Disclaimer: Naruto punya Masashi Kishimoto.

Genre: Adventure

Rated: T – M

Pair: [Naruto x ?]

Warning: OOC, bahasa abal-abal, EYD berantakan, Typo selalu menyertai saya, Ide sangat pasaran, Mainstream, Life Minato, Kushina, and Menma, alur berantakan.

Summary: Naruto dibuang oleh keluarganya sendiri di pulau tak berpenghuni yang jauh dari pemukiman karena tidak mempunyai chakra. Suatu hari, ia bertemu dengan laki-laki dewasa yang mengaku sebagai Dewa Zeus, Naruto diberi setengah dari kekuatan Dewa Zeus, dengan berlatih 10 tahun dibawah bimbingan dewa terkuat, ia akan menampakkan dirinya sebagai orang yang berbeda.

AN: Yoooo masing ingat dengan saya? Semoga saja tidak hehehehehe. . . kembali dengan fic baru, entah akan dihapus lagi atau tidak. Yang pasti kegiatan di dunia nyata cukup sibuk. Semoga fic ini tidak kembali di hapus, butuh dukungan dari para senpai dan reader-san.

.

.

.

.

THE LEGEND OF RED LIGHTNING by Indra Kp

Chapter 1: Proulogue

.

.

.

.

"Kaa-san. . . hiks Tou-san. . . hiks ke-kenapa kalian membuang Naru?"

Seorang anak kecil bersurai pirang dengan tiga guratan halus di kedua pipinya sedang menangis di pinggir pantai. Anak kecil tersebut terlihat berumur sangat muda, sekitar tujuh tahunan. Mata biru langit anak kecil tersebut terlihat menatap kosong lautan yang berada di hadapannya dengan cairan bening mengalir menuju pipi. Sambil terus duduk dan mengapit kedua kakinya yang dikunci oleh tangannya, dagunya ia letakkan di lutut. Ia lalu menundukkan kepalanya. Anak kecil itu bernama Namikaze Naruto.

Pantai, atau lebih tepatnya pulau yang Naruto tempati terlihat sangat sepi seperti tidak pernah ditempati oleh seseorang. Pasir yang masih putih tidak ternodai apa-apa, hutan-hutan hijau yang lebat, udara segar yang sangat menenangkan. Itulah sebagian pendeskripsian yang dapat dijelaskan untuk saat ini. Singkatnya, pulau itu masih benar-benar alami.

Beberapa jam berlalu, Naruto masih setia dengan posisinya, tidak bergerak sedikit pun. Terlihat matahari mulai tenggelam menandakan bahwa hari mulai malam. Tidak lama kemudian, Naruto terlihat mendongkakkan kepalanya, ia lalu menatap pemandangan sunset yang berada tepat di hadapannya. Namun, itu semua tidak membutnya bahagia sedikit pun.

Kryuuuk

"Ugh. . . aku lapar" gumam Naruto dengan ekspersi wajah seperti kesakitan. Ia lalu menengok ke belakang dan melihat sebuah hutan lebat. "Lebih baik aku mencari makan selagi masih ada sinar matahari" lanjutnya lagi lalu perlahan bangkit dari duduknya dan mulai berjalan memasuki hutan tersebut.

.

.

.

.

Keesokan Harinya

Sinar mentari mulai terlihat di belahan lautan besar nan luas, sinar itu memasuki hutan tempat Naruto melalui celah-celah dedaunan. Terlihat Naruto yang sedang tidur di sebuah batang pohon besar salah satu pohon. Tidak lama kemudian sinar mentari menerpa wajah lugunya yang menyebabkan ia sedikit terganggu dan menggeliat seperti hendak bangun. Setelah mengedipkan dan mengusap beberapa kali matanya dan meregangkan tubuhnya agar tidak kaku, ia lalu melompat ke bawah.

Naruto lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru hutan. "Hah. . . ternyata ini memang kenyataan" gumam Naruto lalu menghela nafas dalam.

