The Lost Memory

Author: Park Hyesung

Pairing: YeWook

Genre: Romance and Other

Rate: T

Warning: YAOI, GenderBender Typo(s), EYD tidak sesuai, alur kecepatan, cerita gak masuk akal, OOC parah

Disclaimer: Author hanya meminjam nama para cast. Ini hanya sebuah fiksi belaka, harap tak mempercayai terlalu dalam fiksi ini. Tidak suka pair / cast? Tinggal keluar dari halaman ini. Terima kasih

.

Keegoisan dan semua perjalan cinta yang rumit mulai memudar perlahan

Persahabatan kembali mereka jalani dengan sahabat baru

Meminta maaf dan memaafkan sudah dilakukan

Namun, siapa dia dibalik rangkaian bunga mawar ungu itu?

.

.

.

Tok Tok Tok!

"Masuklah." Ujar namja bertubuh kurus bernama lengkap Lee Hyukjae atau biasa yang dipanggil oleh sahabat-sahabatnya dengan nama Eunhyuk. Pintu kamar rumah sakit itu perlahan bergeser pelan. Donghae, yang kini resmi menjadi kekasih Eunhyuk bersama namja kurus itu memandang pintu.

Kedua pasang mata tersebut melebar. "Ryeo-Ryeowook? Ke-kenapa kau bisa sampai disini?" Reaksi mereka seperti sedang melihat sosok hantu. Namun yang dilihat adalah sosok asli manusia.

Ryeowook, namja manis yang baru menggeser pintu langsung melipat tangannya di dada. "Apa aku salah untuk datang kesini? Datang ke ruangan sahabat-sahabatku?" Ryeowook datang kesini bermaksud untuk memaafkan mereka.

Kali ini, bisa dipastikan kejadian tragis yang dulu dialami mereka bertiga terulang di otak kanan mereka. Dengan gugup, Donghae bangun duduk diatas tempat tidur dan menggeleng pelan. "Sebenarnya kau sedikit salah dalam mengeja hubungan kita, Wookie. Kita hanyalah mantan sahabatmu."

Ryeowook tertawa aneh dan masuk kedalam. Berdiri di depan Eunhyuk yang duduk di sebelah tempat tidur Donghae. "Apa perutmu sudah sembuh?" Tanya namja mungil itu mengalihkan pembicaraan.

"Sudah akan sembuh. Memangnya kenapa?" Tanya Donghae balik dengan nada datar. Pria itu maupun Eunhyuk merasa ada yang berbeda dalam diri Ryeowook. Perasaan mereka mendadak tidak nyaman. Jangan-jangan Ryeowook merencanakan sesuatu.

"Wookie-ya." Panggil Eunhyuk pelan.

"Hm? Ne, Hyukkie hyung?"

"Maafkan aku..." Eunhyuk menjatuhkan dirinya di depan Ryeowook. Hanya bertumpu dengan lututnya, dia memposisikan tubuhnya seperti sedang bersujud. Mata caramel itu sempat membesar tapi dia tetap terdiam, mendengar perkataan Eunhyuk selanjutnya.

"Maafkan aku, Wookie... Gara-gara aku hubungan kalian hancur. Gara-gara aku hubungan persahabatan kita juga tak ada bekasnya lagi. Gara-gara aku, kau hampir saja mati. Maafkan ak-"

Sret

Ryeowook langsung memeluk Eunhyuk dalam posisi berjongkok. "Sudahlah, hyung. Lupakan saja semua itu. Anggap saja angin lalu." Tutur Ryeowook sembari mengelus rambut Eunhyuk menenangkan.

Eunhyuk tidak tahu harus berbuat apa. Dia malu, malu akan dirinya sendiri. Dia perebut pacar sahabatnya sendiri, tapi kenapa namja manis itu mau memaafkan kesalahannya? Tak lama kemudian, tetesan air mata mulai mengalir di pipi Eunhyuk. Tangannya yang gemetar membalas pelukan Ryeowook.

"Hiks... Maafkan aku" Aku tak pantas menjadi sahabatmu lagi.. Hiks.." Namun perkataan Eunhyuk dibalas dengan gelengan kepala yang sangat terasa di bahunya. "Sampai kapanpun persahabatan kita tak akan hilang dengan cara apapun. Benarkan Donghae hyung?"

