Disclaimer

Naruto dan semua karakter yang ada dimiliki oleh penulisnya(Masashi Kishimoto).

Cerita ini dibuat semata-mata hanya untuk menyalurkan hobi.

.

.

.

Main Theme

Isekai

.

.

Genre (s)

Fantasy/Romance

.

Stay Calm and Enjoy Reading

.

.

.

.

.

[Tale of Maelstrom]

Remaja itu berkedip. Sekali, dua kali, kemudian tiga kali dan ia terus berkedip saat mata birunya menatap sekelilingnya, mencoba memahami apa yang dia lihat dan apa yang terjadi padanya.

Pasar. Yah, pasar. Dia sekarang berada di wilayah transaksi antara penjual dan pembeli itu. Tempat dimana pedagang buah-buahan, pedagang daging, pedagang pakaian, pedagang sayur, masing-masing bersaing demi mendapat upah dari calon penerima barang mereka.

Barangkali kalian beranggapan 'oh, hanya pasar' atau 'pasar? Gak penting amat' Sayangnya, bukanlah pasar yang ingin dia bicarakan saat ini.

Baik anak-anak, apa perasaan kalian jika kalian tiba-tiba menemukan diri kalian berdiri di tengah pasar, dengan melihat kadal berjalan, anjing berjalan, lalu kucing berjalan?

Tidak, dia tidak bermaksud mengeja nama-nama hewan. Yang ingin dia katakan adalah bahwa mereka benar-benar berjalan di sekitarnya.

Gilanya lagi? Mereka berbicara layaknya manusia normal, mempunyai sepasang kaki, dan juga memakai pakaian di tubuh mereka.

Hewan humanoid! Ya, barangkali itu spesies mereka. Saat ini bahkan dirinya masih berusaha memahami betapa aneh tapi uniknya itu. Kecuali untuk kadal. Mereka tidak humanoid, bagaimanapun, ukuran mereka sebanding dengan mobil! Bukan panjang atau tinggi badan mereka, tetapi ukuran keseluruhan mereka! Bahkan beberapa anggota badan mereka mencapai setengah dari tingginya!

Dia tidak tahu mana yang aneh, kadal seukuran kendaraan atau…

Nah, dia putuskan hewan humanoid jauh lebih aneh. Maksudnya, mereka bahkan memiliki kepala dan wajah dalam bentuk binatang! Memang benar ada juga yang memiliki wajah manusia, tetapi telinga hewan mereka jelas mengganggu!

Lalu ada apa dengan pakaian mereka?! Mereka memakai pakaian semacam baju besi, jubah, dan pakaian ... penari?

Lalu ... ada apa dengan pakaian-pakaian itu?! Apakah mereka seorang cosplayer? Atau mungkin crossdresser? Tidak, tentu saja tidak. Dia telah melihat banyak cosplayer. Tapi tak ada yang sampai sejauh itu!

Ini aneh. Maksudnya. Lihatlah baik-baik wajah hewan itu. Ada muka anjing. Muka badak. Muka beruang. Tapi, setelah dirinya pikir-pikir, wajah mereka tampak lebih ... lebih halus, dan lebih ramah dibanding bentuk aslinya.

Dia melangkah pelan-pelan, mulai melihat-lihat area sekelilingnya. Kali ini mengamati bangunan, memperhatikan bagaimana bentuk dan bahan yang dipakai.

Dia bersiul melihat betapa megah dan mewahnya bangunan itu. Desain, dan bentuk yang hampir seperti bangunan yang dia sering lihat dalam sebuah permainan fantasi dan juga novelsupranatural.

Ia mengerutkan kening, menggosok mata beberapa saat sebelum memandang lagi bangunan itu. Daripada bangunan modern yang memiliki kaca atau bahan lain, mereka terlihat seperti terbuat dari kayu dan…

Dia melebarkan matanya.

Abad pertengahan.

Ya ... ya, itu kata yang tepat. Abad pertengahan. Orang-orang di sekitarnya juga berpakaian seperti orang dari era itu. Seramnya, setelah dia amati mereka lebih terlihat seperti avatar dari game Ragnarok Online, entah itu mirip NPC maupun Player. Penjaga toko, gerobak yang ditarik kadal, dan orang-orang ... mereka semua terlihat seperti…

"Fantasi."

Dia bergumam dengan mata lebar.

