My Only One
Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki
Rated: I Hope I can made some Lemon then but, Here just T
AoKise
Warn: So much typo, Alur yang lamban, Ya Nikmati saja pokoknya
Maaf, mengapa semua orang terus meminta maaf padaku.
Pertama ayah
"Ryota maafkan ayah, ayah harus pergi. Maafkan ayah Ryota" Jadi ayah akan pergi, bagaimana denganku dan ibu?
"Ryota, ayahmu telah menemukan satu-satunya yang ia cari, hanya satu" Ibu menangis tertahan sembari memelukku sangat erat. Apa maksudnya hanya satu? Apakah itu seseorang yang lebih penting daripada yang lain?
"Maafkan ibu Ryota, kau pasti merasa sangat kesepian. Maaafkan ibu ryota" Siapa orang itu, aku belum menemukannya. Seseorang yang sangat berarti untukku.
"Ingat satu hal Ryota. Saat waktu itu datang dan kau menemukan seseorang, hanya satu orang untukmu. Pastikan kau menahannya agar tetap bersamamu." Tapi mana seseorang yang hanya satu untukku?
"Ryota, Ibu sudah menikah lagi"
"Oh iya bu, Selamat untuk pernikahannya bu" Mana?
Diriku bahkan seperti mencemooh diriku sendiri
"Lihat dirimu. Bagaimana kau bisa temukan orang itu. Kau orang yang tenggelam dalam kesepian"
Seseorang yang hanya satu untukku ada disana! Tapi dimana? Seseorang yang menerimaku apa adanya.
.
.
.
Chapter 1: The Beginning
Kise Ryota 20 tahun. Siapa yang tak kenal dengan nama itu. Sosok dengan wajah mempesona, dan bakat yang luar biasa. Gambar dirinya terpasang disetiap penjuru kota. Iklan yang dia bintangi tak terhitung banyaknya. Sosoknya selalu muncul di setiap acara televisi, drama, reality show. Senyumannya membuat siapapun jatuh hati padanya. Sosok cheerfull dan menyenangkan.
"Aaaaaaa kise kun. Daisuki. Aaaaaa" teriakan para fans sudah menjadi hal yang sangat biasa untuknya, terlebih untuk pendengarannya. Hei teriakan mereka bisa membuat tuli jika tak terbiasa.
Fans yang dimiliki Kise tak hanya dari kalangan gadis-gadis yang memimpikan dirinya menjadi pasangan mereka, namun dari kalangan lelaki, beberapa dari mereka mungkin memang sudah berorientasi sex gay, sebagian lagi berubah orientasinya menjadi tidak normal hanya karena seorang Kise Ryota.
Hari ini Kise menjalani latihan fisik di manajemennya seperti biasa. Jadwal Kise memang cukup padat, mulai dari latihan dance, vocal, gym, hingga menyalurkan hobbinya di basket. Basket adalah awal dimana dia bisa menjadi seperti sekarang. Semuanya berawal dari Basket saat dirinya di Sekolah menengah atas.
Treadmill selesai Kise lakukan, Beralih pada barbel dengan ukuran cukup besar, menjaga tubuh agar tetap bugar suatu hal penting bukan.
"Oy kise. Jangan lupa siang nanti kau ada interview Offair di studio 5."
Kise menghentikan aktifitasnya mengangkat barbel, mengubah posisinya menjadi duduk kemudian mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya
"Kau atur saja Akashi. Hah, hari ini akan sangat melelahkan." Kise meneguk air dari botolnya
"Menyusahkan. Makanya jangan jadi makin terkenal Kise. Aku juga repot mengatur jadwalmu" Kise mendengus mendengar jawaban Akashi
Akashi Seijiro, sahabat lama dari sekolah menengah atas, mereka berada di tim basket yang sama saat itu. Kini akashi menjadi manager pribadi Kise, sekaligus pewaris utama dari Manajemen dimana Kise bernaung sekarang. Keluarganya termasuk dalam jajaran Highclass society di Jepang.