Donghae yang sudah menahan tangisnya diatas tempat tidurpun langsung beranjak turun memeluk kedua namja disana. Tangisannya pecah bersamaan dengan Eunhyuk. "Maafkan aku, Wookie. Aku sangat menyesal..." ujar Donghae dengan penyesalan yang sangat dalam.

Ryeowook tersenyum kecil dalam pelukan kedua sahabat, tak dipedulikan kedua bahunya yang sudah basah karena tangisan Donghae dan Eunhyuk. Ia terus mengelus rambut mereka sambil terus bergumam, "Tidak apa-apa. Aku sudah memaafkan kalian."

Rasanya namja mungil itu juga ingin ikut menangis tapi ditahannya, dia harus terlihat kuat agar tak membuat perasaan bersalah mereka berdua makin besar. "Oh ya, terima kasih dengan bunga mawar yang kalian kirim." Kata Ryeowook kembali mengalihkan pembicaraan.

"Eh? Apa kau tak salah? Hiks..." Donghae melepaskan pelukannya dan langsung menghapus air matanya. "Kami tak pernah mengirimkan bunga apapun untukmu. Kami tak berani sama sekali." Lanjutnya.

Kening Ryeowook berkerut, kemarin Kyuhyun bilang sebenarnya bukan ia yang memberi bunga padanya namun orang lain. Dia mengira Donghae atau Eunhyuk yang mengirimkan bunga untuk meminta maaf secara halus.

"Benar bukan kalian?" Pasti Ryeowook. Eunhyuk mengangguk dan menjauhkan tubuhnya dari tubuh kecil sahabatnya. "Ne, aku yakin. Aku juga tak pernah mengirimkan apapun.'

Pertanyaan baru mulai berkecamuk dalam hati Ryeowook, "Siapa dia?"

.

.

.

Setengah tahun kemudian...

Di depan sebuah kaca yang lumayan besar terpantul seseorang yang sangat 'cantik' di Korea Selatan. Rambutnya yang panjang tiga senti diatas leher diikat di belakang, menyisakan sedikit helaian rambut di depan. Wajahnya yang mungil sedang di make-up se-natural mungkin.

Pakaian yang dikenakannya begitu manis dan sangat indah. Ia terlihat seperti yeoja yang sangat manis, benar-benar manis. Sesekali ia memutar ponsel yang ada ditangannya. "Apa kau sudah mencari partner modelmu?" Tanya stylish tiba-tiba. "Aku belum mencarinya. Aku bingung." Jawab orang itu sekenanya.

Stylish menggerutu, "Ya! Bagaimana ini? Apa kau tak bisa secepatnya mencari? Bukankah sudah bagus kau diberikan kebebasan mencari partner?" omelnya. Yang ter-omeli malah mendumel sendiri. "Ara! Aku akan menelpon temanku!"

Tangannya dengan cepat menekan beberapa digit nomor di ponselnya. Kemudian ia menaruh ponselnya di telinga, mendengar beberapa kali nada sambung dan, "Yeobosaeyo? Kyu, apa Hae Hyung bersamamu sekarang?"

"Wha, kau kebetulan sekali menelpon. Atau kau memang melihatnya sedang disini? Ne, Hae hyung sedang bersamaku. Waeyo?"

"Bagus. Karena rumah sakit kau dan tempat pemotretan tidak jauh, datanglah ke sini. Aku ingin menjadikan kalian sebagai seme-ku."

"Oh, okay. Kami akan segera kesana... Eh? Apa kau bilang tadi? Jadi seme-mu?!"

.

.

.

"Yup, bagus! Buat suatu gaya yang terlihat sangat romantis! Buat pose back hug, setelah itu kita akan mengambil beberapa gambar bertiga." Perintah fotografer yang sangat senang dengan kerja model tersebut.

Sosok 'yeoja' itu duduk dengan manisnya diatas kursi, menaruh jari telunjuk kirinya di pipi seakan sedang berpikir. Raut wajahnya diubah ke sikap berpikir yang manis dan imut. Ia memakai sebuah kaos berlengan panjang yang bermotif garis-garis ungu-putih. Dipadu dengan rompi tanpa lengan berwarna cokelat dan celana jeans berwarna biru. Rambutnya yang diikat hingga menimbulkan ponytail dihiasi oleh pita bintang.