Oke, ini jelas mengganggu sekarang ... Apa yang terjadi? Apakah ... apakah semua ini nyata? Apakah ini ... semacam skenario sinting dimana dirinya dipanggil ke dunia fiksi?

Oi! Oi! Jangan bercanda! Apakah ini halusinasi? Mimpi mungkin?

Dia mencubit pipi dan meringis ketika merasakan sakit.

Anak-anak, ketika kalian berada dalam mimpi dan mencoba untuk mencubit diri sendiri tapi tetap tak ada perubahan. Selamat! Impian kalian sebagai [Hero] mungkin akan terwujud sebentar lagi. Tentunya, jika kalian bisa bertahan hidup dengan monster-monster ganas yang berniat menghabisi nyawa kapanpun dan dimana saja.

Dia mengusap pipinya sambil mengedarkan pandangan, berkedip saat melihat orang-orang yang lewat menatapnya entah berapa lama. Tanpa kata-kata ia menarik tudung jaketnya dan memutuskan untuk pergi. Tatapan dari orang-orang di sekitarnya membuatnya tidak nyaman untuk beberapa alasan.

Hal terakhir yang ia-Uzumaki Naruto-ingat sebelum berada di dunia Fanfucktasi adalah dia berjalan dari SMA Konoha menuju arah pulang ke rumahnya, kemudian berhenti di zebra cross sampai Naruto melihat seekor kucing hitam hampir tertabrak sebuah mobil. Insting Saving-nya langsung aktif seketika.

Anehnya, mengingat dia seharusnya berada di rumah sakit. Sebuah bangunan dimana perawat seksi dan dokter aduhai memeriksa inci demi inci tubuh *cough* perjakanya dengan dalih pemeriksaan.

"Demi dewa-dewi, Buddha, Kami-sama, para Deity, Odin, Zeus, Siwa, atau makhluk apapun di atas sana… KENAPA AKU BISA BERADA DI TEMPAT SEPERTI INI TEME?!" Teriaknya sembari menghadap ke langit.

Naruto sadar 100% dia akan dicap sebagai orang gila. Tapi untuk apa ia peduli? Persetan! Yang penting dia bisa mengeluarkan semua kekesalannya saat ini. Lagipula, orang-orang di sekitarnya tak mengenali dirinya, jadi paling mereka akan menjauhinya.

"Tangkap dia!"

"Huh?"

Naruto menengok ke belakang, melihat seorang pria dengan jubah hitam tengah melarikan diri dari kejaran beberapa orang berpakaian layaknya [Knight] kerajaan. Dia mengangkat bahu.

'Bukan urusanku.'

Naruto memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan melanjutkan perjalanannya. Selagi memandang bangunan yang menarik perhatiannya otaknya tengah bekerja saat ini.

'Dunia lain? Cek. Tak tahu apapun? Cek? Mencari informasi? Oh yeah.'

Dalam kondisi seperti sekarang ini, informasi merupakan hal terpenting yang Naruto butuh. Dia akan mencoba berputar-putar, mencari tempat penguasa kota atau pergi ke perpustakaan. Barangkali berbicara dengan penduduk?

Naruto menggeleng.

'Tidak. Sama sekali tidak. Dengan aksiku barusan dan pakaian 'aneh' ini bukan tidak mungkin aku akan dijauhi sebelum dapat mendekat. Barangkali aku harus–'

"Mencoba mendekat akan kuhabisi orang ini!"

"Kaa-chan!"

Thump!

Naruto membeku, memutar badan untuk melihat seorang wanita sedang dijadikan sandera oleh pria mengenakan jubah. Di tangan si pria terlihat sebuah belati dengan pendar ungu menyelimuti bilah alat tajam itu. Belati itu hanya beberapa inci dari leher sang wanita.

Sadar dengan situasi, para [Knight] terlihat ragu untuk mencoba menangkap penjahat. Ada alasan kenapa profesi [Knight] dipandang rendah oleh sebagian orang. Mereka yang memilih menjadi [Knight] hanya bisa mengayunkan senjata karena terlahir dengan energi sihir tak ada maupun jumlah Mana lumayan rendah.

Sang penjahat menyeringai, merasa menang dan mengambil langkah mundur sembari menekan ujung belatinya ke leher tawanannya.

"Lari Naruto! Cepat keluar dari sini!"

"Kaa-san! Tapi–"

"Dengar apa yang dikatakan Ibumu Naruto!"

"Kami akan menahan mereka, sana pergi!"

