Title: As Time Goes By

Cast: Kyuhyun and other

Desclaimer: Semua cast milik Tuhan YME, but this story is mine

Genre: Family, angst, friendship

Rating: T

Warning: just fanfic, don't like don't read, typos, OOC, alur membosankan, cerita pasaran

Summary: Semua tidak akan kekal. Kyuhyun harus menjalani kehidupan barunya yang jauh berbeda dari kehidupannya yang dulu.

Happy reading

Puput257™

Chapter 1

Sebuah mobil mewah berwarna putih memasuki gerbang Seoul High School. Mengundang decak kagum siapapun yang melihatnya. Pintu mobil itu terbuka, menampilkan seorang pemuda tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

"Oi! Kyuhyun!"

Dua orang pemuda nampak mendekati pemuda berkacama itu. Seunghyun dan Seungri, dua pemuda tampan yang merupakan idola di sekolah elit ini.

"Hei!"

Pemuda berkacamata hitam yang dipanggil Kyuhyun melepas kacamatanya. Ia tersenyum lalu melakukan tos dengan kedua pemuda di depannya. Siswa yang baru datang menatap ketiganya kagum.

"Mobil baru lagi, eoh?" tanya Seunghyun sembari mengamati mobil bercat putih itu.

Kyuhyun hanya mengangkat bahu lalu menyandarkan punggungnya pada kap mobil.

"Baru dikirim kemarin. Hadiah dari ayahku." jawabnya disambut tawa kedua pemuda itu.

Seungri menggumam 'wow' berkali-kali saat merasakan halusnya permukaan mobil Kyuhyun. "Pasti lebih mahal dari mobilmu yang dulu," gumamnya disambut anggukkan oleh Seunghyun.

Kyuhyun tersenyum angkuh. "Tentu saja. Cho Kyuhyun tidak akan menerima barang murahan dalam hidup." ujarnya sombong.

.

.

.

Cho Kyuhyun, pemuda kelas dua di Seoul High School merupakan putra tunggal pemilik Cho Corporation. Perusahaan yang bergerak di bidang bisnis.

Kata sempurna seolah tak cukup mendekripsikan calon penerus Cho Corporation itu. Tampan, jenius, populer, dan kaya. Tidak ada yang bisa menolak pesona pemuda yang dikenal sebagai juara pertama di tingkatannya. Pemenang medali emas di bidang matematika tahun lalu. Segudang prestasi bahkan telah ia dapat selama belajar di Seoul High School.

Ditambah kedua temannya yang tidak kalah populer dibanding dirinya. Seunghyun dan Seungri. Dua pemuda tampan yang patut diacungi jempol dalam bidang non akademik. Kapten tim basket dan kapten tim futsal yang selalu di elu-elukan oleh para gadis.

Seunghyun adalah putra dari keluarga Choi yang memiliki perusahaan terkenal di bidang otomotif. Sedangkan Seungri adalah anak dari Han Jaekyung, seorang anggota parlemen di tingkat pusat.

Bicara soal kesempurnaan, bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan?

Dibalik kesempurnaan pasti ada kekurangan.

Dibalik terang pasti ada gelap.

Dibalik putih pasti ada hitam.

Begitupun Kyuhyun. Pemuda dengan kulit putih yang cenderung pucat itu tidak lah sesempurna apa yang kalian pikirkan. Sifat angkuh, sombong, dan semena-mena pada orang lain cukup menjadi tanda minus baginya.

"Emm... Kyuhyun-ssi, terima lah kue dariku. Kuharap kau suka."

Seorang gadis cantik berkacamata mengulurkan sekotak kue pada Kyuhyun. Wajahnya menunduk malu. Siswa yang berkerumun di sepanjang lorong kelas saling berdesakan untuk menontonnya.

Kyuhyun menoleh pada Seunghyun dan Seungri lalu mengangkat alisnya. Ia menerima kotak kue tersebut, membuat gadis yang menunduk itu hampir berteriak -senang.

"Kau baik. Tapi aku tidak menerima makanan murahan."

Sedetik kemudian Kyuhyun menumpahkan sekotak kue tersebut ke tempat sampah. Membuat siswa disana menarik napas dan gadis yang hampir berteriak itu nampak memerah. Antara menahan tangis dan amarah.

