Disclaimer : ...Pemiliknya Vocaloid siapa ya? *PLAK* Oh, kayaknya antara YAMAHA, Crypton, sama saya sendiri deh... *PLAK lagi*
Genre : ATTEMPT! Humor, Drama alias L3B4y, dan mungkin... sho-ai or even yaoi in later chapter? Tapi, sekarang masih aman-aman aja kok. Mungkin~ ;)
Rating : Kalau yang baca udah cukup umur buat bikin Bukumuka (?), maka buatlah Cuitter (?) yang disebut-sebut lebih menarik ketimbang Bukumuka. *ditendang* Ralat~ Maksudnya kalo udah cukup umur, ya BISA lah baca ini.
Warning(s) : Tanda '(?)' sangat jelas beterbangan! Jayusness, gajeness dan lebayness merajalela di segala penjuru! Terprediksi bahaya adanya hints yaoi dan shounen-ai! Segera selamatkan diri sebelum terlambat! *gaya ala presenter acara bencana*ditendang lagi*
Title : Kaito to Tantei no Rabu
Chapter 1 by : Nyx Keilantra
Jalan Entah Dimana, 5:30 PM
Hujan menyambar-nyambar. Petir turun dengan derasnya (nggak kebalik, tuh?). Gagak-gagak ribut beterbangan, tak peduli akan bulu-bulu hitam mereka yang terjatuh saking aseknya (?) terbang menghindari petir dan hujan. Pun tak mengetahui bahwa bulu-bulu hitam itu secara tidak langsung memberikan efek dewa maut pada sesosok pemuda 'misterius' yang tengah berdiri mematung di tengah hujan.
Pemuda itu berambut biru yang halus membingkai wajah, separuh menutupi iris cokelatnya yang indah. Parasnya yang tampan, ditunjang tubuh langsing namun atletis yang tampak dari balik kemeja putihnya yang kebasahan, sukses membuat gadis manapun (kecuali aku :p) langsung jatuh cinta dan fangirling di tempat. Apalagi sewaktu pemuda itu menampakkan senyuman manis yang mampu meluluhkan hati Dewi Salju Gunung sekalipun. Namun semua kekerenan itu seketika sirna begitu sang pemuda melangkah dari spot-nya, menyodorkan tangan seraya berucap–
"Ojek payung, Mbak?"
GUBRAK!
Bayangkan. Hatsune Miku, putri tunggal keluarga bangsawan Hatsune yang kaya-raya dan terkenal, siswi SMA dengan prestasi baik akademis maupun olahraga yang gemilang, serta artis pendatang baru yang mulai naik daun, telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang tukang ojek payung. Sungguh merupakan suatu aib tak termaafkan bagi gadis dengan harga diri setinggi Mount Everest sepertinya.
'NOOOO! Kok bisa sih ada cowok sekeren itu tapi kerjanya cuma jadi tukang ojek payung? Kerenan dikit, 'napa? Butler, kek!' batin Miku sambil meringkuk pundung di samping tempat sampah di sisi jalan, sukses membuat sang TOP alias Tukang Ojek Payung sweatdrop sendiri.
'Ini orang waras, kan? Menurut penyelidikan gue sih waras, tapi... Barangkali aja itu udah dimanipulasi biar gak ketauan? Oh, no! Padahal gue yang keren ini udah rela turun pangkat sementara jadi TOP dan mengumpankan diri (entah kenapa terdengar seperti 'menjual diri' bagiku) begini! Dasar takdir nyebelin!'
Yak, saudara-saudara sekalian. Dari pikiran yang melintas di benak pemuda satu ini, bisa kita simpulkan bahwa dia bukanlah TOP biasa. Ia adal–hmpph! (*dibekep dari belakang pake saputangan ber-chloroform*)
"A-ah... Maafkan saya, Nona. Saya tadi hanya bercanda kok... Saya lihat anda tidak membawa payung, dan saya tidak ingin anda kebasahan. Apakah anda ingin saya payungi?"
Otak pemuda berambut biru itu rupanya dapat langsung mereka apa yang sedang dipikirkan Miku. Dan langsung juga dapat merencanakan 'skenario' kedua, atau boleh juga disebut Plan B. Supaya lebih kerasa kayak Charlie's Shinigami (?).
Mission 002 : Menjadi Cowok Gentleman, Charming, dan Elegant yang Bisa Membuat Siapapun Jatuh Cinta untuk Melonggarkan Keamanan Target.