Hup!

"Kutangkap kau, Ryeowookie!" Seseorang memeluk 'yeoja' manis tersebut dari belakang. Wajah terkejut keluar dari model mungil bernama lengkap Ryeowook tersebut. Sedangkan orang yang dibelakangnya, Kyuhyun memancarkan wajah usil sekaligus senang.

Flash! Flash!

"Okay! Kita sudah menyelesaikan ini. Istirahat beberapa menit untuk pemotretan selanjutnya. Dan sebaiknya kalian ganti baju juga. Karena tema selanjutnya kau harus berpakaian yeoja lagi, Ryeowook-ssi." Pesan fotografer sebelum meninggalkan ruangan.

Beberapa saat mendadak kehening diantara kedua orang yang masih dalam posisi memeluk tersebut. Kyuhyun sepertinya enggan untuk melepaskan Ryeowook. Sedangkan namja manis itu hanya diam saja, merasakan kehangatan namja bersuara bass yang dulu sempat memeluknya seperti ini.

Brak!

"Ya... Ya... Ya! Kyuhyun-ah! Menjauhlah dari mantanku! Kau sudah punya Sungmin! Nanti kalau ku-adukan kau selingkuh dengan Ryeowook, baru tahu rasa kau!" Tiba-tiba saja ada yang menarik kerah kaos tipis milik Kyuhyun dari belakang hingga namja bernickname Evil itu terjatuh kebelakang. "Ouch... Ya! Lee Donghae! Biarkan aku memeluknya sebentar lagi!"

Donghae yang sudah berganti baju itu mendengus tajam. "Hei, apa kau lupa statusmu sebagai kekasih sah Sungmin? Jadi menjauhlah!" Balas Donghae tak mau kalah. "Kami kan sahabat. SAHABAT. Jadi biarkan aku memeluk Pico* lagi!" Sahut Kyuhyun menekankan kata 'sahabat' dikalimatnya dan berdiri menghadap Donghae.

"Tapi tetap saja dia lebih lama menjadi sahabatku, tahu. Sejak kita bisa baca tulis saja sudah sahabatan."

"Kau menyebalkan, Hae Hyung! Nanti kuberikan kau obat bius saja."

"Bisakah kalian diam?" Pertanyaan Ryeowook mendiamkan mereka berdua. "Sudah diabaikan, masih di panggil Pico lagi." Gumam namja manis itu tak senang sambil berbalik menatap mereka dengan pandangan marah.

"Tapi aku berkata benar kan? Dia itu cantik seperti Pico. Ya kan, Hae hyung?" Tanya Kyuhyun innocent. Donghae juga mengangguk setuju, "Yes. Bahkan aku kurang yakin sekarang jika dia adalah namja. Cantik dan imut. Jangan-jangan dalamnya juga yeoja lagi."

Ryeowook mengepalkan tangannya dan-

Bugh! Bugh!

-sepertinya kedua sahabat seme-nya mendapatkan bogem mentah pada perut mereka. "Kalian berdua menyebalkan sekali." Katanya sebal.

"Permisi, Ryeowook-ssi mendapat kiriman bunga." Seorang staff masuk kedalam ruangan sambil membawa sebuket bunga. Ketiga orang itu menoleh. "Ne, taruh saja dimeja." Ujarnya Ryeowook sambil menarik tangannya dari perut-perut sahabatnya.

"Argh... Kenapa pukulannya sakit sekali?" Ringis Donghae sambil menggeleng. Tangannya memegang perut dan menahan kesakitan. Begitu juga Kyuhyun. "Itu artinya aku bukan sepenuhnya Pico." Ryeowook menjulurkan lidahnya, meledek.

Kakinya melangkah menuju tempat dimana buket bunga itu diletakkan. Tangannya mengambil benda berwangi harum tersebut. "Warnanya tetap saja ungu." Gumam Ryeowook. Terlihat ia menyelipkan senyuman manis dibibirnya. "Kita lihat kali ini ia menuliskan apa." Ryeowook mencari kartu ucapan yang biasanya ada diantara tangkai bunga.

