Judul : Tetangga Sebelah
Chapter : 1
Genre : Romance, humor, OOC, parody, dan segala tetekbengeknya.
Disclaimer : Om Fujimaki Tadatoshi
Pairing : NO PAIRING
Rating : T
A/N :
Ini hanyalah fict gabut Kyuu di bulan puasa 2019.. :v please, jgn nagih chapter fict yg lain, otak kyuu gak ada ide sama sekali.. :'v
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Itu Gak Bisa Disebut Sebuah Ciuman
Siang hari yang cerah di sebuah bangunan apartement sederhana, terdapat kedua pemuda yang memiliki perawakan yang hampir mirip, baru saja keluar dari kamar apartement-nya. Kedua pemuda itu saling bertatapan sebentar, raut wajah mereka terkejut.
Mereka melihat baju yang mereka kenakan, kemeja hitam-putih yang mereka kenakan benar-benar sangat mirip. Oh tidak bahkan mereknya juga sama, kemungkinan juga dibeli di toko yang sama. Sungguh kebetulan yang ironis sekali. Mereka berdua masuk kembali ke dalam apartementnya.
Di dalam kamar bernomorkan 302 itu dengan nama yang tertera Aomine Daiki di samping temboknya, pemuda kelling itu langsung membuka kemeja hitam-putih yang dia kenakan dan menggantinya dengan switer biru tua. Sempat dia berpikir dalam benaknya-
Lho? Kenapa aku yang ganti baju ya? Ah sudahlah! Pikir Aomine.
Di dalam kamar bernomorkan 301 juga dengan nama yang tertera Kagami Taiga di samping temboknya, pemuda beralis cabang itu juga mulai membuka kemeja hitam-putih yang dia pakai. Namun, baru membuka dua kancing bagian atas dia tersadar-
Tunggu? Kalau aku juga ganti malah tambah memalukan! Pikirnya yang kembali mengancing bajunya seperti semula.
Tak berapa lama mereka berdua keluar dari kamar sepetak yang sudah tertata living-diving-kitchen itu. Mereka saling berpandangan dengan canggung, lalu di dalam hati mereka saling mengatakan.
Chikuso! Ucap mereka berbarengan di dalam hati.
.
.
.
.
.
Oke, sekarang Aomine dan Kagami berada di posisi yang cukup aneh. Mereka berdua tidak menyangka mereka keluar dari apartement untuk melakukan kegiatan yang sama yaitu merokok. Aomine dan Kagami mengeluarkan sekotak rokok dan meletakkannya di balkon depan kamar mereka.
Wajah mereka terkejut lagi begitu mengetahui merek rokok yang mereka hisap itu sama, clas mild. Mereka hanya terdiam saja namun dalam hati sama-sama mengucapkan-
Ah, kampret.. setelah itu mereka sama-sama mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya.
Aomine menyalakan pemantik api dan mengarahkan pada rokok yang sudah bersedia di mulutnya. Sementara Kagami lagi sibuk mencari korek di setiap kantong baju dan celananya. Aomine menyadari gerak-gerik Kagami yang lupa membawa korek, akhirnya Aomine menawarkan koreknya pada Kagami.
"Oh, arigatou.." ucap Kagami yang menerima korek dari Aomine dan memantik korek dan mengarahkan apinya pada sebatang rokok di mulutnya.
Begitu rokoknya mulai menyala, Kagami meletakkan korek pada balkon yang sudah tersedia kaleng bekas sebagai asbak. Mereka merokok dalam diam, mereka memasuki situasi yang sangat canggung. Merasa gerah dengan situasi canggung itu, Kagami memulai sebuah obrolan.
"Hey, kau.. yang tinggal di kamar 302 itu, 'kan?" Tanya Kagami pada Aomine.
"Hmm, ya.." hanya itu tanggapan Aomine.
"Kau mahasiswa Teiko juga, 'kan? Berapa umurmu?" Meski mendengar tanggapan yang tidak respontif, Kagami tetap berusaha mengajak Aomine mengobrol.
"Aku 25.." Ucap Aomine.
Mendengar umur tetangganya sebaya Kagami jadi girang sendiri, "Benarkah? Aku juga 25!" Ucap Kagami antusias yang bikin Aomine ilfeel dan menatapnya aneh.