Efek 'bling-bling-awas-ada-beling' (?) menguar di sekitar sang pemuda. Miku yang melihatnya pun kembali... ngiler. Hah? Salah! Maksudnya terpesona!
"I-iya! Hah? Eeeh... Ma-maksudku, aku sedang menunggu supirku... Terus aku lihat kamu, eh! Jadi..."
'Kuso! Kok aku jadi gelagapan, sih! Ah, ini pasti karena asistenku diganti jadi Haku. Ya! Karena dia sering gagap, aku jadi ketularan! Ya, pasti itu alasannya!'
Batin Miku lagi, berusaha mencari-cari alasan atas sikapnya yang persis ababil (buat yang gak tau, ababil artinya abege labil). Tapi... berhubung badannya udah keburu dipayungin, biarin aja deh~ Melting, melting dah dia.
Kedua insan itu pun mulai bercakap-cakap. Membicarakan hal-hal biasa, seperti isu kenaikan harga kambing Qurban (?), restoran yang menjual semur jengkol tersedap sedunia (?), tujuh desa teraneh di dunia (emangnya On The Spot?), sampai warna pakaian dalam yang dapat membawa hoki jika dipakai pada hari tertentu (?). Terus, tau-tau aja, pembicaraan udah beralih ke berita tentang The Phantom Thief, pencuri legendaris yang hampir selalu berhasil mendapat harta yang diincarnya dan baru lima hari yang lalu diketahui telah mencuri (dengar) isi rapat DPR di sebuah negeri di Asia Tenggara. Padahal dijamin, isinya gak penting banget.
"Dan terus yah, dua hari yang lalu itu dia ngirimin surat ke aku, loh!" ujar Miku dengan gaya ibu-ibu ngegosip sambil belanja sayur.
"Oh, iya... Aku juga sudah baca beritanya di koran (A/N : Bohong! Buktinya korannya langsung kamu buang abis dipake jadi alas tidur di bangku taman! *dibekep lagi*). Dia ingin mencuri permata turun-temurun milik keluarga Hatsune, kan?" sang pemuda bluenette–berambut biru–menanggapi tanpa mempedulikan author yang diseret oleh sosok misterius ke sebuah kendaraan yang juga misterius (penculikan, tasukete! DX).
Miku yang juga tak menyadari diculiknya author chapter ini pun mengangguk penuh semangat. Senang ada cowok cuakhep yang bisa dijadikannya tempat ngobrol.
"Un! Intinya sih... dia bilang dia akan mencuri permatanya nanti malam! Kira-kira cara apa yang akan dia pakai, ya? Jadi penasaran~ Soalnya The Phantom Thief keren, sih! Oh ya, kalau diamat-amati, kamu–"
"Ah! Itu ada mobil limosine warna teal (?) bermotif negi (?)! Pasti itu mobilmu, kan? Ayo kuantar ke sana!"
Dengan semangat 2011, sang pemuda langsung menarik tangan Miku dan melemparnya ke dalam limosine gaje tersebut.
"Sudah ya, hati-hati di jalan jangan sampai kecelakaan! Si yu bai-baiii!"
"E-eh? Hei tunggu dulu~ Aaah, aku kan cuma mau bilang kalau dia juga sama kerennya seperti The Phantom Thief itu..." Miku mendesah, menengok dari balik jendela limosine-nya yang mulai melaju. Matanya tak lepas menatap punggung tegap sang pemuda yang berlari menjauh–dan sweatdrop seketika saat melihatnya kepeleset kulit bawang (?) dan nyungsep ke kubangan becek.
'Mending tetep gak jadi jatuh cinta aja, deh...' Miku memutuskan dalam hati. Seolah gak tau kalo cinta itu kayak jelangkung; datang tak diundang pulang gak pamitan.
Sementara itu, Haku, seperti yang telah dikatakan Miku beberapa paragraf lalu adalah asistennya menengok dari tempat duduk penumpang di samping pak sopir yang sedang bekerja mengendali setir supaya baik jalannya. "Nona Miku? Ma-maaf... Apa anda... ke-kenal dengan pemuda t-tadi?" Miku yang diusik dari khayalannya menoleh kesal. "Memangnya kenapa kalau iya? Kau naksir? Maaf saja aku nggak mau mencomblangkan," ya iyalah, wong sendirinya suka gitu! Masa' ngalah sama asisten?