Hari ini kau bekerja lagi kan? Hwaiting ne! Ku dengar kau mencari seseorang untuk menjadi partnermu. Seandainya saja aku bisa menjadi partner-mu, kkk. Ah, ne. Aku membelikan gelang juga untukmu. Semoga kau suka.

Namja cantik itu hanya terkekeh kecil. Mengundang sejuta keheranan untuk duo KyuHae. "Hei, apa Mask of Phantom mengirimi sesuatu yang lainnya hingga kau tertawa aneh?" Tanya Kyuhyun sambil mendekati Ryeowook dari belakang dan mencoba mengintip bersama Donghae. "Ehm, iya. Dia menyelipkan sebuah gelang didalam sini." Setelah tangan lentiknya sedikit mengobrak-abrik lebih dalam, ditemukannya sebuah gelang cantik bertuliskan namanya.

"Benar-benar stalker yang hebat." Kata Donghae mendecak kagum. "Ne, tahu saja jika kau mau membeli gelang baru." Sahut Kyuhyun. Memang kemarin saat mereka di cafe, Ryeowook mengatakan ingin membeli gelang lagi pada keempat sahabatnya.

"Dia benar-benar tampak seperti bayangan." Gumam Ryeowook senang lalu memakai gelang berhias bintik-bintik permata di tulisan namanya. "Pasti harganya mahal. Berhias permata lagi."

"Hei, kapan kalian berdua mau berganti pakaian?" Tanya stylish yang muncul dibalik pintu. Kyuhyun dan Ryeowook menepuk keningnya, "Omo. Hampir lupa!"

.

.

.

Donghae takjub melihat tubuh Kyuhyun yang baru saja keluar dari tempat ganti. "Kau memang keren, Kyu. Seandainya saja kau se-tinggi diriku, baju itu tak akan cocok untukmu." Puji Donghae kelewatan. "Kata-katamu seperti menghina diri sendiri." Kyuhyun tersenyum mengejek dan berkaca di depan cermin.

Tubuh Kyuhyun yang tinggi sangat cocok memakai kemeja hitam bemerek mahal. Sementara kakinya dibalut ole celana hitam yang panjang. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap di tata keatas. Dasi berwarna putihpun ia ikat di antara lehernya.

Sedangkan Donghae, ia memakai kemeja putih berlengan pendek dibalut jaket berwarna hitam dengan berbagai hiasan ringan di sisi jaket dan juga memakai celana jeans berwarna biru. "Ck, ne sepertinya begitu. Ya, Ryeowookie! Kapan kau akan keluar dari sana!" Teriak Donghae mengalihkan pembicaraan.

"Sebentar!" Balas Ryeowook pendek. Sesaat kemudian, dirinya keluar dengan senyum manis di bibirnya. "Eotthe? Cantik kan?" Namja berprofesi model itu memamerkan pakaiannya. Dan asli, ini pakaian yang yeoja sering pakai.

Sebuah pakaian seperti tank top yang hanya menutupi bagian dadanya di balut dengan rompi berwarna oranye cerah bergaris kuning. Ia tak memakai celana melainkan sebuah rok mini berwarna cokelat tua. Sepatu kets berwarna putih-biru langit melindungi kakinya dan sebuah kaos kaki panjang terpasang dibawah sana.

Kyuhyun dan Donghae yang cukup biasa melihat pemandangan ini hanya bertepuk tangan kagum. "Dia kembaran Pico. Kuperkosa sekarang boleh?" Gurau Kyuhyun kelewat batas. "Jangan! Maksudku jangan bermain sendiri kalau mau memperkosanya. Ajak aku juga nanti." Donghae mengerlingkan matanya mesum.

Bugh! Bugh!

"Sudah mempunyai sifat menyebalkan, mesumnya kelewat batas lagi." Lagi-lagi tinjuan andalan Ryeowook melayang. "Nanti kuadukan Sungmin dan Eunhyuk hyung." Gumam Ryeowook meninggalkan mereka berdua menuju ruang pemotretan. "Mwo? Andwae!"

.

.

.

"Cho Kyuhyun!"

"Lee Donghae!"

"Kya! Maafkan aku!"

Ryeowook tertawa puas melihat kedua teman seme-nya di jewer keras dan tinggi-tinggi oleh pasangannya sendiri-sendiri.

