A/N : Minna! Welcome to Give Me Another Chance
Ari disini sebagai author baru di FFnet. Yoroshiku! Jadi maafkan kalau ceritanya ancur. Maklum, masih newbie. Kalau mau tahu lebih lanjut tentang Ari, bisa dilihat di profile saya yang berbahasa Inggris /plak/ Ehehe Ari memang rencana mau bikin FF bahasa Inggris tapi ya sekali-kali Bahasa Indonesia tercinta XD
Disclaimer : Naruto miliknya Sasuke /digampar Om Kishi/ XD
Rating : T
Pairing : SasuNaru
Genre : Romance, Hurt/Comfort, Angst, Drama, slight Humor (humornya dikit banget cuma biar gk terlalu angst XD)
Language : Indonesian
Warnings : Shounen-ai, plot geje, OOCness, typo bertebaran dan EYD berantakan
Summary : Sasuke dan Naruto sudah bersahabat sejak lama. Namun karena kesalahpahaman yang terjadi diantara keduanya, mereka terpaksa meninggalkan satu sama lain. Saat keduanya sadar akan kebodohan masing-masing, masih sempatkah untuk meluruskan semuanya? Jika mereka mendapatkan kesempatan kedua, bisakah semua berakhir dengan indah?
Don't forget to Review :)
! DON'T LIKE DON'T READ !
Jika saja Sasuke dan Naruto diberikan kesempatan kedua, akankah semua berakhir dengan indah?
"Berikan aku kesempatan lain, kesempatan untuk kita"
Chapter 1 : Teme dan Dobe
"Namikaze!"
Yang dipanggil langsung mendongak keatas menatap sosok berambut perak yang berada di depannya. Mengabaikan orang yang berada di depannya, ia memutar kepala ke sebelah kanan dan menjumpai sahabatnya, Kiba, menggerakkan mulutnya membentuk kata 'bodoh'. Naruto membelalakkan mata seolah berkata 'kau seharusnya membangunkan ku!'. Lawan 'bicara'nya hanya bisa nyengir. Damn Kiba, pikir Naruto. Suara dehaman membuatnya mengalihkan kembali pandangannya ke Kakashi-sensei yang sedang menunggu.
"I-iya sensei?"
Menunjuk kearah papan tulis dengan spidol nya, Kakashi-sensei berkata, "Tolong kerjakan soal di depan, Namikaze. Kau pasti sudah paham kan? ". Naruto hanya bisa menelan ludah. Membaca, ah tidak, bahkan hanya melihat rumus saja sudah membuat kepalanya pusing, apalagi disuruh mengerjakan? Terdengar suara cekikikan dari sekitarnya.
Naruto merutuki dirinya sendiri karena tertidur saat pelajaran Kakashi-sensei. Terakhir kali ia tertidur, gurunya satu ini sudah memberi peringatan tegas akan memberinya hukuman yang 'menyenangkan'. Naruto belum tahu pasti apa hukuman yang dimaksud. Tapi apapun itu, Naruto yakin ia tidak akan menyukainya. Apalagi senseinya ini terkenal sangat kreatif saat memberikan hukuman. Contohnya saja Kiba yang dulu pernah dihukum ikut shift malam satpam sekolah selama seminggu penuh karena ketahuan membolos. Lalu ada Shikamaru yang dihukum membelikan novel Icha-Icha seri terbaru yang sukses membuat wajah Shikamaru merah padam. Naruto hanya berharap akan keajaiban agar Kakashi-sensei berbelas kasih kepada dirinya.
"Namikaze?" suara Kakashi-sensei membuyarkan lamunannya. Saat ini, Kakashi-sensei benar-benar terdengar seperti malaikat maut yang hendak mencabut nyawanya. (A/N : Gak segitunya juga sih Nar XD)
"Ahaha! Tentu saja aku bisa, sensei! Tidak ada yang tak bisa dilakukan oleh Namikaze Naruto ini!" sahut Naruto dengan suaranya yang bisa dibilang cempreng. Dengan percaya diri ia melangkah ke depan kelas. Kiba dan Shikamaru hanya bertukar pandang karena mereka tahu, well semuanya tahu bahwa Namikaze Naruto dan rumus itu musuh bebuyutan. Bisa dibilang seperti air dan minyak. Naruto sendiri hanya mematung melihat angka-angka yang terpampang di depannya. Kakashi memperhatikan muridnya sambil menyeringai puas dibalik masker yang menutupi separuh muka tampan nya. "Bagaimana Namikaze?"