"A-ah... Tidak be-begitu kok. Hanya saja, p-pemuda itu berambut biru... Dan The Phantom Thief j-juga berambut biru, kan? T-tapi kalau dia kenalan n-nona Miku, s-saya rasa saya hanya s-salah duga..."
"..."
"...? N-nona Miku? Da-daijoubu desuka?"
"...aaaah! Iya ya, jadi dia The Phantom Thief itu ya! Ya ampun mukanya ternyata beneran keren banget! Pantesan aja aku yakin dia nggak pantes jadi TOP! Hei, sopir, stop mobilnya! Aku mau mengejar dia!"
"Maaf, nona Miku. Tapi sekarang ini kita sudah ada di jalan tol satu arah. Kita tidak bisa berbalik atau berhenti," sahut sang sopir dengan nada datar, masih fokus pada tugas mulianya menyetir dengan kecepatan 180 mil/menit (?).
"Hah? Aaaah! The Phantom Thief~ Kaito-ku tersayaaang! Huwaa, kenapa gak dari awal aku tanya namanya? Nomor ponselnya? Dia punya Facebook, Twitter atau blog, gak ya... Kelihatannya sih seumuran denganku... Masih sekolah apa udah lulus, ya? Huhuhu..." mengulang aksinya sewaktu Kaito (pake kanji yang berarti Phantom Thief) menawarinya ojek payung; Miku pundung lagi. Haku dan Dell–sopirnya Miku, sekaligus adik laki-laki Haku–hanya bisa sweatdrop. Saling lirik sekilas, lalu angkat bahu.
'Nanti tinggal cerita sama polisinya, deh...'
Ganti setting... Di kantor agensi Zenchi, 6:10 PM
Len menghisap smoothie pisang dari sedotannya, bosan. Maunya dia sih ngisep pipa cangklong ala Sherlock Holmes gitu, tapi langsung dilarang mateng-mateng sama Kikaito dan Neru. Kedua abang–coret! Neru cewek kok!–Len itu memang terlampau over-protektif pada adik angkat mereka.
"Boring banget, deh..."
Pemuda berambut blonde dikuncir kuda (atau 'kuncir pisang', ya? Mencuatnya ke atas, sih) dan bermata biru itu menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya lewat belakang *ifil seketika*. Sumpah deh, untuk seorang detektif yang sok hebat dan sok terkenal sepertinya, nggak ada kasus artinya nggak ada yang bisa dipecahkan, minus jendela. Nggak ada yang bisa dipecahkan (sekali lagi, minus jendela) artinya nggak ada pemasukan di celengannya. Dan, nggak ada pemasukan artinya nggak bisa beli komik Detective Canon Ball terbaru. Singkat kata, ujung-ujungnya balik lagi ke nggak ada kerjaan. Baca buku Sherlock Holmes? Maap-maap aja ye, Len bukan plagiat Shinichi Kuda *dirajam*.
Kembali ke fanfic, kembali ke Len~ Belum selesai detektif SMP satu ini menghabiskan persediaan jus pisang di kantor–sekaligus tempat tinggal bagi ketiga bersaudara serba-kuning–ponsel Len tiba-tiba berdering.
Deringan pertama, doi belum nyadar.
'Coba aja ada kasus yang menarik, ya... Gak usah sesusah DCB, Kind-a-Ichi atau B.E.D. deh... Yang penting bisa buat ngilangin kebosanan...'
Deringan kedua, masih belum nyadar.
'Oh ya, kok hari ini kantor sepi banget, ya? Hm... Kalo nggak salah inget, Nigaito (asisten pribadi tiga bersodara) lagi masuk rumah sakit lantaran makan apel beracun Snow White (?)... Kikaito-niichan musti ganti oli buat lengan bioniknya... Teruus... Neru-neesama lagi beli pulsa dan peluru bulanan (?)... Ah, pantes aku rasanya lonely...'
Deringan keti–BUJUG DAH LEN, ITU HAPE LO UDAH BUNYI DARI TADI BURUAN ANGKAT! IMPOTEN, EH! IMPORTANT CALL NIH!
"Eh? Ah? Hah! Ada telepon masuk, yak?"