Sebelumnya Kise tak pernah mau untuk menggeluti dunia yang dia geluti sekarang , maka dari itu akashi turun tangan langsung menghadapi sahabat setimnya itu. Akashi tau Kise tak suka saat ada banyak orang yang mengerubunginya, dan Akashi tau Kise cukup keras kepala. Namun perlahan dengan konsolidasi panjang Kise akhirnya mau ikut bergabung. Akashi sangat tau mana orang berbakat yang akan menguntungkan manajemennya, dan Kise adalah yang paling gemilang.
"Bukannya kau dulu yang terus membujukku untuk melakukan pekerjaan ini? Ya kulakukan sebisa ku, sesuai keinginanku. Bukan kau saja yang repot Akashi, aku lebih terganggu dengan ini. Bagaimana mungkin hanya untuk makan ramen saja aku harus menyamar. Hah" Kise berdiri kemudian melangkah keluar dari ruangan gym diikuti akashi dibelakangnya
"Oh iya, setelah interview kau harus baca script drama yang kemarin kau tandatangani kontraknya"
Memang benar Akashi adalah Manajer Kise, namun mereka tetap sahabat baik sehingga tak ada rasa canggung diantara mereka
"Iyaaaaa, Manajer Akashi. Aku sudah menuliskan itu dikepalaku" setengah meledek Akashi Kise kemudian tersenyum.
"Baguslah kalau begitu. Ayo kita sarapan Kise. Jangan sampai kau sakit, dan merugikan manajemenku" Akashi merangkul pundak kise, Kise tak keberatan dan hanya mendengus mendengar ucapan Akashi tadi.
.
.
.
.
Interview Kise hari ini berjalan sangat lancar, kecuali satu hal yang mengganjal pikiran Kise. Saat presenter menanyakan hal yang tak ingin dia pikirkan
Flash Back
"Semua fansmu pasti sangat penasaran. Apa kau sudah memiliki kekasih Kise-kun?" Semua hadirin yang ada disana berteriak histeris. Namun Kise terlihat cukup kaget mendengar pertanyaan itu.
Ditengah riuh fans yang meminta jawabannya, Kise larut dalam pikirannya sendiri
'Mana seseorang yang hanya satu untukku? Bagaimana bisa kau lupa untuk menemukannya Kise Ryota.'
'Tak pernah ada seseorang yang menerimaku apa adanya, apakah memang aku tidak mempunyai seseorang tersebut'
Semua orang di studio mulai hening melihat ekspresi Kise yang mendadak muram, matanya nanar, perlahan air mata menetes dari mata Kise
"Kise-kun. Kau tak apa?" Presenter menanyakan keadaan Kise yang terlihat kurang baik
Tersadar posisinya sekarang, Kise segera mengusap matanya kemudian tersenyum lagi, memaksakan.
"Ah, maaf aku hanya teringat ucapan ibuku sebelum dia meninggal. Dia juga bertanya hal yang sama. Maafkan aku, aku belum bisa menjawabnya." Jawab Kise tergesa kemudian membungkuk pada semua orang disana. Semua hadirin mendesah kecewa dengan jawaban Kise.
Kise kembali duduk melanjutkan interviewnya.
Flash Back Off
Kini Kise sedang berbaring di kamar tidurnya, dia sangat ingat apa yang harus dia lakukan setelah interview, namun moodnya sudah benar-benar hilang. Dia hanya ingin berbaring sejenak melupakan pikiran-pikiran aneh dikepalanya. Kise memejamkan matanya berharap kejadian tadi menghilang dari pikirannya saat dia bangun nanti.
Kejadian traumatis saat orangtuanya berpisah membuat dirinya menjadi seperti ini. Seseorang yang sangat berarti untuknya, seseorang yang menerima keadaannya, seseorang yang akan menjadi tempatnya untuk pulang. Siapa seseorang itu. Kata-kata tersebut memicu ingatan masa lalunya. Dimana semua orang hanya menganguminya bukan menerimanya secara tulus.
.
.
.
Hari sudah sangat malam, dini hari tepatnya saat kise terbangun dengan wajah yang basah karena airmatanya. Seperti biasa pikir Kise menertawakan dirinya sendiri.
"Kau lemah Kise." Kise bergumam sendiri, kemudian tertawa hambar, menghina dirinya sendiri.