Kagami menyadari itu, senyumannya sirna. Menatap ke pemandangan kota di depannya yang terlihat karena Kagami berada di lantai tiga apartementnya. Kagami kembali terdiam dalam hatinya dia mengutuk dirinya yang tiba-tiba jadi girang.
Aah~ canggungnya.. Kagami berkilah dalam hati kecilnya.
Kenapa dia ngajak aku ngomong? Lalu yang ini Aomine yang merasa syok karena diajak bicara oleh tetangga yang baru dikenalnya, bahkan dia keringat dingin oy.
"Hmm.. bagaimana kalau lain waktu kita pergi minum?" Ajak Kagami yang gak tahu harus ngapain.
"Boleh juga tuh lain kali.." jawab Aomine yang gak tahu mau jawab apa.
Suasana kembali canggung, Aomine dan Kagami hanya menghisap rokok mereka dalam nuansa hati yang berteriak untuk menghentikan waktu.
Perlu satu hal yang kalian tahu. Sebelumnya Aomine bukanlah perokok namun stress yang melanda datang begitu dia putus dengan pacarnya karena khilaf ke lain hati. Begitupun dengan Kagami yang sebelumnya juga pemuda sehat anti merokok dan rajin olahraga, namun stress juga melandanya setelah dia ditolak cewek yang di taksirnya.
Mereka masih terdiam, sampai alarm jam di hp Kagami berdering.
"Sepertinya aku harus pergi baito, jaa naa.." ucap Kagami yang pergi menuju tangga di ujung koridor apartement.
"Oh ya hati-hati.."
.
.
.
.
.
.
Setelah pertemuan yang canggung itu, mereka jadi sering bertemu untuk merokok bareng di balkon depan kamar apartement mereka. Beberapa kali mereka janjian untuk minum bersama dalam setiap pertemuan tersebut.
Entah kapan pergi minum bersama itu terwujud, nyatanya mereka menjadikan janji itu sebagai basa-basi saja.
Dan sekarang adalah hari kelimabelas dalam pertemuan mereka, karena janji tak jelas itu membuat mereka berakhir di sebuah kedai minum-minum, yang tak jauh dari apartement mereka. Mereka duduk berhadapan dengan meja kecil di tengahnya dengan pemanggang yang menyala untuk membakar yakiniku dan juga segelas bir yang mereka pesan.
Mereka hanya melihat daging yakiniku, yang mendesis karena terbakar. Sejak tadi sama sekali tak ada percakapan, hanya sebatas menunggu daging yakiniku untuk dimakan. Sayangnya, dagingnya masih mentah untuk dimakan.
Aku ingin pulang~ teriak batin Aomine yang tak tahan dalam situasi yang menyakitkan ini.
Kenapa dagingnya gak mateng-mateng? Ini Kagami yang frustasi karena tak melakukan apapun dalam situasi ini, setidaknya dia ingin mengalihkan perhatiannya pada daging yang matang.
"Oh iya, omong-omong kau jurusan apa?" Tanya Kagami memulai pembicaraan menatap Aomine.
"Aku jurusan animasi. Bagaimana denganmu?" Aomine balik bertanya kalau dipikir-pikir mereka memang tidak pernah membicarakan kehidupan selama pertemuan yang bisa dibilang kebetulan yang langka itu.
"Oh aku.. jurusan game. Hm.. apa kau pernah nonton Naruto? Itu sangat menarik, ku dengar sekarang sudah ada versi next generationnya.." ucap Kagami yang membahas Naruto karena pikirnya itu anime yang paling booming untuk dibahas dengan anak jurusan animasi.
"Aku tidak tahu, sebenarnya aku tidak begitu menyukai animasi atau anime apapun.." ucap Aomine jujur kalau dia selama ini kuliah jurusan animasi tanpa tujuan.
Terus lu ngapain masuk jurusan animasi?! Jerit batin Kagami yang merasa kesal.
"Apa kau pernah main vegas crime simulator? Itu sangat seru!" Tanya Aomine pada Kagami, jika Kagami jurusan game akan sangat menyenangkan jika mereka bisa bermain game bersama karena Aomine sendiri seorang gamers.
