dengan lambat, sambil sesekali melirik orang-orang yang berlalu-lalang di bawahnya.

Ya, dialah Ulquiorra Schiffer. Seorang iblis dengan gelar espada yang berhati dingin dan kejam. Tak segan membunuh siapapun yang menghalanginya, atau mencoba untuk menghentikannya. Yang ia kenal hanyalah dua kata: bertarung dan membunuh.

"Yo, Emospada!" panggilan yang bernada sindiran itu membuat Ulquiorra menoleh. Tampak seorang pemuda dengan rambut berwarna biru yang sewarna dengan matanya terbang mendekatinya.

"Grimmjow..." Ulquiorra mendengus tidak suka. "Mau apa kau ke sini?"

"Untuk mengganggumu, hahaha!" Grimmjow tertawa terbahak-bahak. "Misimu... untuk membunuh gadis itu, bukan? Gadis berambut orange yang memiliki kekuatan untuk memusnahkan kaum iblis seperti 100 tahun yang lalu."

Ulquiorra hanya diam tak menanggapi. Di kepalanya terputar memori ketika ia diperintahkan untuk melaksanakan misinya kali ini.


Flashback

"Ulquiorra," sebuah suara dengan nada bass memanggil Ulquiorra. Ulquiorra yang tadinya berdiri di barisan dengan espada yang lain melangkah maju, lalu membungkuk hormat pada yang memanggilnya.

"Ya, Aizen sama?" tanyanya dengan hormat.

"Kau akan kukirim untuk melaksanakan misi," ujar Aizen yang merupakan raja iblis. Ia menatap Ulquiorra dengan tatapan lembut. "Kau akan kukirim ke dunia nyata untuk membunuh seseorang."

"Seseorang?"

"Ya. Sekitar 100 tahun yang lalu, ada seorang gadis dengan The Light Heart yang pernah datang ke sini, bersamaan dengan The Great War antara iblis dan manusia. Ia berhasil menemukan dan menghancurkan setengah dari sumber energi untuk kelangsungan hidup kaum iblis."

"Yaitu... The Darkness Soul."

Seisi ruangan menjadi sunyi. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Tapi... jika itu terjadi 100 tahun yang lalu, bukankah harusnya gadis itu telah lama mati?" tanya seorang gadis berambut pirang yang bernama Hallibel.

"Memang benar. Manusia berumur singkat. Tetapi, The Light Heart berbeda. Ia... seperti terlahir kembali dalam diri seorang gadis. Gadis yang bahkan tidak memiliki kesamaan dengan yang menghancurkan setengah dari The Darkness Soul."

"Gadis ini bisa membaca pikiran makhluk apapun hingga rahasia terdalamnya. Belum lagi dia bisa melihat wujud kita yang sesungguhnya. Kekuatan itu sangat berbahaya. Oleh karena itu, aku memintamu untuk membunuhnya, sekaligus untuk memusnahkan The Light Heart yang ada padanya. Kau bisa membaca pikiran manusia dengan mudah, jadi kau pasti bisa menemukan gadis itu dalam waktu singkat."

Ulquiorra mengangguk tanda mengerti, "Siapa nama gadis itu, Aizen sama?"

Aizen menyunggingkan senyum licik yang penuh arti. "Ia bernama... Inoue Orihime."

End of Flashback


"Huah..." Orihime menguap lebar sambil memegang buku yang baru saja dibacanya sekilas. "Entah kenapa, aku malah jadi mengantuk."

"Kau mungkin kurang tidur," Tatsuki terkikik geli. Gadis tomboy itu menelaah setiap buku yang tersusun rapi di rak perpustakaan sekolah.

Orihime hanya mendesah. Ia mendapat tugas untuk membuat makalah tentang sejarah perang yang pernah terjadi di dunia. Sejujurnya, Orihime suka pelajaran sejarah. Mungkin rasa kantuknya yang menyebabkan ia menjadi malas untuk menelusuri tiap kata yang tertera di buku yang dipegangnya.

Mata kelabu Orihime kembali mencari buku referensi sejarah. Tak lama kemudian, ia menemukan sebuah buku dengan sampul berwarna cokelat tua yang sudah usang. Tertarik dengan buku itu, Orihime mengambilnya dan membaca judulnya perlahan.

"The Great War," Orihime membacanya dengan suara pelan. Tatsuki menoleh dan menghampiri Orihime.

"The Great War?" ulang Tatsuki. "Aku belum pernah mendengar mengenai perang itu."

"Aku juga. Bagaimana jika kita membacanya? Mungkin ada sesuatu yang menarik," Orihime mulai membuka buku itu dan membacanya dengan Tatsuki.

The Great War adalah perang antara iblis dengan manusia yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu. Perang itu dimenangkan oleh pihak manusia. Iblis yang kalah terpukul mundur ke dalam dunia yang bernama Hueco Mundo.

Iblis sebenarnya bisa dimusnahkan dengan menghancurkan The Darkness Soul, sumber energi dari kehidupan iblis. The Darkness Soul sendiri adalah sebuah jiwa yang dipenuhi oleh kegelapan dari hati manusia. Semakin pekat kegelapan itu, maka iblis akan semakin kuat.

Untuk menghancurkan The Darkness Soul, dibutuhkan kekuatan The Light Heart. Namun, The Light Heart sendiri tidak diketahui jenis maupun bentuknya. Dan diperkirakan hanya sedikit orang di dunia yang mengetahui apa yang dimaksud dengan The Light Heart.

