Things
Namja itu menatap seseorang yang ada disampingnya sesaat, lalu kembali menatap langit yang terdapat awan putih menggantung diatasnya. Angin berhembus meniup helaian rambutnya.
"Apakah kau disini?" Gumamnya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan taman itu. Ia berjalan memasuki flatnya yang sangat jauh dari taman yang baru saja dikunjunginya. Ia menjauhkan tubuhnya pada satu-satunya sofa kecil berwarna biru tua, sofa ternyaman yang dimilikinya di dalam flat kecilnya. Ia meraih remote televisinya lalu mulai menekan tombol power untuk membuat televisi tua berukuran 14 inci itu menyala. Menekan tanpa tujuan hingga tekanan pada remote itu terhenti menampakkan sosok salah satu model, sekaligus aktor ternama bernama Choikang Changmin yang sedang mengiklankan sebuah prodak coklat.
Mata bulat indah itu tak dapat berhenti menatap sosok yang dimunculkan oleh televisi mini itu, hingga iklan tersebut hilang berganti dengan yang lain.
.
Namja bernama lengkap Choi kyuhyun dengan semangat ia mengayuh sepedanya yang akan membawanya kesebuah rumah yang sangat mewah. Ia membersihkan rumah ini dengan sangat baik. Ia berkerja sebagai maid yang dapat datang kapan saja tanpa perlu khawatir, ia selalu datang pagi hari dan kembali pada siang hari setelah menyelesaikan semua pekerjaannya. Rumah itu tetap sepi seperti biasa seakan tidak ada penghuninya, walaupun kyu tahun hanya satu orang yang tinggal ditempat itu tapi tidak pernah ditemuinya secara face to face.
Kyu tersenyum hangat pada seorang security yang ada didepan gerbang. "Selamat Pagi, pak lee."
"Pagi kyu." Ucap security itu sambil tersenyum hangat.
Kyu menuntun pelan sepedanya dan menaruhnya didepan rumah mewah itu. "Sayang, rumah semewah ini harus sepi seperti hutan." Ucap kyu lalu mengambil kunci dari saku celanya, memasukkan kunci kecil itu kelubang pintu, memutarnya kearah kanan, dan kemudian mengetik sesuatu agar pintu besar itu terbuka.
Kyu melangkahkan kakinya dengan santai menuju dapur, ia hapal sekali apa yang harus ia lakukan. "Kenapa dapur ini selalu berantakan setiap harinya?" Tanyanya ntah pada siapa hanya ada dirinya dirumah besar itu. Begitu banyak bungkus snack disana, bekas sisa fast food berserak, dan jangan lupa kaleng soft drink.
Rutinitasnya tetap sama datang setiap senin dan jum'at hanya kelang beberapa hari namun beberapa bagian rumah ini selalu saja kotor seperti habis berpesta makanan. Kyu mulai membereskan tempat itu, mengambil sebuah kantung plastik besar dan memasukkan semua sampah itu satu persatu denggan telaten. Setelah itu ia mulai mengambil lap dan cairan pembersih. Ia mulai menyemprotkan cairan pembersih beraroma lemon itu dan mengelapnya hingga mengkilap. Semua ia lakukan dengan perlahan dan rapi.
Kyu membuka lemari es dua pintu itu dengan perlahan, mengecek semuanya. Apa yang masih tersedia, dan mengecek masa kadarluarsanya dengan telaten. Ia menyukai kebesihan, sangat menyukainya.
Kyu menutup lemari es itu, kemudian mengambil pulpen dan ketas kecil lalu menggoreskan pulpen pada kertas kecil tersebut. Membuat note kecil lalu menempelkan note tersebut pada mainan didepan pintu lemari es.
Kyu melangkahkan kakinya ke arah kamar utama dirumah besar itu, membuka pintunya dan ia tahu semua akan seperti ini. Terdapat begitu banyak baju kotor yang berserakkan di lantai, lalu bungkus snack kembali yang ia temukan. "Kenapa selalu banyak bungkus snack? Apa dia tidak pernah mendengarkan saranku untuk berhenti memakan makanan tidak sehat ini?" Kyu berjalan keluuar dari kamar itu menuju dapur, mengambil kantong plastik lagi, lalu kembali ke kamar utama. Ia mulai mengutipi bungkus snack yang tercecer lalu memasukkanya pada kantung plastik. "Kenapa selalu hanya dapur dan kamar utama yang selalu harus dibersihkan dengan cara ekstra?" Ucapnya lagi. Kyu mengambil semua pakaian kotor itu, dan memasukannya pada keranjang. Setelah selesai memberesskan kamar utama, ia berjalan kebagian lain rumah mewah itu lalu mulai membersihkan tiap bagian dengan sabar.
"Lelahnya." Ucapnya sambil mengambil remote televisi super besar, lalu duduk dengan santai diatas sofa yang sangat lembut itu. "Jika saja flat kecilku memiliki sofa senyaman ini pasti akan sangat nyaman." Kyu mulai menekan tombol power, menganti cannel televisi itu berulang-ulang hingga ia menemukan sebuah iklan yang dilihatnya kemarin malam. "Choikang Changmin..." Serunya. "Kenapa wajahnya begitu membuatku merasa penasaran?"
"Apa kau tidak bosan berkerja seperti itu?"
Kyu menatap wajah sahabatnya lalu tersenyum dengan sangat lebar. "Aniya, wea?"
"Kau bisa saja mati jika harus membersihkan tempat itu setiap hari, dan rumah itu terlalu besar jika hanya satu pelayan yang harus membersihkannya."
"Kau lihat aku masih hidup. Jangan terlalu khawatir." Kyu mengambil soft drinknya. "Dan lagi gaji yang diberikan sangat besar. Dimana lagi aku bisa mendapatkan pekerjaan senyaman itu, lee donghae?"