"Sungmin hyung, mianhae. Aku kan cuman mau menggoda Pico." Ringis Kyuhyun sambil berusaha melepaskan tangan Sungmin dari telinganya. "Kau bilang cuman? Dasar pembohong!" Balas namja bergigi kelinci tersebut.

"Umma~ Kenapa jeweran-mu begitu sakit, Hyukkie? Lepaskan! Aku hanya iseng menimpali penyataan si Evil magnae itu!" Donghae terlihat sangat tersakiti sekali. Eunhyuk hanya tersenyum mengejek, "Iseng? Mengaku saja kalau itu adalah perkataan dari hatimu! Mau flashback? Mau sama Wookie lagi? Tidak apa kok! Kita putus sekarang!"

"Andwae!" Tolak Donghae dengan wajah yang benar-benar menyedihkan. Namja manis dihadapan mereka hanya tertawa menanggapi. Setelah beberapa saat merengek minta dilepaskan, akhirnya Donghae dan Kyuhyun bisa mengusap telinga mereka sesuka hati.

"Ya, Ryeowookie. Kau baru beli gelang? Harganya pasti mahal!" Mata Eunhyuk langsung berbinar dan memegang gelang tersebut. "Whoa, Bagus sekali." Sungmin juga ikut nimbrung. Sementara KyuHae meminum kopi yang sudah mereka ambil tadi.

Mereka berlima sedang berada di cafe milik seorang Lee Donghae. Cafe dengan ukiran-ukiran antik di sisi dinding dan langit-langit. Lukisan-lukisan yang fans kirimkan (fans Ryeowook) juga dipajang disana. Warna-warna cokelat dari muda sampai tua berada disana, selayaknya kita di dalam sebuah biskuit cokelat.

Namja berpakaian yeoja itu menggeleng pelan, "Tentu saja tidak! Ini diberikan Mask of Phantom." Senyum manis terpancar di wajahnya. "Ckckck, aku iri padamu. Donghae tak seperhatian Phantom-mu itu." Decak Eunhyuk. "Ayolah, Hyukkie. Jangan samakan aku dengan bayang-bayang topeng itu." Ujar Donghae sebal.

"Setidaknya Kyu masih lebih baik daripada Donghae. Kyu kadang masih membelikanku bunga." Sahut Sungmin membuat hati Kyuhyun berbunga-bunga. "Tapi sepertinya tak ada yang sebaik Phantom. Dia benar-benar tahu apa yang kau mau dan kau butuhkan." Sambung Kyuhyun.

Ryeowook mengangguk, "Aku penasaran rupanya seperti apa." Katanya penasaran. "Hng, kami juga."

.

.

.

Setengah tahun yang lalu, hubungan Ryeowook, Eunhyuk dan Donghae kian membaik. Ditambah lagi Kyuhyun dan Sungmin yang masuk kelompok mereka.

Tetap dalam keheranan yang bertumpuk, Ryeowook bertanya sekali lagi pada Kyuhyun ciri-ciri orang yang memberikannya bunga setiap hari. "Yang kuingat, dia memakai topeng di sepasang matanya. Berambut hitam, tingginya kira-kira lebih pendek sedikit dariku. Dan dia selalu memakai kaos hitam setiap bertemu denganku." Hanya itu yang diberi tahu oleh Kyuhyun. Maka sejak itulah julukan Mask of Phantom melekat pada orang misterius tersebut.

Suatu ketika, Donghae memutuskan untuk membuka cafe dengan uang patungan yang dilakukan bersama sahabat-sahabatnya. Yang menjadi pemilik adalah Donghae karena ia yang mengusulkan untuk membuka cafe. Sedangkan Eunhyuk, Sungmin dan Ryeowook menjadi pelayan. Sisanya, Kyuhyun memilih menjadi dokter karena memang ia sudah berkuliah jurusan kedokteran.

Tak lama setelah itu, banyak pelanggan yang senang dengan Ryeowook. Malah masuk tergolong gemas dengannya. Ia sempat berpikir untuk memanjangkan rambutnya dan memakai baju yeoja untuk beberapa kali seperti usulan pelanggan. Namun penampilannya malah menarik suatu perusahaan majalah yang kebutulan CEO-nya berkunjung ke cafe tersebut.