Naruto menggeleng dan menggosok debu yang hinggap di matanya. Memori itu benar-benar telah tua. Sudah sepuluh tahun semenjak hari dimana ibu dan ayah kandungnya meninggal karena pembunuhan. Dia tak pernah berpikir akan melihat peristiwa sama dengan orang-orang berbeda. Hanya saja, kali ini mungkin saja dapat dicegah.

"Seiring dengan kekuatan yang besar, datang juga tanggung jawab yang besar."

Naruto sweatdrop.

'Stan Lee-san… Kau benar-benar sosok hebat yang menginspirasi semua orang.'

Remaja pirang melipat kedua lengan pakaiannya, dia tidak tahu kenapa tapi instingnya menyuruhnya melakukan ini. Yang jelas, mencegah tragedi sebelum itu terjadi merupakan hal normal dalam dunia penuh hal-hal melampaui logika ini.

Selesai, Naruto berjalan dengan pelan menuju arah sang penjahat. Kebetulan dia berada dalam jarak buta indra penglihatannya, jadi serangan diam-diam adalah pilihan terbaiknya saat ini.

Naruto tidak pandai matematika, tapi dia memperkirakan jaraknya dengan jarak si penjahat sekitar lima belas meter. Beruntung pada saat umurnya dua belas tahun seorang pria tua datang ke panti asuhannya saat rumah keduanya mau digusur karena pemilik belum membayar uang sewa tempat.

Melihat kehebatannya dalam bela diri, Naruto memutuskan untuk berlatih di bawah naungannya. Dia tidak menyesal sama sekali ketika latihannya selesai di umurnya yang ke delapan belas.

'Mengendap-endap, lumpuhkan, dan biarkan orang-orang terhormat ini menyelesaikan sisanya.'

Menyadari jaraknya hanya tinggal beberapa meter dari sang penjahat, Naruto menghentikan langkah kakinya. Dia menghela nafas sebelum mengetuk pundak-orang jadi lawan- dirinya sebentar lagi.

"Ah!"

Naruto menunduk kala sang penjahat menjerit dan mencoba melukainya dengan belati, tangan terkepal kemudian meluncur ke arah pipinya. Belati terlepas dengan sang penjahat berputar ke samping, sepenuhnya melepaskan kunciannya pada si wanita yang kemudian berlari menuju anaknya.

"Edgard!"

"Kaa-chan!"

Mereka langsung berpelukan sambil tersenyum bahagia.

Sang penjahat berhenti berputar dan menggelengkan kepala. Ia menggeram.

"Beraninya ka–"

Perkataannya ditelan balik saat pukulan menghantam perutnya tanpa kesulitan, belum selesai Naruto memutar badan dan melanjutkan dengan menyikut tengkuk leher lawannya. Menyebabkan sang penjahat tersungkur hingga keningnya membentur jalan campur batu berbagai jenis.

Naruto tak menyia-nyiakan kesempatan segera berpindah tempat ke belakang sang penjahat sebelum menarik kedua lengannya ke arah berlawanan, tidak lupa kaki kanannya diletakkan ke bagian bokong sebagai hiburan. Sang pria jubah berusaha memberontak dengan cara menggerakkan badannya layaknya cacing kepanasan, tapi usahanya jelas sekali gagal total.

"Lepaskan! Lepaskan aku bocah bedebah!"

Twitch!

Kesal mendengar kata-kata sang penjahat, Naruto dengan seringai lebar mengatur gerakan sepatunya ke atas dan ke bawah secara cepat.

"Teknik Rahasia Uzumaki: Jurus Kaki Penakluk Kekejian!"

Sang pria jubah membulatkan bola matanya, air mata terkumpul di kelopaknya dan mulutnya terbuka selebar dirinya bisa.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA! HENTIKAN! HENTIKAN! GELI! GELI! HAHAHAHAHAHA!"

"Akan aku hentikan jika kau mohon ampun padaku!"

"DALAM-HAHAHA- MIMPIMU-HAHAHA- BOCAH-HAHAHA!"

"Kalau begitu HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA! HORA!"

"HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!"

Selagi kakinya sibuk bekerja, Naruto mengalihkan pandangan pada orang-orang kepala hewan yang tercengang melihat aksinya. Menoleh ke sisi lain, dia menatap para [Knight] melongo menonton tindakannya.

"Kalian bawa borgol kan?"