Pemuda tampan itu menyeringai pada kedua temannya lalu menatap gadis di depannya.

"Lebih baik mengetes makanan murahan itu. Jangan sampai orang lain sakit perut setelah memakannya." ucap Kyuhyun lalu berjalan seolah tidak terjadi apapun. Langkah angkuhnya membuat gadis berkacamata itu kembali menunduk dengan pipi yang telah basah.

"Kasihan..." Seungri memasang muka prihatian yang dibuat-buat pada gadis itu kemudian mengikuti langkah Kyuhyun. Begitupun Seunghyun yang berjalan di belakang Seungri. "Mengacalah, noona."

Kejadian di lorong kelas seperti ini tidak hanya terjadi sekali dua kali namun telah terjadi berkali-kali. Para gadis di Seoul High School seolah mengesampingkan sikap ketiga namja itu yang justru mereka anggap sebagai tantangan tersendiri.

Kyuhyun yang lahir dan diasuh di keluarga berada membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang tidak mengenal rasa kasihan pada orang lain. Ayahnya yang sibuk bekerja, begitupun ibunya yang lebih senang memanjakan diri sendiri membuat Kyuhyun jarang mendapat kasih sayang yang cukup layaknya remaja lain. Hanya sekedar materi yang tidak pernah kurang selama hidupnya.

.

.

.

"Aku ingin membolos. Ayo!" ajak Seunghyun pada kedua pemuda lain.

Pemuda yang masih sibuk menulis itu meletakkan pensilnya. "Jangan macam-macam, Seunghyun! Belajarlah yang baik agar nilai akademikmu tidak membuatku malu." ujarnya membuat Seunghyun mendengus.

Kyuhyun itu cerewet jika masalah akademik. Sedangkan Seunghyun sendiri -sangat- tidak menyukai yang namanya matematika, fisika, ataupun mata pelajaran lain yang berhubungan dengan teori. Ia lebih suka praktik, seperti olahraga.

Seungri yang duduk di belakang Seunghyun hanya tertawa. Ia bergeming kala Seunghyun menatapnya tajam.

"Dan kau juga, Seungri!" ucapan Kyuhyun membuat Seungri menghentikan tawanya. Seunghyun balik tersenyum menang.

"Ya ya ya. Aku akan belajar, Kyuhyun seongsangnim."

Kyuhyun mendelik. "Sialan kau!"

.

.

.

"Oppa... berkencanlah denganku. Sekali saja," pinta seorang gadis bername tag Im Yoona sembari bergelayut manja di lengan Kyuhyun.

"Tidak boleh! Kyuhyun oppa hanya boleh berkencan denganku!" ucap gadis lain sembari menyentak tangan Yoona.

"Kalian bermimpi. Kyu oppa hanya suka padaku!" datang gadis dari arah lain.

Kyuhyun hanya diam melihat ketiga gadis cantik primadona sekolah itu kini saling mengolok dan membanggakan diri. Ia menyeringai dalam hati.

Cho Kyuhyun pujaan para gadis

Seungri yang sedari tadi jengah karena Kyuhyun hanya diam akhirnya maju selangkah.

"Hei, gadis-gadis cantik. Kenapa tidak memilih berkencan denganku saja?"

"TIDAK MAU!"

Koor ketiga gadis itu sukses membuat Seungri menutup telinganya. Ia menatap kesal pada ketiga gadis yang kembali memperebutkan -siapa yang akan berkencan dengan Kyuhyun.

"Kyu! Hentikan ocehan mereka! Telingaku sakit." ujar Seunghyun pada Kyuhyun.

Kyuhyun menatapnya sebentar. Ia mengangkat bahu.

"Hei, ladies..." panggilnya membuat ketiga gadis itu menghentikan ocehannya. Mereka dengan cepat berdiri di depan Kyuhyun dengan saling menatap tajam satu sama lain.

"Aku tak akan berkencan dengan siapapun." ucapnya membuat ketiga gadis itu membulatkan mata.

"Tapi kenapa, oppa?"

"Apa oppa sudah punya kekasih?"

"Atau karena aku kurang cantik?"

Kyuhyun menggeleng.

"Kalian semua cantik. Hanya saja aku tidak ingin berkencan dengan siapapun. Aku tau kalian bersahabat. Jangan karena aku persahabatan kalian hancur."