Sejak itu, Ryeowook di kontrak sebagai model tetap perusahan majalah itu. Model untuk majalah remaja dan majalah dewasa, namun bukan yang terlalu vulgar. Dia hanya dijadikan model uke yang polos, manis dan imut yang sudah tabu sekali di Korea Selatan.

Namun keheranan masih menempel padanya. Mask of Phantom masih saja mengirimkan bunga padanya, ke tempat pemotretan pula. Penasarannya masih bertambah dan menyuruh bagian keamanan gedung majalah untuk menangkap Mask of Phantom jika datang lagi, tapi tetap saja keamanan tetap tak bisa menangkap orang itu, istilah umumnya, tak pernah di temukan ciri-ciri orang yang disebutkan Ryeowook.

"Siapa dia?"

.

.

.

Namja berperawakan kecil tersebut berjalan di tengah malam yang sepi. Kepalanya mendongak keatas menatap bulan purnama yang bersinar terang. Angin yang ditimbulkan karena ia sedng berjalan menyibakkan rok sebatas lututnya. Helaian rambutnya juga bergerak kesana kemari.

"Malam yang indah." Gumamnya sambil menatap gelang pemberian Mask of Phantom. Permatanya menyebarkan kilauan cahaya pantul dari bulan. "Aku harap ia namja yang tampan." Sambungnya. Ia kembali berjalan dengan tenang kedalam sebuah jalan pintas menuju apartemennya. Jalan yang sedikit gelap dan sepi.

Srek Srek

Kakinya berhenti seketika ketika indra pendengarnya mendapatkan suara asing. Suara semak-semak yang ada dibelakangnya. "Siapa itu?" Tanyanya sambil membalikkan badan. Caramelnya mencari-mencari tepatnya sumber suara. "Yah, sudah ketahuankah? Apa boleh buat."

Ketika suara itu terdengar, tiga orang berbadan besar keluar dari semak-semak. Pakaian yang dikenakan orang-orang tersebut acak-acakan, terkesan seperti perampok. "Ma-mau apa kalian?" Ryeowook berjalan mundur seraya orang-orang asing itu terus berjalan mendekatinya.

"Mau kami? Kami hanya ingin benda yang kau bawa." Ujar salah satu orang tersebut. Orang itu menjilat bibirnya sendiri bagaikan sedang lapar. Ketiga pasang mata itu menatap tubuhnya yang mungil dan ramping. "Kalian tidak akan melakukan yang aneh-anehkan? Aku akan memberikan semua barang yang kubawa asal kalian melepaskanku." Balasnya takut.

"Cih, hanya barang? Kami juga ingin tubuhmu." Namja yang kelihatannya sebagai pemimpin orang itu membisikkan sesuatu pada kedua orang lainnya. Mata Ryeowook terbelalak lebar kala kedua orang itu memegang kedua tangannya. Ia mencoba untuk meronta tapi tetap saja tak bisa. "Argh, appo!" Ringis Ryeowook kesakitan. Liquid jatuh dari pelupuknya kala cengkraman kedua orang itu pada tangannya semakin kuat.

Pemimpinnya mulai memegang-megang bagian dadanya. "Ya, kau seorang namja?" Tanya orang tersebut sedikit shock. "Ne! Aku namja! Kalau sudah tahu aku namja, lepaskan aku!" Ryeowook kembali memberontak, isakannya makin terdengar di malam ini. "Hahaha, santai saja. Aku baru menyadari jika kau adalah model majalah yang sekarang sedang begitu terkenal. Tak apa kalau kau seorang namja, kami tetap bisa saja bermain denganmu."

"Lepaskan! Tolong aku! Tolong!" Teriak Ryeowook sekuat tenaga. Air matanya tak berhenti mengalir. "Percuma meminta tolong, tak ada siapa pun disini." Tawa perampok tersebut.

"Kalian! Jika tak mau melepaskan namja itu, aku akan mengabisi kalian sekarang juga!" Tiba-tiba suara gesekan roda terdengar dari kejauhan. Tidak, bukan suara roda mobil maupun motor tapi sebuah skateboard yang melaju kesana. Tepat dihadapan keempat orang itu, ia berhenti dengan kerennya. Selayaknya anak gangster yang sudah profesional dalam dunia skateboard.