Line Break

Naruto tersenyum puas menyaksikan sang penjahat berhasil ditangkap oleh kumpulan orang terhormat(Knight) dengan kondisi muka pucat. Mencoba sesuatu, dia mengangkat kaki kanannya sejenak. Sang pria jubah yang tak sengaja melihat aksinya menjerit bagaikan banci dan menyuruh para [Knight] untuk segera mengurungnya ke dalam penjara.

"A-Ano."

"Hm?"

Naruto berpaling ke arah asal suara, melihat sang wanita dan anaknya datang menghampirinya. Dia akhirnya dapat penampilan jelas dari kedua orang itu; sepasang telinga anjing dengan dua iris mata amber.

"Ya?"

Naruto terperanjat melihat mereka berdua menundukkan kepala, cukup rendah untuk menjangkau letak perutnya.

"Untuk apa yang kau lakukan dan tunjukkan kepadaku, aku akan selamanya ada dalam hutangmu Ningen-sama."

Manusia, makhluk yang selalu memandang rendah Half-Breed sepertinya, ternyata tidak semua Ningen itu jahat. Kenyataannya, manusia muda di hadapannya menyelamatkannya disamping caranya yang aneh.

Maksudnya, orang mana yang bertempur hanya mengandalkan sepasang tangan tanpa menggunakan senjata?

Meskipun begitu, dia tetap bersyukur karena manusia ini ia masih bisa hidup untuk melihat anaknya tumbuh menjadi dewasa.

Oleh karena itu, dia akan selamanya dalam utangnya.

Naruto sweatdrop.

'Tidak perlu sampai segitu juga kan. Tapi dengan begini, aku bisa mendapat informasi darinya.'

"Siapa namamu?"

"Maria. Ningen-sama."

"Nama anakmu?"

"Namaku Edgard. Ningen Onii-chan."

"Edgard-kun, Maria-san, tolong angkat kepala kalian."

Maria dan Edgard melakukan apa yang diminta Naruto, kedua mata non-human mengarah pada iris safir.

"Terima kasih, aku benar-benar tersanjung dengan kata-kata kalian. Terutama kamu Maria-san." Naruto berkata, suaranya tegas sesuai dengan kelaminnya. "Tapi, untuk saat ini aku tidak punya banyak permintaan selain satu hal."

Maria mengangguk. "Namai itu."

"Bisa kalian antar aku ke tempat perpustakaan di kota ini?"

"S-Soal itu." Maria menelan ludah, merasa sedikit takut tapi memaksakan melanjutkan. "Perpustakaan kota ini telah lama dimusnahkan oleh Klan Haruno, salah satu Klan Bangsawan ternama di Kerajaan Elchea. Akibat matinya pemimpin Klan Haruno di tangan seorang Half-Elf bernama Satella di [Rebellion War] 500 tahun lalu, maka sejak hari itu juga Klan Haruno bersumpah akan membuat hidup kami para Half-Breed menderita sampai akhir hayat mereka."

"Begitu rupanya." Naruto bergumam, mengganti pertanyaan lain. "Bagaimana dengan tempat tinggal pemilik kota ini? Pasti kalian tahu bukan dimana letaknya?"

Dia mengernyit heran, memandang Maria dan Edgard tertawa satu sama lain.

"Apa ada yang lucu dengan pertanyaanku?"

Maria menggelengkan kepalanya, memasang senyum tipis.

"Tidak ada Ningen-sama. Kebetulan saja aku ini keponakan dari pemilik kota ini."

Naruto merasa bahagia sekarang.

Line Break

"Sekali lagi terima kasih banyak Ningen-sama!"

"Y-Ya sama-sama. T-Tapi tolong bisa kau lepaskan aku?"

"Oh! Kesalahanku!"

Setelah pembicaraan di pasar, sesuai permintaan pemuda pirang, Maria dan Edgard membawanya ke rumah mereka. Dalam perjalanan Maria menceritakan semua apa yang dia tahu. Darinya pemuda pirang mengetahui kalau Raja dari Kerajaan Elchea dulunya memiliki banyak selir. Beratus-ratus tahun berlalu, tiba-tiba saja raja dan istri sahnya serta keturunannya wafat karena hal misterius. Hal ini mendorong anak-anak dari para selir Raja untuk mengambil alih Kerajaan dan menciptakan organisasi yang dinamakan [Eight of Higher] yang terbagi dari Klan Senju, Klan Hyuuga, Klan Inuzuka, Klan Otsutsuki, Klan Haruno, Klan Uchiha, Klan Nara, terakhir Klan Sarutobi.