Segelintir kejadian menyakitkan pun tiba-tiba menyarang di otaknya. Kejadian yang membuatnya terdampar di pulau ini. "Ternyata aku memang anak yang tidak diharapkan" lanjutnya lagi dengan tatapan sendu dan sedih. Naruto berfikir jika ia mungkin akan mati di pulau ini, Naruto cukup pintar untuk menyadari bahwa seorang bocah 7 tahun tersesat di pulau belantara maka ia pasti akan mati, orang dewasa yang tersesat pun belum tentu akan selamat.

"Jika tidak mati maka akan hidup disini selamanya. Tapi aku tidak akan pernah hidup disini selamanya, aku akan menjadi kuat dan menemui kalian lagi" ucap Naruto menggeram sambil mengepalkan kedua tangannya. Kebencian sepertinya telah menyelimuti hati Naruto dengan cepat.

Naruto, bocah yang tidak diharapkan dengan naifnya mencoba menarik perhatian kedua orang tuanya dengan mencoba untuk memasteri taijutsu secepatnya. Namun setelah taijutsnya berkembang dengan baik dan menunjukkan kemampuannya di hadapan keluarganya apa yang ia dapat? Yang ia dapat hanyalah sebuah kalimat yang terdiri dari beberapa kata namun sangat menusuk di hati. 'Kau lemah Naruto, anak lemah sepertimu tidak pantas untuk hidup' sepenggal kalimat yang menusuk hati Naruto terdalam membuatnya sadar akan kenyataan dunia ini.

"Dunia ini begitu menyedihkan sampai-sampai aku ingin melenyapkannya" ucap dingin Naruto sambil menerawang ke atas.

Menghela nafas dalam, ia tidak akan memikirkan masa lalu lagi. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana caranya bisa keluar dari pulau ini dan menjadi kuat, bukan. . . tapi menjadi sangat kuat.

"Pertama-tama, aku ingin melihat-lihat pulau ini" ucap Naruto lalu berjalan menelusuri seluruh penjuru pulau.

.

.

.

.

Beberapa Jam Kemudian

Sudah hampir tiga jam Naruto mengitari pulau ini. Ternyata pulau yang ia tempati tidak begitu luas. Hewan-hewan buas pun terlihat sangat jarang di dalam hutan, hanya ada beberapa singa dan buaya.

Terlihat matahari yang mulai meninggi pertanda bahwa hari akan memasuki siang, Naruto menatap lautan luas dalam diam sambil berdiri tegak. Wajah cerianya hilang digantikan dengan wajah datar. Terlihat beberapa buah yang berada di samping kanan Naruto. Sambil mengelilingi pulau ia juga mencari makanan untuk dimakan.

Tidak hanya buah-buahan, terlihat beberapa ikan yang meloncat kesana-kesini tidak beraturan di samping kiri Naruto. Ia juga sudah mencari ikan di sebuah sungai yang membelah pulau ini.

"Nah sekarang, apa yang harus aku lakukan dengan ikan-ikan ini?" gumam Naruto sambil melihat ikan-ikan yang mulai tenang, pertanda bahwa ikan-ikan itu sudah mati.

Naruto tidak bodoh, ia terdampar di pulau ini dengan tanpa persiapan baik materi mau pun mental. Tentu saja akan berakibat buruk bagi dirinya. Beruntung Naruto dapat mengendalikan dirinya agar tidak putus asa lalu bunuh diri. Mencoba memanggang ikan-ikan yang ia tangkap, tapi dengan apa? Ia tidak punya sumber untuk menyalakan api. Menggesekkan batu dengan kayu? Itu akan lama dan ia juga dapat melihat sebuah gumpalan awan hitam besar yang menuju ke arah pulau.

"Sebaiknya aku makan buah saja" gumam Naruto lalu perlahan melahap semua buah yang ia dapat.

Beberapa menit berlalu, Naruto sudah memakan hampir setengah buah yang ia dapat. Sinar mentari terlihat redup karena terhalang oleh gumpalan awan hitam yang sudah dekat dengan pulau. "Akan terjadi badai ya. . . sebaiknya aku masuk ke hutan" gumam Naruto lalu berjalan menuju ke dalam hutan.