Namja pemimpin itu meludah remeh. "Oh ayolah, lawanku seorang anak gang skateboard? Apa kau tahu aku penguasa di daerah sini?" Ujarnya sinis. Namja yang baru saja datang itu mengidikkan bahu. "Tentu saja tahu."

Namja itu memakai masker hitam berbintik putih dan kaos abu-abu bermerek 'Channel' yang dibalut lagi oleh jaket hitam yang ia sengaja tak resleting. Rambut surai merah wine-nya yang di tutupi dengan tudung jaket. "Bisakah kalian melepaskannya? Aku sedang tidak ingin main tinju."

Pria bermasker itu berjalan mendekat sambil memukul-mukul kedua tangannya yang terlapisi kain yang umumnya dipakai oleh petinju. "Cih, kau salah dalam berkata. Kau ingin bermain denganku."

Wush!

Perampok itu berusaha meninju wajah pria itu namun pria tersebut dengan mudahnya menunduk dan memukul perut sang namja bertubuh kekar itu hingga terjatuh. "Sudah kubilang aku tak ingin cari gara-gara." Kata pria itu memperingati.

"Cih, lawan dia!" Perintah pemimpin. Kedua orang yang tadinya memegang Ryeowook kini beralih untuk melumpuhkan pria itu. Namun sayang, kegesitan pria itu lebih mendominasi. Entah sudah berapa kali mereka melayangkan pukulan, tapi tetap saja keadaan pria itu masih lebih baik daripada ketiga orang tersebut.

Nafas keempatnya tersegal-segal. Belum ada yang berani berbicara sampai akhirnya, "Hahh... Apa kalian tetap tidak mau membiarkan namja itu pergi? Apa untungnya menyekap anak itu?" Ujar pria itu memancing para perampok.

"Meminta tebusan, tentu saja." Balas salah satu perampok itu kemudian kembali menyerang. Namun bukanlah sebuah tinjuan tapi sebuah sayatan yang berbekas di lengan sang pria bersurai wine tersebut saat menghindar. "Argh..." Ringisnya sambil memegang lukanya yang mengalirkan darah.

Ryeowook hampir berteriak kaget melihat seseorang yang menolongnya malah terluka. Segera ia cari ponsel di tas-nya dan menelpon sebuah tempat. "Yeobosaeyo? Apa ini kantor polisi? Disini ada perampokkan, dijalan xxx..." Suara tenor itu menarik perhatian para perampok, apalagi saat mengucapkan kata 'polisi' di sambungan telepon. "Sial, anak itu menelpon polisi. Cepat kita lari!"

"Ya! Jangan lari semudah itu!" Pria bermasker tersebut menendang skateboard yang ada di dekatnya hingga mengenai salah satu perampok dan tersandung kemudian lari kembali. "Yes, kena! Ouch!" Baru saja pria itu berseru senang, rasa sakit si lengan kirinya kembali terasa.

Ryeowook yang khawatir pun mendekatinya, "Gwaenchanayo? Mianhae karena merepotkanmu." Namja manis itu melihat bercak darah di jaket. "Gwaenchana. Kau pulang saja. Aku bisa mengurusi ini sendiri." Jika saja masker itu tak menutupi wajahnya, mungkin Ryeowook bisa terpaku oleh senyuman yang dikeluarkan namja itu.

Namja misterius itu mencoba untuk berdiri namun terjatuh duduk lagi karena kesakitan yang luar biasa pada lengannya. "Aish, lihat saja nanti. Akan kubalas mereka. Sudah berani merusak jaketku yang mahal, ditambah luka lagi." Gerutu namja itu kesal. "Kau yakin tidak apa-apa? Mau ke rumahku dulu? Aku bisa mengobati lukamu kok." Tawar Ryeowook sambil mengeluarkan sesuatu.

"A-aniya! Aku bisa sendiri. Kau pulang sa- Eh? Apa yang kau lakukan?" Namja itu memberikan pandangan penuh tanya ketika Ryeowook memaksa membuka jaketnya. "Menghentikan pendarahan." Sahutnya menunjukkan sapu tangan di tangannya. "Tidak usah! Aku bisa sendiri kok!" Namja itu terus menolak.

