Miyaji Kiyoshi, Takao Kazunari, dan Midorima Shintarou milik Fujimaki-sensei, Calico Neko hanya meminjam.
Beware: Alur cepat. Untuk penyebutan chara adalah Takao, Miyaji, dan Shintarou.
.
Gotcha!
To: APRIL FOOL CHALLENGE
.
"Takao, kau mengerti ucapanku kan? Tangkap sampai dapat. Kamu tahu kan kalau aku sudah mengincarnya selama berbulan-bulan?"
Titah Miyaji adalah mutlak.
Dengan anggukan mantap dari kepala bersurai hitamnya, Takao berangkat setelah sebelumnya mendapat elusan lembut dari Miyaji.
"Sebentar lagi kamu akan menjadi milikku, Shintarou," monolog Miyaji sinting sambil mengupas nanas.
Tidak ada salahnya sekali-sekali Takao mencicipi buah tropis yang satu itu setelah pulang nanti, kan?
Well, berharap saja dia mau.
.
.
Shintarou selalu membenci Takao.
Perangainya. Tawanya. Terutama kilatan mata hitam bak malamnya yang selalu menghunus tajam pada iris hijau Shintarou. Pandangan matanya tersebut selalu membuatnya kaku. Terpanakah? Atau...
Namun hari ini ada yang berbeda. Manik hitam yang mengintip dari balik pepohonan tersebut kali ini memberi arti pandang yang lain.
Lebih tajam. Lebih kuat. Lebih intens.
Terfokus langsung pada bola mata Shintarou.
"Sial! Dia masih saja keras kepala rupanya, nodayo! Kapan dia akan berhenti mengejarku?"
Shintarou mulai berlari cepat, kabur menjauh dari sosok yang selama beberapa bulan ini sering menghantui hari dan tidurnya.
"Shin-chan~, mau kemana? Apa tidak lelah aku kejar terus?"
Benar sekali, bahkan suara yang Takao keluarkan membuatnya semakin kesal pada sosok satu itu.
Saking konsentrasi otaknya pada langkah cepatnya, Shintarou tidak menyadari keberadaan sekitar.
Ranting pohon mengiris pipinya. Semak-semak yang rimbun membuat langkahnya kurang maksimal. Kemudian sebuah akar pohon, membuatnya terjerembab hingga meluncur beberapa meter ke depan, menimbulkan luka panjang di dagunya.
"Cih!"
Sial kuadrat, tungkai kakinya ikut cedera. Hanya dalam hitungan detik telah berubah warna menjadi keunguan dan membengkak. Dan dalam hitungan detik pun...
... Takao telah bergerak cepat mendekati Shintarou yang masih berkutat dengan luka-lukanya.
Kata orang bila kita mendekati ajal, maka akan melihat kelebatan masa-masa bahagia kita dengan terkasih. Itulah yang sedang dilihat Shintarou. Istri dan anak-anaknya di rumah kecil, gelap, dan hangat mereka. Apa yang akan terjadi pada keluarga besarnya apabila dia tak ada?
Semua pikiran buyar ketika Takao melantangkan kalimat yang paling dibencinya.
"Gotcha, Shin-chan!"
Dengan gerakan mulus, si manik hitam menukik. Kakinya yang bercakar tajam menangkap dada berbulu putih Shintarou dengan cengkeraman kuat namun tak meremukkan.
Terbang tinggi melawan angin, Takao membawa Shintarou untuk diberikan pada Miyaji.
.
.
Penantian lama akhirnya membuahkan hasil.
Dengan Takao bertengger gagah di pundak kanan Miyaji dan Shintarou yang dijinjing telinganya oleh tangan kiri Miyaji, si surai pirang berjalan pulang dengan hati gembira.
"Tadinya kalau kamu tidak berhasil lagi akan aku beri makan malam nanas loh. Tapi karena kamu berhasil...
... aku rasa tidak ada salahnya berbagi daging kelinci denganmu."
Takao si elang mengatupkan paruhnya tanda setuju.
A/N: Jadi di sini Miyaji (pemilik) minta pada Takao (elang/hawk peliharaannya) untuk memburu Shintarou (kelinci putih). Semoga memenuhi entry karena aku sendiri ga tau ini nulis apaan. Efek galau angka. Thanks b4!