Kebetulan akhir tahun ini, akan diadakan kembali [King's Election] untuk memilih pengganti Uchiha Fugaku sebagai Raja berikutnya. Walaupun telah dipilih nanti, para pewaris harus mengasah dulu kemampuan sihir dan pengalaman mereka di Regulus Academy agar tiba pada waktunya mereka mampu memimpin dan menjaga Elchea dari ancaman makhluk gelap.

Naruto meringis, merasakan sedikit nyeri di punggung akibat "pelukan" seorang pria berpakaian rapi dengan kepala beruang, yang dia tahu bernama Orga dari cerita Maria. Dia sekarang berada di ruang tamu dalam rumah sang wali kota.

"Jadi, Ningen-sama. Apa yang bisa aku bantu sebagai balasan karena telah menyelamatkan keluargaku." Orga berujar.

Naruto menjawab, "Aku membutuhkan informasi tentang Kerajaan Elchea."

"Biar kutebak, kau berasal dari luar Elchea?"

"...Ya."

"Kalau begitu maafkan aku karena aku tidak bisa membantumu."

Naruto menaikkan alisnya. "Maksud Orga-san?"

Orga menghela nafas, raut muka penyesalan terlihat jelas di mukanya.

"Aku sudah menandatangani [Eternal Oath] kepada para bangsawan agar pendudukku tidak dihabisi oleh mereka. Isinya 'Jika orang luar di bawah 20 tahun meminta bantuan kepada Half-Breed, maka hanya boleh dilakukan sekali setelah itu dia wajib masuk ke dalam Regulus Academy."

Naruto mengerutkan kening, "Aku tidak paham dengan tujuam perjanjian itu."

"Karena sebentar lagi pemilihan Raja berikutnya dimulai, maka dari itu para bangsawan membutuhkan banyak bakat sihir untuk memastikan putra/putri mereka menang dengan mengandalkan jumlah pengikut terbanyak." Orga menjelaskan lalu menambahkan. "Oleh karena itu, jika kau menginginkan informasi akurat kau lebih baik mendaftar di sekolah itu."

"Dimana letak Regulus Academy?"

Line Break

Naruto menemukan dirinya berada di kastil yang terletak di pusat Kerajaan Elchea, berdiri di antara keramaian dalam aula megah dengan lukisan mengandung sejarah di tiap dinding. Dia mengalihkan pandangan ke depan, melihat seorang pria bersurai perak mengenakan masker hitam yang menutupi salah satu bola matanya.

"Selanjutnya!"

Menyadari gilirannya, Naruto bergegas melangkah menuju hexagram abu-abu, berhenti di bagian tengah seraya mengangkat muka untuk melihat buku merah tua tebal melayang di hadapannya.

"Silakan tulis identitasmu."

Mengikuti apa yang dikatakan Kakashi, Naruto meraih pena bulu melayang di sampingnya dan menulis identitasnya di buku itu. Selesai, dia kembali ke tempatnya semula.

Perlahan buku merah itu mengganti halamannya sendiri diiringi kalimat-kalimat yang terbang dari itu. Kalimat-kalimat ini membuat barisan sendiri di udara.

Name: Uzumaki Naruto

Age: 18

Room: 342

Race: Human

Talent: Sage

Mana: 100

Naruto mengerutkan kening.

'Sage? Tidak buruk.'

"Ha! Orang itu [Sage]."

"[Sage] kalau tidak salah memiliki cadangan [Mana] lebih sedikit daripada [Talent] lainnya."

"Dia takkan bertahan lama bila para monster menyerang nanti."

Naruto acuh tak acuh dengan sekitarnya dan segera bergegas menuju kamarnya, menaiki tangga sebanyak tiga kali dan sampai di depan pintu sebelum memutar kenop pintu.

"Oh. Jadi kau yang akan menjadi teman sekamarku untuk dua tahun ke depan."

Dia melihat seorang gadis seumuran nya duduk di atas kasur dekat jendela terbuka, berambut pirang pucat panjang dengan sepasang mata lavender yang memukau mata kaum adam.

'Tetap kalem pria tangguh!'

"Ya. Itu aku," jawab Naruto mencoba tenang.

Gadis itu tersenyum simpul, bangkit dan mengulurkan lengannya pada Naruto.