Akhirnya, setelah diperingatkan oleh author (yang amin, baru selamat dari penculikan fiktif hasil khayalan liarnya), Len bergegas mengangkat ponsel. Tapi... karena gak ngeliat jalan, jadilah pemuda shota satu ini tersandung kulit pisang (eh? Bukannya harusnya terpeleset?) dan nyungsep mencium ponselnya yang ber-casing kuning cerah. Huff... Masih untung itu hape, bukan orang. Kalau orang, pasti udah dari tadi dibantai para fans pemuda bermarga Kagamine itu, karena berani-beraninya merebut first kiss sang detektif imut.
Klik.
Entah aslinya bisa atau tidak, tapi tempe-tempe aja tombol bergambar telepon hijau alias 'Angkat' di hape itu tertekan oleh bibir Len.
"Oi, Len! Kawaii otouto, lama banget sih ngangkatnya? Impoten, eh! important call nih!"
Suara Kikaito yang soak-soak bergembira (?) terdengar dari seberang hape.
'Perasaan aku pernah denger kalimat ini, deh...'–batin Len sweatdrop. "Gomen, Kikaito-nii. Aku tadi sibuk memeriksa dokumen kasus yang dikirim Ciel Phantom H.I.V. (*dipukul pake sarang lebah*) dari Inggris untuk kuberi pendapat... Memangnya ada apa, ya?" Len berdusta dengan lihainya.
"Oh iya! Len, cepat kamu kemari! Ada kasus penting untuk ditangani!" seru Kikaito penuh semangat.
Mendengar kata kasus penting untuk ditangani, kuncir pisang Len bergerak. Alamat bisa beli komik DCB seabrek!
"Okeh! Sebutkan dimana tempatnya dan garis-besar kasusnya!" balas Len, sudah bergerak menyambar jaket panjang dan payung (setting keadaan di luar masih hujan, ingat?).
"Garis-besarnya sih gak ada, soalnya belum kejadian. Tapi yang pasti, kamu datang ke Mansion Hatsune. Alamatnya kamu pasti udah tau sendiri. Pelakunya..."
"The Phantom Thief!"
"...kok tau?"
"Kan udah baca skripnya–eh, salah. Aku kan detektif jenius, niichan! Baiklah, aku ke sana sekarang!" setelah berujar demikian, Len segera berlari meninggalkan kantor agensi Zenchi. Membiarkan pintu kantor terbuka lebar di belakangnya...
Aih, Len. Aku jadi bingung nih mau bilang sosokmu dari belakang terlihat keren atau justru tindakanmu bodoh. Pas Magrib kayak gini, ujan pula, rumah dibiarin kebuka. Gak heran deh abis balik pulang, seisi kantor udah ludes dilalap maling. Mana aer ujannya juga bisa ngotorin lantai... = =;
Dua puluh menit kemudian, di Mansion Hatsune (langsung di-skip karena males ngejelasin perjalanannya Len).
Momenne Kikaito, inspektur kepolisian Crypton City divisi pencurian. Hatsune Miku, putri tunggal keluarga bangsawan Hatsune. Yowane Haku + Dell, pembokat Miku. Dan Kagamine Len, detektif SMP yang lumayan terkenal menurut opini sepihak. Kelimanya berkumpul menyimak cerita Miku tentang pertemuannya dengan The Phantom Thief, berlatar tempat ruang tamu Mansion Hatsune yang didominasi warna teal dan motif negi (gak cuma mobil, tapi rumahnya juga? Bener-bener... = =;)
"Sou da ne..." ujar Len manggut-manggut.
Detektif SMP satu ini lalu memasang gaya berpikir khasnya; punggung tangan kanan di dagu, tangan kiri menopang siku kanan dan satu mata mengedip seksi (*author digiles pake road-roller*). Ah, salah! Itu mah gaya flirting. Maksudnya... tangan kanan mencubit dagu, tangan kiri menopang siku kanan, mata menyipit dan mulut maju dua sentimeter. Kenapa gak lima sentimeter? Karena Len masak bukan pake minyak goreng Bimoli, tapi pake mentega (*kali ini author digoreng, setelah berwarna kecoklatan, maka tiriskan dan silakan disantap bersama saus tomat*).
"Kalau begitu, satu-satunya alasan The Phantom Thief yang arogan, sombong, punya harga diri ketinggian, dan nyebelin tersebut sampai rela menyamar menjadi tukang ojek payung... Pastilah demi ini!" cetus Len seketika.
Dan, serrtt! (bunyinya kayak gitu bukan, sih? Masa bodo ah), tanpa ba-bi-buta Len menyingkap bagian belakang rok Miku. Astagah! #shocksendiri#
"Kyaaa! Pelecehan! Hentai! Ecchi! Mesum! Pervert!"