"Aku memaksa!" Tegas Ryeowook. Namja berambut cokelat itu tak mau dibilang tak tahu terima kasih. Dia sudah di tolong, seharusnya dia juga memberi pertolongan lagi kan? Mau tak mau, melihat Ryeowook sepertinya akan marah jika dilawan, pria bersurai wine itu mengalah dan membuka jaketnya. Membiarkan Ryeowook mengikat sapu tangannya di luka yang cukup panjang disana.

"Gomawo." Ujar Ryeowook tulus. "Terima kasih kembali." Balas namja itu. "Kenapa kau mau menolongku? Kenapa kau tak membuka maskermu? Sepertinya itu mengganggu." Tanya Ryeowook tiba-tiba.

"Menolongmu? Tentu saja reflek! Masa aku harus membiarkan orang lain dalam bahaya? Lagipula aku juga kebetulan lewat."

Ryeowook mangut, "Kau belum menjawab pertanyaanku yang terakhir."

Namja itu menggeleng, "Aku tak mau menjawabnya."

"Bisa kau buka maskernya? Aku ingin melihat wajahmu!" Rasa penasaran Ryeowook tumbuh secara tiba-tiba.

Kembali, namja itu menggeleng. "Aku tak mau. Indentitas ku harus dijaga dengan baik. Maaf." Tolak namja itu halus. Ryeowook mangut lagi dengan wajah cemberut. "Lalu apa kau seorang anak gangster?"

"Hm, ne." Namja itu berdiri sambil memakai jaketnya kembali. "Tapi aku tak sepenuhnya gangster." Lanjutnya sambil menghampiri skateboardnya. Berdiri diatasnya dan mendekati Ryeowook kembali. "Hanya saran, sebaiknya jangan memakai rok malam-malam. Kau bahkan lebih manis dari pada gula. Pakai celananya saja sudah manis, apa lagi pakai rok seperti itu?" Namja tersebut mengerlingkan mata nakal.

Wajah Ryeowook langsung memerah padam. Saran orang asing itu membuatnya tersipu malu. "Sudah ya, aku duluan." Tangan namja itu menepuk kepala Ryeowook yang mendongak padanya. "Nanti ku kembalikan sapu tangannya kalau sudah ku cuci." Lanjutnya lagi.

"Tu-tunggu!" Ketika namja itu hendak pergi, Ryeowook langsung berdiri di hadapannya. "Siapa namamu?"

"Aku... Aku tak akan memberi tahu-nya. Kau berikan nama panggilan saja padaku." Jawab namja misterius tersebut. Ryeowook tampak berpikir sambil melihat wajah sosok itu. "Akaito* saja bagaimana?"

Kening namja itu berkerut, "Akaito? Gara-gara rambutku berwarna kemerahan seperti ini?" Ryeowook mengangguk antusias. "Berarti aku disamakan oleh android kah?"

Ryeowook menggeleng, "Bukan maksudku begitu. Bagaimana dengan Wine?"

"Yesung. Cukup panggil itu saja." Ujar namja itu pelan. Ryeowook memiringkan kepalanya, "Ye...Sung?" Ulangnya. "Ne. Sudah ya, aku masih ada janji." Pria bernama Yesung itu membelokkan skateboardnya dengan gesit dan melajukan skateboardnya menjauh.

"Heh? Yesung? Art of... Voice?" Gumam Ryeowook menatap punggung Yesung yang sudah tak terlihat lagi ketika belok ke pertigaan.

"Kenapa aku tak takut padanya? Dia kan gangster. Apa mungkin karena dia telah membantuku? Tapi kenapa rasanya aku pernah melihat dia? Dimana?"

.

.

.

Note:

*Pico: Sebuah chara film anime Jepang (Boku no Pico) yang terkenal akan sosok cantik dan imut. Tapi sayangnya Pico ini adalah chara namja. Seorang uke yang begitu cantik.

*Akaito: Salah satu chara vocaloid.

.

Seperti yang saya katakan, ini akan menjadi series terakhir Relationship but series ini akan di beri chapter secukupnya. Terima kasih atas review kalian di series yang lalu /bow/ Saya pikir FF macam ini gak bakal diterima oleh masyarakat FFn (?) Disini saya akan membuat karakter Ryeowook semanis dan secantik mungkin sedangkan Yesung? Bisa dilihat sendiri kkk. Akhir kata, Mind to review? :3