Perkataan Kyuhyun sukses membuat ketiga gadis itu saling berpandangan. Bukan lagi saling menatap tajam, tatapan itu kini melembut.

Kyuhyun mengkode Seunghyun dan Seungri untuk pergi. Ia hanya tersenyum kala ketiga gadis itu saling berpelukan.

"Cho Kyuhyun, ada apa dengan dirimu?" tanya Seungri sambil merangkul bahu Kyuhyun. Ia melempar ciuman jarak jauh pada beberapa gadis di sepanjang koridor yang mereka lewati.

"Tidak ada. Hanya tidak ingin mereka saling bermusuhan." jawabnya enteng.

Seunghyun mencibir. "Jadi karena persahabatan?" tanyanya.

Kyuhyun mengangguk samar. "Kuharap kita selalu seperti ini."

.

.

.

Prangg

"Siapa yang membuat makanan ini?!" teriak Kyuhyun diiringi derap langkah beberapa maid yang datang ke meja makan.

"Mengaku! Siapa yang menghidangkan sampah di meja makan?!" teriaknya lagi.

"Ada apa ini?"

Nyonya Cho yang baru pulang -dari salon- kini menghampiri putra tunggalnya yang nampak marah dengan pecahan piring dan makanan yang berserakan di lantai. Kesan mewah dan kaya seolah menjadi kiasan yang tepat setelah melihat wanita di akhir tiga puluhan itu.

"Ibu, mereka berani menghidangkan sampah di meja makan."

Sang nyonya rumah sontak menatap tajam kelima maid yang menunduk sedari tadi. Ia mendekati salah satu diantara kelima maid tersebut.

"Katakan! Siapa yang memasak hari ini!" tanyanya tajam.

Maid yang berdiri paling dekat dengan Nyonya Cho mencoba menjawab.

"D-di-dia," ucapnya sambil menunjuk seorang maid di urutan ketiga. "Dia yang memasak," ucapnya lagi.

Nyonya Cho menghampiri maid yang kini menunduk semakin dalam. Ia menatapnya remeh.

"Kau dipecat!"

Kyuhyun tersenyum puas. Ia meninggalkan ruang makan setelah ibunya melangkah pergi.

.

.

.

Ckiittt

Brakk

"Maaf, Tuan Muda. Sepertinya saya menabrak pesepeda." Pak Lee dengan wajah pucat berucap pada Kyuhyun.

"Urus dia!" ucap Kyuhyun tanpa mau peduli. Pak Lee mengangguk lalu keluar dari mobil. Kyuhyun hanya melirik lewat kaca mobil.

Hampir sepuluh menit menunggu, namun Pak Lee tak kunjung kembali ke mobil. Kyuhyun berdecak lalu memilih keluar.

Di pinggir trotoar, Pak Lee nampak memohon maaf pada seorang pemuda -yang mungkin seumuran dengan Kyuhyun. Bisa Kyuhyun pastikan dari ekspresi pria paruh baya itu yang nampak bersalah.

"Tsk! Menyusahkan." gerutunya lalu mendekati kedua orang itu.

"Pak Lee, kenapa lama sekali?!" ucapnya sedikit keras. Membuat pemuda yang ditabrak oleh Pak Lee ikut menatapnya.

"Maaf, Tuan Muda. Saya harus memastikan agar dia tidak apa-apa."

Kyuhyun beralih pada pemuda yang berdiri dengan sepeda ringsek pada bagian ban. Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan dompet. Diambilnya puluhan lembar uang won lalu diletakkan -dengan kasar- pada keranjang sepeda pemuda itu.

"Ambil itu! Ayo kita pulang, Pak Lee!"

Kyuhyun berlalu setelah mengatakan itu.

"Maafkan majikan saya. Sebenarnya dia orang baik." Pak Lee tanpa sungkan menunduk pada pemuda itu.

"Tidak, Tuan. Jangan seperti itu. Sepedaku tidak butuh biaya banyak untuk memperbaikinya. Aku tidak bisa menerima ini." Pemuda itu berniat mengembalikan uang yang Kyuhyun berikan.