.

.

.

.

Jeedeerr

Zzzzttsss

Jeeder

Zzztsss

Suara gemuruh petir, badai angin yang besar, hujan lebat, kilat biru menyambar ke segala arah, itulah yang sedang terjadi di pulau yang Naruto tempati. Sedangkan dengan Naruto, ia terlihat berlindung di sebuah gua.

"Ugh. . . aku tak pernah melihat badai sebesar ini. Apakah di lautan sering terjadi badai seperti ini?" gumam Naruto sambil memeluk dirinya sendiri karena dingin akibat angin yang besar masuk ke gua.

Naruto pernah sekali melihat badai besar yang terjadi di Konoha beberapa tahun silam, namun badainya tidak sebesari ini. Ia juga sempat mendengar bahwa badai yang terjadi di Konoha adalah badai terbesar sepanjang sejarah. Dan sekarang. . . ia adalah saksi bawah badai terbesar bukanlah yang terjadi di Konoha, melainkan disini. . . di pulau yang ia tempati.

Zzztsss

Jederrr

Kilat kembali menyambar ke segala arah, salah satunya ke hadapan gua yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar. Akibat dari sambaran perti yang tergolong besar, pohon-pohon tersebut langsung hangus dan terbakar tidak tersisa. Naruto menatap bingung hal yang terjadi di hadapannya. Bukan karena pohon yang terbakar, melainkan seseorang tiba-tiba muncul setelah perti menyambar. Orang itu berjalan mendekati Naruto dengan berwibawa.

Setelah memasuki gua dan menghadap Naruto, ia dapat melihat bahwa yang menghampirinya adalah laki-laki tua namun tubuhnya kekar, memiliki mata putih bersih dan bersinar, rambut putih panjang, janggut panjang dan berwarna putih, serta memakai pakaian serba putih.

"Anda. . . siapa?" tanya Naruto masih menatap bingung orang yang berada di hadapannya.

"Namikaze Naruto" suara dari orang itu begitu berwibawa dan tegas. "Kau adalah anak yang diramalkan" lanjutnya lagi sambil menunjuk wajah bingung Naruto.

"Anak yang diramalkan? Cih anda hanya mengada-ngada. Yang diramalkan adalah Menma sialan itu" ucap Naruto sambil membuang mukanya dan berdecih kesal.

"Bukan dia, tapi kau"

"Ck! Anak yang Diramalkan, Child of Propechy, Yogen no Ko, apa lagi yang dapat mendeskripsikan semua itu? yang aku inginkan hanyalah menjalani kehidupan dengan tenang dan melakukan 'pembalasan' kepada mereka" ucap Naruto sambil meninggikan suaranya.

"Seseorang yang diramalkan adalah orang yang penuh penderitaan. Itu adalah kau, Namikaze Naruto"

"Terserah! Aku tak peduli" Naruto acuh masih tetap membuang mukanya.

"Kau ingin kekuatan?"

Untuk ucapan ini, Naruto mengalihkan pandangannya lagi menatap orang yang berada di hadapannya. "Kekuatan? Heh. . . tidak mungkin itu terjadi. Aku tidak mempunyai chakra" ucap Naruto sambil tersenyum miris.

"Semua kekuatan bukan berasal dari chakra. Tapi dari tekad kita"

"Aku bukan bocah yang bodoh"

". . . ." orang itu sudah tidak berbicara lagi yang membuat Naruto sedikit heran. Keheranan Naruto bertambah ketika ia melihat tangan kanan orang itu mengarah kepadanya, seketika tercipta listrik di telapak tangan orang tersebut yang langsung menyambar ke tubuh Naruto.

"HUAAAA! APA YANG KAU LAKUKAN?! BISA-BISA AKU MATI!" teriak Naruto sambil melangkah mundur.

Tubuhnya kini telah terselimuti oleh listrik berwarna biru yang perlahan masuk ke dalam tubuh Naruto. Tidak lama kemudian, tubuh Naruto terlihat mengeluarkan listrik-listrik kecil, namun listrik itu berwarna merah.