"Shion."

Naruto membalas uluran Shion.

"Naruto."

Line Break

Naruto tidak ingat berapa lama dia telah melayangkan pukulan ke [Counter Stone]. Dia menggertakkan giginya, kesal karena batu ungu besar di hadapannya belum menampilkan tanda-tanda akan hancur. Kedua tangan yang dipakainya untuk memukul perlahan mulai meneteskan darah.

"Mendapat bantuan dari guru sebenarnya kesempatan bagus, tapi tetap kalau kau tak bisa menyelesaikannya maka itu hanya akan jadi sia-sia."

Naruto menengok ke atas, melihat teman sekamarnya mengamatinya dari balik kaca. Shion tersenyum.

"Perlu bantuan?"

Naruto menghela nafas, sadar jika ia menuruti egonya maka tugas bantuan ini takkan pernah selesai-selesai.

"Telingaku mendengarkan."

"Karena kau [Sage] serap [Nature Force] di sekitarmu dan kumpulkan pada salah satu fisik dominanmu. Bayangkan anggota fisikmu terbuat dari Material terkuat. Konsentrasi dan pusatkan tenagamu dalam satu serangan kuat."

Naruto menarik kepalan tangannya ke belakang, memejamkan mata lalu pendar emas membalut seluruh permukaan lengan kanannya. Menghembuskan nafas, dia melancarkan pukulan ke [Counter Stone].

BOOM!

Seketika benda abiotik penambah kapasitas [Mana] itu meledak hingga ke kepingan terkecil. Kepingan-kepingan ini perlahan diselimuti aura biru yang langsung terbang menuju Naruto dan lenyap saat membentur perutnya.

"Terima kasih Shion!"

"Ucapkan 'Terima kasih' setelah traktir aku sepuluh gelas bir besok."

Naruto mendelik ke arah Shion.

"Aku tarik kata-kataku barusan."

Shion terkikik dan menutup jendela.

Naruto memutar bola matanya, tapi rona merah terlihat di pipinya. Dia tak ingin mengakuinya, tapi dirinya sedikit menyukai mata Shion.

Line Break

Satu tahun berlalu. Hubungan Naruto dan Shion yang tadinya sebatas teman naik level menjadi sepasang kekasih. Semua itu bermula ketika masa lalu Shion terungkap oleh Haruno Sakura, yang membencinya karena Uchiha Sasuke, orang yang disukainya, diam-diam menyimpan rasa suka pada gadis mata lavender.

Ketika Sakura dan Shion ditempatkan di tim sama dalam misi membasmi Werewolf di gua dekat desa, malam harinya Sakura tidak sengaja membaca catatan Shion saat pemiliknya pergi mandi di danau, yang berisi hal-hal yang ingin dia ceritakan pada Ibunya.

Rupa-rupanya identitas Ibu Shion, ternyata merupakan Satella sang Half-Elf. Itu menjelaskan warna matanya dan pengetahuan mendalamnya tentang sihir. Sebagian besar orang yang pada awalnya memujanya dan mengagumi keahliannya, sekarang malah menjauhinya dan terang-terangan menghinanya. Bahkan para Half-Breedpun tak jauh beda dari para Ningen. Mengingat karena pemberontakan yang dilakukan Satella lah penyebab banyaknya anggota keluarga mereka meninggal.

Kecuali Naruto tentu saja, yang memang tak peduli dengan hal sepele semacam itu. Semenjak saat itu Shion menaruh hati pada remaja manik ombak, dan memberitahu perasaannya beberapa bulan kemudian.

Naruto, yang sudah lama memendam perasaan sama tentu saja tak merasa sebahagia itu sebelumnya. Namun dia melebarkan matanya saat memikirkan bagaimana perasaan Shion jika ia nanti pulang ke dunianya.

Dua tahun terlewat. Naruto bersama Shion akhirnya lulus dari Regulus Academy dan resmi menjadi [Expert-Sage] dan [Expert-Warlock]. Mereka berpisah beberapa bulan karena Shion harus kembali ke rumahnya untuk menjenguk ayahnya yang sakit. Naruto ingin ikut tapi Shion melarangnya, berkata kalau desanya dilindungi semacam barrier dan hanya pemilik darah Elf yang bisa masuk.