Naruto melirik senseinya dengan tatapan kesal. Ia berani bertaruh bahwa senseinya saat ini sedang terhibur melihat penderitaan muridnya. Dasar sadis, pikirnya. Pemuda berambut pirang itu berbalik menghadap Kakashi dengan senyum lima jari khasnya.
"Ehehe, tidak bisa!" jawab Naruto dengan polosnya membuat lebih dari separuh kelas sweatdrop melihat tingkah teman mereka yang satu ini. Kakashi menghela napas. "Benar-benar kau ini. Sepulang sekolah temui saya di ruang guru!". Naruto kembali ke mejanya. "Mampus, memang sudah giliranmu yang disiksa" terdengar suara dari penghuni meja belakang. Naruto hanya memutar bola matanya mendengar komentar Shikamaru dan suara cekikikan Kiba.
Tiga sosok berdiri di luar ruang guru. Yang seorang berambut pirang dengan 3 'kumis' di masing-masing pipi, lalu disebelahnya pemuda berambut coklat dengan pipi bertato segitiga terbalik berwarna merah. Sedangkan seorang lagi berambut nanas bersandar di dinding dengan muka mengantuk. Ia sedang memperhatikan sahabat berambut pirangnya yang mondar-mandir tanpa arah didepan pintu ruang guru.
"Kiba! Kalau misal dihukum piket sendiri seminggu seperti Lee gimana?"
"Ya berarti itu nasibmu, salah sendiri ketiduran!"
"Seharusnya kau membangunkanku! Dasar, sahabat macam apa yang membiarkan temannya mati ditangan seorang guru mesum?"Komentar Naruto tentang sang sensei berhasil membuat dua sahabatnya sweatdrop. Memang diantara semua guru yang ada di Konoha Gakuen, Kakashi Hatake sang wali kelas memang terkenal yang paling pervert.
"Ah kau melebih-lebihkan, Namikaze "
DEG!
Terlihat seorang Kakashi Hatake berdiri dibelakang Naruto dan Kiba. Tangannya disilangkan dan matanya membentuk huruf 'U' terbalik. "Jadi, apa yang kalian bicarakan hm?"
Naruto keringat dingin melihat wali kelasnya yang saat ini berhawa tsundere(?). "B-bukan apa-apa kok sensei! Kiba! Beraninya kau berbicara yang tidak-tidak tentang Kakashi-sensei!". Kiba melayangkan tatapannya dan mendeath glare sahabat- ah lebih tepatnya orang yang mengaku sahabatnya ini. Dibalas Naruto dengan tatapan yang tidak kalah mengerikannya. Shikamaru dan Kakashi-sensei hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sepasang sahabat yang mesra ini di depan mereka. "Maa, akhiri staring contestmu dengan Inuzuka dan cepat temui saya di meja, Namikaze".
"Kuharap kau dihukum membersihkan toilet, pengkhianat!" sahut Kiba sambil mengangkat tangannya yang sudah mengepal membentuk tinju kearah si pirang. Yang dituju pun tidak lupa membalas ramah dengan menjulurkan lidahnya sebelum sosoknya hilang kedalam ruang guru, meninggalkan Kiba yang semakin berapi-api.
Didalam ruang guru, Naruto dijumpai dengan sesosok pemuda berambut raven yang sudah tidak asing baginya. Sasuke Uchiha, sahabat -ehem- maksudnya rivalnya sedang berdiri menghadap meja Kakashi dengan pose yang menurut Naruto benar-benar sok cool. Kedua tangan Sasuke dimasukkan ke saku celananya, wajahnya datar tanpa ekspresi seperti biasa lalu dasi yang sedikit dilonggarkan. Benar-benar mencerminkan seorang Uchiha. Ah, tidak lupa rambutnya yang mencuat kebelakang melawan gravitasi layaknya pantat ayam. Padahal rambut Naruto yang jabrik sendiri juga bisa dibilang melawan gravitasi.