"Jangan mengembalikan pada saya. Tuan Muda akan marah nanti. Tolong terimalah. Saya permisi. Sekali lagi, saya mohon maaf." Pak Lee berlalu tanpa mendengar jawaban dari pemuda itu. Pemuda itu menatap sulit uang yang kini berada di tangannya. Ia kemudian beralih menatap punggung pemuda yang ia kenal sebagai pemuda populer di sekolahnya.

.

.

.

Untuk kesekian kalinya Kyuhyun meyakinkan diri. Ini tidak mungkin. Ini hanya mimpi. Ia akan terbangun sebentar lagi. Namun untuk kesekian kalinya pula, Kyuhyun seolah tersadar. Ini nyata. Ini bukan mimpi. Ia benar-benar berada di dunia nyata.

Tangisan sang ibu kembali terdengar di rumah mewahnya. Perempuan yang ia sebut ibu itu tengah meraung di samping peti jenazah ayahnya.

Ayahnya -yang entah kapan Kyuhyun terakhir kali bertemu- itu telah tidur dengan damai.

Pukul tiga sore tadi Kyuhyun dikejutkan dengan kabar dari tangan kanan ayahnya.

"Tuan Muda, ayah anda terkena serangan jantung. Beliau dilarikan ke rumah sakit."

Dan saat itu juga Kyuhyun segera meninju pipi pria yang telah mengabdi selama sepuluh tahun pada ayahnya itu.

"Leluconmu sangat tidak lucu, Hangeng-ssi! Ayahku pasti akan memecatmu setelah ini."

Namun Kyuhyun harus menelan pil pahit kala sang ibu menelponnya sambil menangis.

"Kyuhyun, ayahmu meninggal."

Hanya sebaris kata itu dan semua sudah jelas. Dalam waktu sekejap, rumah yang biasanya nampak sepi itu kini terlihat ramai. Orang-orang berbaju hitam keluar masuk untuk sekedar memberi penghormatan terakhir pada Tuan Cho -ayahnya.

Kyuhyun tidak menangis. Tidak. Ia pria dan ia pantang menangis. Ia harus menopang ibunya yang nampak hancur dengan kepergian ayahnya. Wanita yang biasanya anggun dengan balutan pakaian mahalnya itu terlihat menyedihkan saat ini.

"Ibu... sudahlah. Ayah sudah pergi..." untuk kesekian kali Kyuhyun menenangkan perempuan yang merupakan ibunya itu.

"Suamiku... tidak... jangan pergi... "

Selama hampir dua jam, Nyonya Cho hanya menggumamkan kata-kata itu. Ia bahkan jatuh pingsan ketika peti jenazah sang suami diturunkan ke liang kubur.

Seolah tidak cukup dengan semua kenyataan pahit ini, Kyuhyun harus menerima kenyataan pahit yang lain.

"Semua aset dengan nama Tuan Cho disita termasuk rumah beserta isinya."

Nyonya Cho menatap tidak percaya berkas di tangannya. Wajahnya yang terlihat berantakan mulai dipenuhi airmata.

"Ayahku bahkan baru meninggal dua hari lalu. Tidak adakah kelonggaran untuk kami?"

Untuk pertama kalinya, seorang Cho Kyuhyun memohon pada orang lain. Ia hanya bisa memejamkan kedua matanya kala orang-orang berjas hitam itu menutup gerbang rumahnya.

'RUMAH INI DISITA OLEH BANK'

.

.

.

"Tuan Muda, saya hanya bisa memberi anda tempat tinggal seperti ini."

Pria paruh baya yang bekerja sebagai supir keluarganya -dulu- itu menunjukkan sepetak rumah kecil.

"Ini lebih dari cukup. Terima kasih, Pak Lee. Dan jangan panggil aku Tuan Muda lagi. Aku tidak pantas mendapat panggilan itu."

Pak Lee mengusap airmatanya -lagi. Ia sudah bekerja sebagai supir keluarga Cho sejak Tuan Mudanya itu belum lahir. Ada rasa kehilangan yang amat mendalam di hati pria paruh baya itu.

"Tidak. Anda tetap Tuan Muda untuk saya. Anda harus kuat." ia memeluk Kyuhyun erat. Prihatin dengan kenyataan hidup yang harus diterima Tuan Mudanya saat ini.