Kise beranjak dari pembaringannya menuju wastafel di kamar mandinya, kise membasuh wajahnya beberapa kali. Dia menatap cermin dihadapannya
"Kau sangat menyedihkan Kise Ryota, sangat menyedihkan" Kise melihat bayangan dirinya dicermin mengatakan itu padanya. Tanpa sadar kise menghantamkan kepalan tangannya pada cermin, cermin itu pecah tak berbentuk, penuh darah dari lengan Kise.
.
.
Akashi sedang menunggu Kise bangun di luar kamar, tepatnya di ruang tengah apartemen kise, duduk sembari melihat jadwal Kise esok hari. Sebelum tiba-tiba suara Prang terdengar sangat jelas dari kamar Kise.
Akashi bergegas menuju kamar Kise, menemukan kise tak ada di kamarnya. Akashi berbegas lagi menuju kamar mandi pribadi Kise dan menemukan Kise yang terduduk menatap pecahan cermin dengan tangan yang penuh darah
"Ya tuhan Kise. Kau sedang apa? Lihat tanganmu Kise" Akashi segera menyingkirkan pecahan kaca dengan kakinya, menggeret paksa Kise keluar dari kamar mandinya, mendorong kise untuk duduk di kasurnya.
Keheningan menyelimuti mereka, akashi masih sibuk mencari First Aid Kit untuk mengobati lengan Kise yang terluka, hingga sebuah suara menginteruspi
"Akashi, aku sangat menyedihkan ya? Haha" Kise tertawa dengan raut wajah tanpa ekspresi
Akashi hanya diam tak menjawab, dia sudah paham betul bagaimana perangai Kise. Selama mengenalnya, Kise tak pernah menceritakan apapun tentang hidupnya, tidak seperti kebanyakan orang yang dengan mudahnya mengumbar kehidupan pribadinya.
Akashi tak pernah benar-benar ingin tahu, hanya sedikit mengganjal ketika akashi sadar Kise sangat sensitif dengan urusan pasangan. Kejadian seperti ini sudah terjadi beberapa kali, namun ini kali pertama dia menerima pertanyaan sensitif tersebut dimana seluruh jepang akan tahu responnya. Sesuai prediksi, respon Kise sama persis apa yang Akashi bayangkan.
Akashi menyalahkan dirinya sendiri karena tidak meminta list pertanyaan yang akan diajukan pada kise saat interview.
Akashi menemukan first aid kit dengan cepat kemudian membawanya menuju kise, Akashi mulai mengobati lengan Kise yang terluka karena serpihan cermin. Membersihkan luka kemudian mengoleskan antiseptik secara perlahan.
Akashi tidak pernah bertanya alasannya bisa seperti ini, biarlah hingga Kise ingin mengatakannya sendiri. Itu haknya, Akashi sangat menjaga bagian privasi dirinya juga orang lain.
Perban telah terpasang dengan baik di lengan Kise. Akashi kemudian menyimpan kembali peralatan medis tersebut ketempatnya seperti semula.
Kise masih terdiam menatap jendela di kamarnya yang menampirkan pemandangan kota Tokyo malam hari. Akashi duduk pada kursi dihadapan Kise, hanya duduk tanpa memulai pembicaraan.
"Akashi kau bisa pulang. Sudah larut malam, Ayahmu pasti akan mencarimu. Jangan khawatir esok hari aku akan melakukan semua yang kau jadwalkan. Maafkan untuk hari ini. Aku ingin istirahat lagi"
Kise berbicara merebahkan kembali dirinya di tempat tidur, menarik bantalnya kemudian memejamkan mata.
"Baiklah" tanpa banyak bicara Akashi pergi meninggalkan Kise, membiarkan kise untuk membangun kembali kontrol untuk emosionalnya
.
.
.
Sudah seminggu berlalu setelah kejadian Interview yang membuat Kise berprilaku aneh, kini kise sedang menjalani shooting sebuah drama bertema pembunuhan, ambisi, dan romansa.