Naruto pada akhirnya berkelana sendiri. Menjelajahi satu tempat ke tempat lain sambil mengerjakan pekerjaan seperti membasmi monster, menjaga orang-orang desa yang ingin pergi ke kota dari ancaman bandit, dan lain-lain.

Saat Naruto berjalan melewati suatu tempat minum, dia tak saja mendengar desas-desus tentang [Royal Battle] dari salah satu peminum dan artifak yang dapat mengabulkan segala keinginan bernama [Holy Grail].

Tertarik, Naruto memutuskan mengikuti [Royal Battle] dan menghadapi beberapa lawan tangguh; sebut saja Gray Fullbuster sang [Black Knight] yang dikenal dengan gelar Cold Prince. Sabaku no Gaara aka [Warlock] dengan gelar Sand Ripper. Inuzuka Kiba aka [Assassin] dengan gelar Wild Heir.

Walaupun Naruto mengalami kesulitan dan hampir sekarat, namun pada akhirnya dia berhasil mengalahkan musuhnya. Tentunya, dia harus mengorbankan beberapa anggota fisiknya meskipun di akhir akan disembuhkan oleh [Priest]. Hanya saja, dia tidak menyangka kalau lawan terakhirnya adalah Shion.

Canggung. Merupakan kata yang sesuai dengan keadaan mereka. Meskipun begitu, Shion dan Naruto melesat satu sama lain. Satu dengan fisik sementara satunya lagi dengan sihir.

Karena kebersamaan mereka, otomatis pertarungan keduanya merupakan yang paling lama dari lainnya. Lalu saat Naruto menghindari mantra petir Shion yang malah mengenai [Holy Grail], artifak itu hancur seketika.

Line Break

Uzumaki Shion melihat pemandangan laut dari rumah pantai yang ia bangun bersama suaminya dengan senyuman. Dia mengelus perutnya yang sedikit membesar sambil memejamkan matanya.

Shion tersenyum merasakan kepala orang yang dicintainya di pundaknya dengan sepasang tangan memeluknya dari belakang.

"Kau suka?"

"Tidak terlalu buruk."

Naruto berseri dan perlahan mengeratkan pelukannya pada istrinya.

"Suka. Mengerti."

Shion menyunggingkan senyuman, "Ngomong-ngomong, Naruto."

"Ya?"

"Terima kasih."

Naruto berkedip, "Untuk?"

"Berada di sisiku selama ini." Shion mengatupkan bibir. "Meskipun semuanya membenciku setelah mengetahui siapa Ibuku sebenarnya, kau satu-satunya orang yang masih mau berdiri di sampingku hingga saat ini."

"Hyuuga dan Yamanaka akan kecewa mendengar perkataanmu."

Shion mendengus. "Mereka baik kepadaku karena aku menyelamatkan nyawa mereka. Jika tidak pasti sebaliknya."

"Ingin mencari angin?"

"Perasaanku baik-baik saja Naruto."

"Ini untuk anak kita Shion."

"Oh... Baiklah."

Sambil bergandengan tangan pasangan itu berjalan-jalan di pesisir pantai, mengamati burung-burung terbang bebas di langit serta memberi makan beberapa kelinci dengan wortel. Selama perjalanan Shion meletakkan kepalanya di bahu Naruto.

"Aku masih tidak percaya kalau [Holy Grail] waktu itu rupanya buatan tangan."

Naruto terkekeh kering mendengar gerutuan Shion.

"Yah, setidaknya kita mendapat pulau pribadi ini sebagai bayaran atas pertarungan kita."

Shion mengatupkan bibir. "Tapi tetap saja, gara-gara itu harapanmu kembali ke dunia asalmu musnah total."

Naruto melirik ke arah Shion seraya menaikkan alisnya. "Aku tak ingin mendengar itu dari seseorang yang berbohong dengan dalih orang tuanya sakit hanya untuk berlatih dan ikut serta dalam [Royal Battle] demi mengabulkan keinginan egoisku."

Sang wanita iris lavender merona dan menyikut pelan perut Naruto, sementara sang pria pirang hanya nyengir lebar karena sukses membuat istrinya malu. Setelah beberapa menit berlalu keduanya memutuskan berhenti dan menonton matahari perlahan terbenam.

.

.

.

.

.

.

.

.

E-N-D

#Event_Isekai_FNI

.

.

.

.

.

A/N: Semua [Talent] berasal dari game Inotia 4. Minus [Sage] tentu saja.

.

.

.

My first one-shot

Sorry if bad :)