Sedangkan Kyuhyun hanya bisa terdiam -dipelukan mantan supir pribadi keluarganya yang telah ia kenal sejak kecil. Hatinya bergemuruh entah karena alasan apa. Ada rasa hangat di ulu hatinya.

Tanpa Kyuhyun sadari, setetes airmata jatuh dari kedua maniknya. Mengalir deras tanpa terbendung. Kyuhyun menangis. Ia menangis tanpa suara.

.

.

.

Nyonya Cho, perempuan yang terbiasa hidup mewah itu hanya memandang kosong rumah yang baru ia masuki.

Rumah ini kecil, bahkan sangat kecil dibanding rumahnya dulu yang hampir menyamai istana. Ia jatuh terduduk. Kembali menangisi kenyataan yang harus ia hadapi.

"Ini tidak adil. Kau sangat jahat meninggalkanku seperti ini."

Tak ada kemewahan yang selalu identik dengan dirinya. Tak ada maid yang akan melayani setiap keinginanannya. Tak ada supir yang akan mengantar kemanapun ia pergi. Dan tak ada sosok suami yang akan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hanya ada ia dan putra tunggalnya yang bahkan belum lulus SMA.

Perempuan itu kembali terisak. Ia tidak siap. Sungguh tidak siap menjalani kehidupan baru yang berubah drastis.

.

.

.

Kyuhyun menguatkan hatinya. Ia menggenggam erat ransel -pemberian Pak Lee- yang ia pakai. Benda dengan harga rendah yang dulu ia ikrarkan sebagai benda yang tidak akan pernah ia gunakan.

"Kudengar ayahnya berhutang sampai triliunan won di bank."

"Kyuhyun jatuh miskin."

"Tapi ayahnya baru meninggal."

"Biar saja. Itu pelajaran untuknya yang selalu sombong selama ini."

"Lihatlah! Dia terlihat menyedihkan."

"Rasakan itu!"

Sejak ia menginjakkan kakinya di Seoul High School, ucapan-ucapan itu seolah menjadi backsound dari perjalanannya menuju ruang kelas.

Sakit

Kyuhyun bahkan tidak mampu mengangkat wajahnya. Ia malu. Ia malu pada dirinya sendiri. Ia terlalu buruk. Ia baru tersadar. Ia terlalu membanggakan apa yang ia miliki-ah ia bahkan tidak memiliki itu semua.

"Kami tidak berteman dengan orang miskin."

Kalimat itu menusuk Kyuhyun tepat di jantung. Ia kembali menunduk kala kedua pemuda yang seminggu lalu masih berstatus sebagai temannya itu menatapnya remeh.

Persahabatan hanya sebuah judul tanpa makna dari kebersamaan mereka selama ini. Materi dan popularitas seolah memutus ikatan yang Kyuhyun anggap tulus.

Jadi seperti ini perasaan siswa-siswa yang pernah ia perlakukan tanpa belas kasih?

Seperti manusia tidak berharga.

Seperti sampah.

"Ayo kita pergi. Si tuan tampan yang jatuh miskin sedang lewat."

Perih

Bahkan gadis-gadis yang dulu berebut ingin mengencani dirinya segera menjauh ketika ia lewat.

Tidak ada tatapan kagum. Tidak ada seruan untuk dirinya. Tidak ada teman yang melengkapi harinya. Tidak ada senyum angkuh yang ia tampilkan. Tidak ada materi yang bisa ia banggakan. Tidak ada lagi Kyuhyun yang sempurna.

Kyuhyun akhirnya mengerti. Ia bahkan tidak lebih berharga dari sampah. Tidak tanpa materi dari mendiang ayahnya.

.

.

.

.

TBC

Hai-hai. Tiba-tiba kepikiran buat ff baru. Gimana? Ini ngetes dulu deh. Butuh setidaknya 15 review. Rencananya ini ff bakal kurang dari 5 chapter.

Oh, ya. Author mau minta maaf sebelumnya. Buat ff IF bakalan discontinued. Ada beberapa alasan yg gak bisa author jelaskan kenapa gak dilanjut.

Kalo mau add fb author : Jung Je Ah

Untuk AAM -sebut gitu aja- masih dalam proses. Mungkin bakal update 2 bulan lagi*smirk

Ok, Bye!