"Ah tidak, aku tidak terlalu bagus main game.." ucap Kagami jujur tanpa sadar juga mengungkapkan bahwa dia kuliah tanpa tujuan.
Lalu buat apa lu masuk jurusan game?! Kali ini Aomine yang dibikin kesal.
"Benar juga, kalau diingat kita belum berkenalan. Namaku Aomine Daiki, kau bisa memanggilku Aomine.." ucap Aomine memperkenalkan dirinya.
Jadi namanya Aomine ya.. batin Kagami melihat serius Aomine.
"Bagaimana denganmu?"
"Oh namaku Kagami Taiga.." Jawab Kagami ikut berkenalan.
Karena suasana yang ramai di kedai membuatnya tak bisa mendengar dengan jelas, Aomine memastikan, "Hn? Kagami taichan?"
"Taiga" ucap Kagami dengan penekanan dan tatapan yang tajam karena namanya baru saja ternistakan sebagai sate ayam.
"Oh.." hanya itu tanggapan Aomine yang merasa tak enak karena menistakan nama tetangganya.
Kemudian suasana kembali canggung, Aomine dan Kagami hanya meminum bir mereka dalam diam karena tak tahu harus berbuat apa. Pembicaraan mereka terputus karena berbedaan yang signifikan.
Siapapun tolong gw! Jerit mereka di dalam hati.
"Uh? Dai-chan?" Panggilan seseorang mengintrupsi Aomine yang menoleh pada asal suara.
"Satsuki?" Tanya Aomine begitu melihat gadis pinky di depannya, dalam hatinya dia menjerit pada gadis itu untuk mengeluarkannya dari situasi canggung ini.
"Momoi?" Tanya Kagami juga begitu melihat gadis pinky ini, sepertinya mereka juga sudah saling kenal.
"Kagamin? Kau juga di sini?" Momoi terkejut melihat Kagami dan Aomine bersama, dia baru tahu kalau mereka saling kenal.
"Kagamin?" Tanya Aomine yang bingung karena teman perempuan sejak kecilnya itu mengenal Kagami.
"Yah, kita teman sekelas di matkul umum.. gitu dah.." jelas Kagami pada Aomine.
"Bagaimana kalian berdua bisa bersama?" Tanya Momoi pada kedua pemuda itu, merasa tak menyangka bahwa dua pemuda yang dia kenal ternyata saling mengenal.
Aomine dan Kagami bagai tertangkap basah berbuat keji malah bingung menjelaskan dan malah tergagap, Momoi jadi bingung juga dengan tingkah mereka berdua.
"Yah, itu kau tahu? Kami tetanggaan.." ucap Aomine.
"..jadi karena itu kami minum bersama" lanjut Kagami juga.
"Oh begitu.." ucap Momoi.
Lalu mereka bertiga terdiam, Aomine dan Kagami langsung mengambil bangku ke mejanya. Kagami menunjuk bangku itu mempersilakan Momoi untuk duduk.
"Momoi, silahkan kalau kau mau ikut minum bersama kami.." tawar Kagami.
"Iya, nanti biar aku yang bayar.." tawar Aomine.
Momoi mengibas kedua tangannya pertanda tidak perlu, "Tidak usah, sebenarnya aku datang dengan teman.. Mereka sedang di toilet sekarang.."
"O.. Oh.." lirih Aomine dan Kagami kecewa.
Kenapa mereka terlihat kecewa?! Momoi jawdrop melihat reaksi kedua teman prianya itu.
"Momo-chan! Ayo ke sini~" panggil sekelompok cewek-cewek dari meja paling ujung, yang merupakan teman Momoi.
"Iya, tunggu sebentar!" Ucap Momoi, "Sudah dulu ya.." salam Momoi pada kedua teman prianya dan hendak pergi menuju teman-temannya.
"MATTE...!" Aomine dan Kagami berteriak ke arah Momoi dengan tangan yang terangkat seakan menghentikan Momoi pergi.
Mendengar itu Momoi jadi bingung harus bagaimana, sebenarnya Momoi sudah menyadari kecanggungan di antara mereka berdua. Namun, suasana canggung di antara kedua pemuda itu juga membuat Momoi tak nyaman. Akhirnya, Momoi memilih meninggalkan mereka berdua menuju teman-temannya.