'Akai Kaminari. . . ? Begitu, memang benar bahwa dia adalah anak yang diramalkan' batin orang itu sedikit tersentak.

Dengan Naruto, ia terlihat bingung akan listrik-listrik merah di sekitar tubuhnya. Ia juga merasakan bahwa tubuhnya kuat seketika, ada apa ini?

"Namikaze Naruto. Aku telah memberikan sebagian kekuatanku padamu. Kau adalah anak yang diramalkan, suatu hari kau akan mengerti dengan sendirinya. Aku akan melatih kemampuan petir merahmu selama 10 tahun. Jangan membantah! Karena itu adalah tugasku" ucap orang itu dengan nada yang sangat tegas membuat Naruto sedikit merinding.

"Ta-tapi. . . aku bukanlah orang yang baik lagi. Yang aku inginkan hanyalah hidup tenang dan pembalasan" ucap Naruto terheran.

"Kau hanyalah bocah naïf, suatu hari kau akan mengerti dan tersadar bahwa bukan hanya kau saja yang merasakan penderitaan. Dan tugasmu adalah melenyapkan penderitaan itu sendiri"

". . . . ." Naruto bungkam dengan ucapan orang itu. "Hah. . . baiklah. Aku ingin berlatih denganmu. Tapi, jika suatu hari aku ingin melenyapkan dunia bagaimana?"

"Melenyapkan dunia? Hmhmhmhm itu terserah kepadamu. Karena kau adalah anak yang ditakdirkan untuk memegang keselamatan dan kehancuran dunia ini. Tugasku hanyalah melatihmu saja, selanjutnya kau yang akan menjalani takdirmu sendiri"

"Begitu. . . kalau boleh tahu, nama anda siapa?" tanya Naruto.

"Aku adalah seorang Dewa petir. . . . Zeus, sang Dewa terkuat" ucap orang itu yang membuat Naruto tersentak kaget.

.

.

.

.

Time Skip 10 Kemudian

Terlihat seorang remaja yang sedang melayang di udara dengan beberapa listrik merah mengelilingi tubuhnya. Naruto, nama remaja itu. Penampilan Naruto bisa dibilang berubah pesat, surai pirangnya terlihat berwarna keemasan dengan tetap membertahankan model rambutnya seperti dulu, postur tubuh yang tegap dan otot yang ideal, ia memakai tiga anting emas di telinga kirinya. Pakaiannya serba putih.

Terlihat awan hitam yang mengumpul di atas langit, seketika tubuh Naruto berubah menjadi listrik merah, ia lalu merentangkan tangan kanannya ke depan sambil menyeringai tipis.

Mamaragan

Zzztttsss

Jeederrr

Duarrr

Puluhan petir merah keluar dari balik awan hitam yang langsung membumi hanguskan sebagian pulau yang selama ini ia diami. Naruto sedikit tersenyum puas setelah melihat kreasinya.

"Naruto! Cepat turun kemari. Aku ingin memberikan hadiah untukmu" seru Zeus yang berada di pesisir pantai.

Naruto pun lalu membalikkan badan kemudian terbang dan mendarat di hadapan senseinya. "Hadiah apa sensei?"

"Sebuah hadiah yang cukup bagus. . . aku memberikanmu sebuah senjata"

"Senjata apa sensei?"

"Senjata itu adalah. . . ."

.

.

.

.

To Be Continued

AN: Yosh! Akhirnya chapter 1 kelar juga. Maaf kalau wordsnya pendek. Tentang pendeskripsian Zeus saya tidak terlalu paham, jadi hanya segitulah imajinasi saya.

Untuk senjata Naruto ada yang bisa kasih saran?

Segini saja dulu dari saya, saya juga ingin para reader-san memberi tahu saya jika masih ada typo. Saya harap reader-san mau memberikan saran dan kritik untuk kelanjutan fic ini supaya lebih bagus dari chapter-chapter sebelumnya. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan maupun typo (s).

Mohon reviews . . . . . .