Ada catatan yang mengatakan, bahwa dahulu ada satu orang yang memegang kekuatan yang mirip dengan The Light Heart. Ia ikut bertempur dalam The Great War, dan menemukan tempat di mana The Darkness Soul bersemayam. Tetapi, ia hanya mampu menghancurkan setengah dari The Darkness Soul, sebelum akhirnya ia menghembuskan napas terakhirnya.

Sampai saat ini, belum diketahui siapa yang memegang kekuatan The Light Heart selanjutnya. Berbagai sumber mengatakan, bahwa The Light Heart hanya akan ada pada jiwa seseorang yang berhati murni, tanpa kegelapan di hatinya.

Iblis juga menjadi bertambah kuat. Kemungkinan mereka tidak lagi terlalu bergantung pada The Darkness Soul, tetapi pada kegelapan yang ada di hati setiap manusia. Jika hati manusia itu dipenuhi kegelapan, maka di situlah iblis berada. Oleh karena itu, manusia yang dipenuhi kegelapan akan menjadi budak para ibils, sebelum akhirnya mati dan menjadi bagian dari The Darkness Soul.


Orihime dan Tatsuki saling berpandangan setelah membaca bagian depan dari buku itu.

"Er... entah mengapa bulu kudukku jadi berdiri setelah membacanya," kata Tatsuki sambil menelan ludah. "Rasanya... iblis itu ada di belakangku sekarang."

"Tapi tidak ada apa-apa di belakangmu," kata Orihime sambil berbisik dan melirik punggung Tatsuki. "Tidak ada siapa-siapa selain kita di sini, jadi tidak perlu takut."

Tatsuki benci mengakui bahwa dirinya sedang gelisah sekarang. Gelisah karena khawatir ada makhluk menyeramkan seperti arwah gentayangan di belakangnya? Jangan bercanda! Ia bukanlah orang yang mudah takut seperti itu!

"Aku akan meminjam buku ini," ujar Orihime dengan nada pasti dan penuh keyakinan. "Siapa tahu aku menemukan hal menarik lainnya."

"Tapi... aku tidak mengerti. Iblis... manusia... The Great War... The Darkness Soul... dan The Light Heart. Kata-kata itu terdengar asing untuk diucapkan," Tatsuki mendesah.

"Sudah 100 tahun lamanya, jadi pasti banyak yang melupakannya," Orihime tersenyum riang. "Dan kemungkinan ada organisasi untuk membasmi iblis atau apa. Kelihatannya menarik untuk dibaca."

Tatsuki hanya mengiyakan. Mereka berdua melangkah menuju pustakawati dan menyerahkan buku yang akan dipinjam.

"The... Great War?" pustakawati yang telah berumur 50-an itu terbelakak kaget melihat buku yang disodorkan Orihime padanya.

"Ada... apa?" tanya Orihime dengan nada waswas.

Pustakawati itu terdiam sesaat, lalu menggeleng pelan. Selanjutnya, ia berkata pelan dengan nada memperingatkan, "Hati-hatilah untukmu, Anak Muda... jangan sampai iblis membutakan pikiran dan logikamu. Jangan sampai sejarah mengenai pertumpahan darah kembali terulang..."

Orihime menatap pustakawati itu dengan bingung, namun ia hanya mengiyakan. Ia mengambil buku itu dan memasukannya ke dalam tas, kemudian segera pulang.

Pustakawati yang sendari tadi melihat Orihime hingga hilang dari pandangannya hanya bisa mendesah pelan.

"Semoga saja... peperangan antara iblis dan manusia yang sesungguhnya akan berakhir... meskipun kegelapan akan selalu ada, berdampingan dengan cahaya..."


Pada malam harinya, Orihime kembali membuka buku itu untuk melanjutkan membaca. Ia penasaran tentang bagaimana The Great War dan kondisi dunia saat itu. Namun, ia tidak menemukan keterangan yang lainnya. Hanya saja, ia menemukan profil beberapa iblis dan manusia yang terlibat dalam The Great War.

"Sousuke Aizen," Orihime mulai membaca keterangan yang ada di buku. "Merupakan raja iblis. Bisa dikatakan ia hidup abadi. Sangat kejam dan ambisius. Ia adalah iblis yang memulai The Great War."

"Ada sepuluh anak buah Aizen yang terkuat. Mereka dikategorikan sebagai Espada. Dan Espada memiliki anak buah yang bernama Fraccion. Memusingkan sekali..."

Belum sempat menutup buku itu dan pergi tidur, Orihime tidak sengaja menemukan kalimat yang menarik perhatiannya.

"Ulquiorra Schiffer..." Orihime mulai membaca kembali. "Espada terkuat nomor 4. Kaki tangan Aizen. Espada dengan catatan pembunuhan yang paling banyak dan kejam. Ikut andil dalam The Great War. Memiliki ciri rambut hitam, mata berwarna hijau, dan estigma menyerupai air mata berwarna hijau di bawah matanya."

Orihime terbelalak, tidak percaya dengan apa yang dibacanya barusan.

"Rambut hitam... mata berwarna hijau... estigma. Tidak, apa mungkin... dia yang kutabrak tadi pagi?"


To be Continued

A/N: yep, ini dia chapter 1. Masih sedikit, dan masih sangat abal tentunya m(_ _)m

Maaf kalo jadinya malah gaje, banyak typo, dan lain-lain. Ah ya, dan mohon maaf juga kalo ternyata sudah ada fict yang alur ceritanya mirip seperti ini. Mohon maaf, saia ga bermaksud untuk plagiat kok... m(_ _)m

Mind to RnR?