Sesuai perkiraan, Miku menjerit bagai orang hendak di-rape dan melempari Len dengan benda tajam apa saja dalam jangkauannya, dari pedang, pisau buah, kaktus... Eh, yang penting kan tetep tajem!
"Gyaaa! Sabar, sabar! Tenang, maksud ane (?) bukan begitu! Aku cuma mau mengambil alat penyadap yang dipasang The Phantom Thief in disguise!"
Len berteriak panik. Bukan cuma karena benda-benda tajam yang dilempar ke arahnya, tapi juga gara-gara cemas brother complex-nya Kikaito bakal kumat mendadak. Secara, gak keren banget gitu kalo headline koran besok pagi bakal berjudul: TERJADI BAKU HANTAM ANTARA INSPEKTUR KEPOLISIAN SETEMPAT DENGAN DIVA CRYPTON CITY KARENA ULAH ADIK SANG INSPEKTUR YANG JUGA SEORANG DETEKTIF SWASTA. Oh, nehi, bisa ancur itu reputasinya si Len nanti.
Walhasil, setelah sukses menenangkan Miku, Len menjelaskan hasil analisisnya.
"Menurutku, kalau mempertimbangkan dari modus operandi (wuih, bahasanya) The Phantom Thief, ia pasti akan mencuri dengar pembicaraan kita terlebih dahulu. Jadi, untuk memasang penyadapnya, paling tepat kalau dia menghampiri nona Miku–(*melirik dengan tampang lo-sebenernya-gak-pantes-dibilang-kayak-gitu*)–dan memasang alat penyadap ke badannya."
"Hoo..." Miku ikut manggut-manggut, menatap balik Len dengan tampang lo-sendiri-gak-pantes-pake-jas-panjang-lebih-cocok-pake-gaun-kayak-gue. "Tapi kenapa harus di rokku begitu, sih?" protesnya masih tak terima dengan aksi Len sebelumnya.
"Itu karena..." ucapan Len terputus, tapi akhirnya ngelanjutin juga karena gak sengaja ngeliat penampakan author di belakangnya. "...aku hanya asal ambil kesimpulan dari sifatnya, kok. The Phantom Thief kan rada pervert, jadi kemungkinan besar dia memasang alat penyadap di sana."
"What the–" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, suara tawa khas Mak Lampir, eh, typo! Maksudnya, suara tawa khas The Phantom Thief terdengar membahana di seluruh Mansion Hatsune. Hmph, pasti gara-gara dia make speaker kualitas nomor satu deh. Nyolong darimana ya?
Masih serius bentar, kelima orang di seisi rumah guedhe tersebut melebarkan mata. Len dan Kikaito yang paling berpengalaman langsung ngibrit ke WC–argh! Kenapa banyak banget salah tulis sih!–keluar halaman.
Dan itu dia... di atas atap salah satu menara Mansion, dengan setelan tux, topi tinggi ala Abraham Lincoln, monokel dan jubah putih berkibar-kibar. Menyisakan seuprit (?) rambut biru, ciri khas The Phantom Thief, yang nongol dari balik topi.
"Selamat sudah berhasil memecahkan trikku (trik apaan?), Detektif Lenny... Sepuluh detik lagi, pertunjukan sulapku akan dimulai!"
Suara entah berapa orang pasukan polisi dan anti hura-hura (?) yang datang, diiringi teriakan ala fangirl "The Phantom Thieef! Tolong curi hatikuuu!" dari Hatsune Miku dan helikopter plus bus dari televisi swasta yang berbondong-bondong bagai mengejar layangan putus (?) terdengar mengaburkan suara The Phantom Thief. Tetapi... masih sempat terdengar teriakan Len yang masih nyaring-nyaring gimanaa gitu karena telat baligh (*buagh*).
"OI, KAITO (pake kanji Phantom Thief)! KALO NONTON PERTUNJUKAN LO, BAYAR KAGAK! GUE LAGI CEKAK NIH BULAN INI!"
Dan, suara gedubrakan dari balik atap bersamaan dengan lenyapnya The Phantom Thief menandakan dimulainya:
HIDE-AND-SEEK ANTARA DETEKTIF DAN PENCURI!
~To Be Continued (by different author)~
A/N : Yak! Beres deh tuh chapter 1 saya edit-edit. Sekarang... *mendadak males ngebacot*
Langsung review saja, minna-tan~?