"Terserah padamu." Ucap donghae. "Tapi bagiamana kau bahkan tidak pernah melihat majikanmu walaupun kau telah berkerja dengannya selama 1 tahun."
"Itu tidak masalah yang penting ia tidak terlambat dalam menggajiku." Kini senyum lebar terpampang jelas diwajah kyu. "Apa yang kau pikirkan? Kenapa menyuruhku berhenti?"
Donghae meneguk sojunya. "Lebih baik bersama ku."
"Terima kasih... kita aliran yang berbeda." Kyuhyun mendengus. "Aku normal. 100% normal."
"Apanya yang normal? Kau bahkan memiliki puluhan poster dan foto shim changmin di kamarmu."
"Itu berbeda lee donghae. Aku hanya merasa dekat saja dengannya tidak lebih."
Donghae terlihat seperti berpikir. "Aniyo, itu sama saja. Kau sejalan dengan ku."
"Aku berbeda. Aku tidak suka berjalan dengan namja atau yeoja hanya karena mereka membayarku, walaupun sekarang kau dengan si monyet itu."
"Kau ingin mati berani berkata seperti itu?"
"Aku hanya bercanda." Jawab kyu sambil berdiri lalu berjalan pelan meninggalkan donghae,
"Tolong teraktir aku, saranghae." Ucap kyu dan berlari meninggalkan donghae yang shock ditempat.
.
Kyu berjalan pelan kembali ke flatnya yang kecil namun nyaman sekali. Ia duduk dalam diam diatas sofanya, matanya memadang keacara sebuah benda datar yang dari tadi memunculkan gambar-gambar yang terus berganti.
Kepalanya berdenyut dengan sangat hebat, seakan ingin meledak seketika. Begitu terasa berdenyut, dan semakin berdenyut semakin parah. Ia bangkit dari duduknya dan berlari kecil menuju kamar kecil, lalu memmuntahkan seluruh makan malamnya. Butiran kringat mengalir membasahi tubuhnya saat tubuh itu menahan sakit yang sangat parah. "Kenapa semakin hari semakin parah?" Kyu terduduk diatas lantai yang dingin, masih dengan kepala yang berdenyut, dan napas yang tersengal-sengal. "Aku belum ingin pergi. Aku sudah menemukannya." Kyu mengelap dengan kasar bibirnya dengan punggung tangannya. "Aku tidak bisa seperti ini." Kyu menyandarkan kepalanya pada dinding kamar mandi, bertumpuh disana, semua energinya terkuras habis. "Appa..."
#Flashback
"Apa yang kalian berdua lakukan?"
Keduan anak kecil berjenis kelamin namja itu hanya tersenyum sambil saling menatap satu sama lain. "Ahjuma ribut sekali." Ucap salah satu namja kecil itu. "Seperti ahjuma yang berjualan dipasar." Lanjutnya lagi.
"Kau, darimana anak kecil sepertimu belajar berbicara seperti itu?" Ahjuma itu menarik telinga salah satu anak tadi.
Salah satu namja kecil itu menarik tangan sang ahjuma agar melepaskan jewerannya. "Ahjuma jangan sakiti kyu. Appa akan menghukummu jika tahu kau melakukan hal itu."
Wanita itu menatap kedua anak kecil itu dengan tatapan seakan ingin menelan keduanya. "Appamu bahkan lebih mencintaiku daripada kalian berdua, dan kau minnieya bersiap-siaplah kita mungkin akan bersama atau kyunie yang akan bersama denganku."
Anak kecil yang dipanggil changmin tadi hanya menatap dengan pandangan sinis, lalu berjalan sambil menarik tangan saudara kembarnya kyuhyun, meninggalkan ahjuma yang baru saja mereka usuli.
"Ahjuma gila. Bagaimana kita akan tinggal dengan dia? Appa sangat menyanyangi kyu dan eomma juga sangat menyanyangi aku, jadi mana mungkin kita terpisahkan."
"Ehm, tentu saja." Jawab kyu. "Aku mengantuk." Kyu berjalan pelan menuju kamarnya diikuti changmin dibelakangnya. Kyuhyun naik keatas tempat tidurnya yang bergambar motif awan berwarna biru, diikuti juga oleh changmin.
Kedua anak kecil berusia 5 tahun itu tidur dengan nyenyak. Ya, keduanya selalu bersama bahkan sejak mereka berada didalam rahim eommanya, berbagi hal yang tidak semua orang mendapatkannya. Berbagi sesesuatu bahkan sebelum mereka melihat kedunia yang indah namun kelam ini. Mereka bahkan selalu menjadi sepasang anak kembar yang sangat kompak, walaupun wajah mereka beberda sangat jauh, seperti jika mereka bukanlah sepasang anak yang lahir dengan perbedaan beberapa menit saja.
Kyu menjerapkan kedua matanya perlahan, suhu tubuhnya tiba-tiba saja naik secara drastis pagi ini. Mungkin karena ia tertidur dilantai kamar mandinya yang dingin, dan mungkin juga karena hal itu menyerangnya seketika.
Kyu berjalan pelan menuju tempat tidurnya yang hanya berjarah 3 meter dari tempat awalnya berada, bahkan televisinya masih menyala sejak tadi malam. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasurnya yang nyaman dan sebuah semilut tebal yang melapisi tubuhnya yang tidak dengan kondisi yang baik.
"Dreeettt... Dreetttt..."
Kyu mangebaikan smarphonenya yang terus bergetar diatas meja kecil yang selalu dipakainya untuk makan atau sebagai alasnya belajar. Ia benar-benar harus beristirahat jika ia ingin kondisinya menjadi lebih baik.