Sampai sekarang Naruto masih tidak mengerti apa yang membuat para kaum hawa sangat tergila-gila terhadap teme menyebalkannya ini.
Cih, padahal aku masih lebih tampan dari te- TUNGGU! Coret kata 'nya' tadi! Ah bodoh, dia rivalmu bukan kekasihmu! Bodoh!, pikir Naruto sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kakashi dan Sasuke yang melihatnya hanya bertukar pandang, yang lebih tua mengangkat satu alis dan yang lain hanya memutar bola matanya. Harus diakui, melakukan hal-hal 'aneh' seperti ini memang bukan sesuatu yang asing bagi Namikaze Naruto. Sasuke mengerti ini setelah menghabiskan 3/4 hidupnya bersama dengan sang usuratonkachi.
"Ehem, jadi Namikaze" Kakashi membuka mulut, tidak lupa menekan saat menyebut marga muridnya yang merupakan anak dari guru bela dirinya dulu. "Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan terhadap tingkahmu ini. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, peringatan terakhir berarti hukuman. Dan saya sudah menentukannya." lanjut Kakashi membuat Naruto keringat dingin menunggu kepastian nasibnya. Sebelum Kakashi sempat melanjutkan, Sasuke memotong "Ano sensei, lalu kenapa saya ada disini?"
Kakashi menghela napas. "Maaf tidak memberi tahumu lebih dahulu Uchiha. Namikaze, hukumanmu..." Mendengar sang sensei berbicara seperti ini, Sasuke sudah bisa memperkirakan arah pembicaraan ini.
"Belajar setiap pulang sekolah bersama Uchiha"
Sasuke mendongak keatas dan menghela napas. Sudah kuduga. Ia menoleh kekanan memperhatikan reaksi Naruto yang cukup menghibur. Mulutnya menganga lebar tanda bahwa ia masih memproses apa yang ia dengar. 3...2...1
"Apa?! Sensei, aku akan melakukan apapun selain itu! Selain itu!" sahut Naruto terlewat keras membuat beberapa guru menoleh ke sumber kegaduhan. Kakashi menyeringai. "Ada apa Namikaze? Kalian kan sudah lama berteman meskipun sekarang tidak sekelas. Lagipula nilaimu benar-benar memprihatinkan. Kau tidak keberatan kan, Uchiha?"
Yang ditanya hanya menatap datar sang sensei, namun kedua orang yang berada di dekatnya itu yakin dibaliknya ada rasa ingin membunuh. Namun Sasuke tidak mengatakan apa-apa. Naruto yang sempat terkejut perlahan menangkap maksud Sasuke. Sudah jalani saja aku mau, dasar kau ini merepotkan. Dengan berat hati, ia menyetujui perkataan senseinya dan pamit dari ruang guru diikuti dengan Sasuke.
"Kau..tumben sekali baik begini" suara Naruto memecahkan keheningan diantara kedua pemuda yang sedari tadi berjalan beriringan tanpa ada yang mengucapkan satu kata pun. Sasuke hanya memalingkan wajahnya dengan ekspresi sebal.
"Cih, aku tidak melakukannya untukmu bodoh! Hanya agar si pervert itu berhenti menggangguku dengan masalahmu"
"A-apa apaan kau, teme! Aku berusaha bersikap baik dan berterima kasih dan kau malah mengataiku!"
"Hn, dobe" Sasuke menghadap Naruto yang berada di depannya dan menjitak dahinya.
"Teme!"
TBC
Hore! Chapter pertama selesai! :D
-This fic is dedicated for SasuNaru Day-
Minna, sebenarnya fic ini kubuat berdasarkan cerita hidup Ari sendiri. Nanti di chapter-chapter selanjutnya baru akan Ari jelaskan maksudnya. Soalnya Ari nanti spoiler hehe /plak/
Jadi gimana minna? Bagus? Jelek? Tulis pendapat kalian di review ya! ^^
Jaa mata ne!