"Perkenalkan dia detektif Rei yang akan menyelidiki kematian adikmu Shin" Kise berperan sebagai seorang detektif bernama Rei
"Aku akan berusaha sebisaku, Shin-san. Misteri kematian adikmu akan terungkap, kau jangan khawatir" Kise bahkan terlihat tidak seperti sedang berakting
"Mohon bantuannya Rei-san. Aku tak tahu harus bagaimana lagi" Kise terlihat menenangkan ketika pemeran lain berakting menangis
Kemudian
"Cut cut, sangat bagus Kise. Refleksmu sungguh baik. Lakukan terus seperti itu. Kau bahkan terlihat seperti seorang detektif sungguhan haha" Sang sutradara menghentikan take tersebut, sepertinya scene ini berakhir disini.
Semua pemain berkumpul menghampiri sutradara
"Terima kasih sensei, tak akan sebaik itu jika kau tidak memberikan arahan" Kise tersenyum merespon pujian dari sutradara.
"Pengambilan scene untuk hari ini cukup sampai disini. Kalian silakan beristirahat untuk pengambilan scene selanjutnya. Otsukaresama deshita."
Semua pemeran mengucapkan terima kasih kemudian bergegas pergi meninggalkan lokasi shooting. Begitu pula dengan Kise yang bergegas pergi dengan mobilnya.
Diperjalanan pulang handphonenya berbunyi, Kise mengenakan handfreenya segera dan menangkat teleponnya.
"Ya Akashi ada apa? Aku baru selesai shooting drama" Tanpa melihat handphonenya Kise sudah tahu itu merupakan panggilan dari Akashi
"Aku hanya ingin memastikan kau benar-benar menyelesaikan pekerjaanmu hari ini Kise" Kise mendengarkan ucapan Akashi sembari fokus pada jalanan dihadapannya
"Kau tak perlu khawatir Akashi. Semua sudah beres. Aku langsung pulang ya. Tolong selesaikan urusanku dengan manajemen. Jaa" Sepertinya Kise dalam mood cukup baik hari ini
"Baiklah, jaga dirimu. Jaa" Akashi mengakhiri teleponnya
Kise kembai mengendalikan kemudinya dengan fokus.
"Ah aku lapar" Ucap Kise saat perutnya sudah benar-benar minta diisi
Melirik sebuah resto di tepi jalan kise memperlambat mobilnya, kemudian berhenti tepat di depan resto tersebut.
"Kurasa aku akan makan disana, sudah lama aku tidak makan di resto keluarga seperti itu. Perut kau bersabarlah, aku akan memarkirkan mobil terlebih dulu" Kebiasaan aneh kise yang selalu bergumam sendiri saat tak ada siapapu bersamanya.
Kise memarkirkan mobilnya tepat didepan pintu masuk resto. Aroma sedap tercium ketika kise melannkah masuk ke resto tersebut
'Resto yang cukup ramai' pikirnya
Kise membawa dirinya lebih dalam, dia memutuskan untuk duduk di sudut ruangan resto. Meja yang cukup luas untuk seorang diri.
Tak lama Kise memanggil pelayan di Resto tersebut
"Aku mau pesan full set tempura, Sup rumput laut, dan Satu Oyakodon Jumbo. Ah ocha hangat juga" si pelayan mengangguk kemudian pergi menyiapkan pesanan Kise
"Hah" Kise menghela nafas sembari menyantaikan dirinya, menikmati suasana riuh resto dan aroma khasnya.
Ah iya, Kise tak lupa menggunakan alat penyamarannya. Kise takut jika ada fans gila yang berteriak kemudian menerjangnya ketika dia tidak menggunakannya.
'Merepotkan' pikir kise
.
.
.
.
Pesanan Kise sekarang tinggal tersisa tempatnya saja, Kise memakannya dengan sangat lahap, tegukan terakhir untuk ochanya dan dia selesai. Kise bergegas menuju kasir untuk membayar semua pesanannya
"Semuanya jadi 125.000 yen" penjaga kasir menyebutkan nominal yang harus Kise bayar
Kise merogoh sakunya dan
'Ya tuhan aku lupa, dompetku tertinggal' bingung, dan tidak nyaman gelagat Kise sangat kentara
"Tuan?" penjaga kasir tersebut menatapnya menyelidik
Kise masih terus merogoh kantong di pakaian yang dia gunakan, berharap ada sedikit uang yang bisa digunakan untuk membayar makanan td.
Penjaga kasir tanpa diberi tahupun sudah sangat paham pelanggan yang bergelagat seperti Kise, pelanggan itu tidak bisa bayar.