Tunggu, setidaknya ajak aku juga..! Jerit batin Aomine dan Kagami.
.
.
.
.
.
Setelah menghabiskan yakiniku dan minuman mereka. Aomine dan Kagami memutuskan untuk pulang saja. Mereka keluar berbarengan dari pintu kedai setelah membayar pesanan mereka di kasir. Di depan pintu kedai, Aomine melambaikan tangannya pada Kagami.
"Oke, jaa naa.." ucap Aomine yang berjalan lebih dulu.
"Tunggu, kita tetangga.." perkataan Kagami menyadarkan Aomine bahwa mereka bertetangga.
"Oh benar juga.. itu berarti kita pulang bersama, 'ya?" Aomine berkilah dengan pasrah.
"Mungkin begitu.." ucap Kagami yang gak tahu mau bilang apa.
Akhirnya mereka berjalan pulang bersama dengan suasana awkwar yang tak menyamankan hati. Mereka menaiki tangga menuju jalan setapak di atas. Kemudian mereka akan langsung sampai di depan bangunan apartement mereka. Yang jaraknya 6 meter dari samping tangga itu.
Saat menaiki tangga tiba-tiba kembang api menyala di langit malam, perhatikan Aomine dan Kagami teralihkan pada kembang api tersebut. Mereka takjub dengan mulut menganga.
"Wah, lihat ada kembang api!" Heboh Kagami.
"Apa sekitar sini sedang ada matsuri ?" Tanya Aomine.
Debu dari kembang api itu melayang ke bawah, lalu tiba-tiba mata Aomine kelilipan berkat debu itu. Aomine mengucek matanya yang gatal-gatal perih.
"Aw, mataku kelilipan.." ucap Aomine yang mendapat perhatian Kagami.
"Benarkah? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kagami memastikan keadaan Aomine.
"Maaf, bisa kau tiup mataku?" Aomine meminta tolong pada Kagami.
"Oh baiklah.." Kagami mendekat pada Aomine dan menyentuh wajah Aomine dengan kedua tangannya membantu membuka mata Aomine agar terbuka untuk ditiup.
Aomine menggunakan tangannya untuk menahan bahu Kagami yang berada di depannya. Karena posisinya kali ini Aomine berada di tangga yang lebih tinggi dari Kagami sehingga membuatnya menunduk. Kagami kemudian meniup mata Aomine.
Namun, sangat disayangkan hal itu berbeda dipandangan oranglain yang berada di atas bangunan apartement tempat mereka tinggal, ketika melihat mereka dalam posisi meniup mata kelilipan itu, karena malah terlihat seperti orang yang sedang bercumbu.
Aida Riko yang tinggal di kamar 303 tercengang melihat adegan tersebut dari jendela, malah memotretnya dengan hp lalu tertawa nista. Di sebelahnya kamar 304 terdapat seorang bule yang menatap mereka dengan pandangan jijik, namanya Nash Gold Jr.
"Dunia ini memang berisi orang gila.." ucap Nash menggeleng kepala akan kelaknatan manusia lalu menutup jendela.
Dan tanpa disadari oleh Aomine dan Kagami bertepatan dengan itu, seorang gadis pinky terlihat syok melihat mereka sampai menjatuhkan tas yang dia tenteng ditangan.
"A-apa.. yang mereka lakukan di sana..?"
Siapa lagi kalau bukan Momoi. Dia kemudian berlari menghindari kedua pemuda itu, padahal sebelumnya dia ingin menyapa mereka tadi karena arah pulang mereka sama.
Kagami melepaskan Aomine setelah selesai meniup matanya yang kelilipan, Aomine terlihat mengedipkan matanya untuk menetralisir.
"Bagaimana? Masih ganjel?" Tanya Kagami.
"Ah tidak, ini jauh lebih baik.. Arigatou.." ucap Aomine berterima kasih pada Kagami.
"Oh tentu saja.."
Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan pulang mereka lagi tanpa mengetahui kesalahpahaman orang lain mengenai hubungan mereka.
.
.
.
.
.
TBC
Haloha! Kembali lagi membawa cerita baru di bulan puasa ini! Semoga berkah! :v