"Aomine san." Panggil si penjaga kasir
"Aomine san. Ada pelanggan yang tidak bisa membayar makanannya, Aomine san!" Tegas penjaga kasir itu memanggil rekannya
Kise panik, bisa hancur harga dirinya jika dia ketauan seorang Kise tidak bisa membayar makanannya.
Sementara itu seseorang datang dari bench chef menuju kasir. Seseorang dengan perawakan tinggi, tatapan bengis, berkulit tan, bertubuh kekar
Tanpa banyak bicara, orang tersebut menyeret kise ke bench chef
"Hei lepaskan aku, aku bukan tidak bisa membayar. Dompetku tertinggal di rumah" Kise membela dirinya saat tubuhnya tanpa daya diseret dihadapan banyak orang. Seseorang bernama Aomine hanya diam dan terus menyeret paksa Kise. Kemudian mendorongnya untuk duduk di sebuah kursi dekat bench pantry.
"Hei kau sangat kasar" Ucap Kise lagi
Aomine bergegas menuju penggorengan diruangan itu kemudian melanjutkan pekerjaannya.
"Halo tuan, aku memang tidak bisa bayar tapi bisakah kau beri penjelasan mengapa kau menyeretku kesini." Kise kesal karena diperlakukan dengan tidak baik
Aomine masih terus fokus dengan masakannya, membumbui kemudian mengaduk. Suara besi logam yang saling bergesek terdengar sangat jelas.
'Orang ini sangat gesit' pikir Kise melihat Aomine yang sedang memasak
Selesai menata masakannya di piring Aomine menyimpannya di meja tak lama pelayan datang membawa masakannya pergi. Tatapan nanar Aomine kembali terarah pada sosok yang diseretnya barusan
Aomine menghampirinya cepat
"Namamu siapa?" Bukan pertanyaan dengan nada bersahabat menurut kise, ini seperti mengintrogasi
"Ryota" Kise menjawabnya dengan terpaksa karena tatapan mata Aomine yang menusuk
"Kau tahu apa kesalahanmu?" kise hanya diam
"Kutanya sekali lagi Teme! Apa kau tahu kesalahanmu?" tegas aomine melihat Kise yang tak mau menjawab pertanyaannya
"Euh, aku tidak merasa salah. Aku punya uang, hanya saja dompetku tertinggal. Kau bisa lihat disana?" Kise menunjuk mobilnya di parkiran
"Itu mobilku kau bisa menahannya sementara aku pulang kemudian mengambi l uang." Alis Aomine terangkat
"Apa kau pikir aku percaya? Sudah banyak orang yang berpura-pura sepertimu, dan mereka memang tidak bisa membayarnya. Kau harus membayarnya jika ingin segera pergi." Jeda sejenak
"Membayarnya dengan uang? Atau melayaniku." Aomine menyeringai saat mengatakan itu
.
.
.
.
For next chapt
"Apa maksudmu? Apa kau gila. Aku juga punya pekerjaan" Kise setengah berteriak
"Pekerjaanmu bagus juga ternyata. Ryota sialan" Ucapannya memuji namun menusuk dasar Aomine pikir Kise
"Kenapa kau sering keluar malam Kise." Kise cukup tahu agendanya, tapi akashi hanya khawatir pada keadaannya
"Ya cukup, kau tak perlu datang lagi kesini." Aomine menepuk pundaknya ringan
"Ada apa denganmu Kise?" Kise bergumam pada dirinya sendiri
Author Note
Hola minna, so sorry for being late updating All My Love For You. Bakal gw post kok, tapi gak sekarang. Malah post story lain ya haha XD sorry unexpected ide muncul di sela pra UAS. Cuma sedikit gereget karena kepikiran AoKise gegara gw baca ff seorang author dengan pen Name Bang Kise Ganteng? *kalo gak salah lol XD
Doain gw ya pekan depan mulai sibuk UAS, pekan ini sibuk pra UAS. Semoga gw selamet dan IP gw aman lol XD
Buat yang UAS semangat juga ya.
Enjoy this story
RnR please. Karena review kalian menjadi baterai tambahan buat gw lanjutin fict.
Jaa XD
#BergelutSamaTugasLagi
