Human name used.
US x UK UK x US
Summary: "Then why do you accept that bloody plan?"
Warning: OOC,Celebrities-Real-Life style fic,
Pairing: Yaoi.
Rated: T
Genre: Romance.
Here we go~!
Arthur sedang menikmati hari yang indah dengan secangkir teh dan sebuah buku ketika Alfred mendobrak masuk rumahnya. Arthur meletakkan cangkir teh earl gray-nya dan menghampiri Alfred.
"Iggy~! Kau harus dengar ini! Teriak Alfred, wajahnya luar biasa bahagia. "Apa? Bisa cepat tidak? Aku tidak punya banyak waktu," jawab Arthur dengan malas. Ia berniat akan menendang Alfred sejauh mungkin setelah Alfred membuka mulutnya. Tapi apa yang artis manajemennya itu katakan berikutnya membuatnya pingsan ditempat.
"Kita tunangan!"
Itulah kata-kata pertama yang Alfred ucapkan ketika Arthur kembali sadar. Arthur memegangi kepalanya,"Jangan bercanda. Cepat keluar," kata Arthur. Alfred terlihat kecewa. "Tapi,Iggy-" Arthur mengangkat tangan,mengisyaratkan Alfred untuk diam. "Baiklah kalau begitu," kata Alfred lesu dan ia berdiri serta meninggalkan Arthur sendiri di kamarnya yang luas. Arthur menggelengkan kepala dan menyalakan televisi,"Dari dulu anak itu tidak pernah waras," gerutu Arthur. Ya,dia masih ingat. Ketika Alfred belum jadi siapa-siapa,Arthur-lah mendidiknya menjadi seorang artis terkenal.
-Flashback-
Arthur menatap panggung kecil di sudut jalan itu. Bukan,lebih tepat menatap seorang anak kecil berambut coklat yang sedang memerankan drama sambil menyanyi. Gerak tubuhnya lentur. Ia sangat menghayati perannya. Suaranya jernih,halus dan manis. Menarik hati Arthur yang baru saja menjadi artis dan beberapa orang yang lewat. Arthur baru saja berhenti untuk menonton ketika terdengar suara gadis-gadis,"Hei! Itu kan' Arthur kirkland! Kyaaaaa~!" Dan sebelum mereka sempat minta tanda tangan atau foto,Arthur keburu lari. Anak berambut coklat tadi menghentikan sandiwaranya,mata biru teduhnya menatap pundak Arthur yang menjauh.
Entah kebetulan atau memang nasib, Arthur kembali bertemu dengan anak tadi. Boss Arthur menyuruhnya menjadi pelatih anak berambut coklat itu. "Anak itu punya potensi," kata Boss Arthur,"aku titipkan dia padamu,"
"Namaku Alfred!" Kata anak tersebut ketika menyalami Arthur di studio. Arthur mengangguk.
-End Of Flashback-
Setelah itu,mereka mengalami banyak hal bersama. Entah itu menyebalkan atau menyenangkan. Namun satu hal yang Arthur tahu. Alfred sudah menjadi satu bagian berharga dari hidupnya.
Kini,ketenaran Alfred bahkan sudah menyaingi ketenaran Arthur yang merupakan artis senior.
"Berita terpanas malam ini adalah: Artis pendatang baru, Alfred Jones,mengumumkan pertunangannya dengan Arthur Kirkland,yang kita kenal sabagai artis senior. Berita pertunangan sesama jenis ini menimbulkan pro dan kontra. Banyak yang mendukung hubungan dua artis yang dikenal dekat dalam satu naungan manajemen 'Allies-production house'-" kalimat berikutnya sudah tidak kedengaran lagi. Arthur memegangi kepalanya. Mimpi apa dia semalam? Ia buru-buru meraih telepon genggam dan mengirim pesan singkat ke Alfred.
"Temui aku di Ritz." Begitu pesan yang masuk ke handphone Alfred beberapa detik yang lalu. Pemuda berambut coklat itu langsung bangkit dan mengendarai Lamborghini silver miliknya. Mengenai berita tentang pertunangannya dan Arthur,ia juga kaget. Namun,pimpinan Allies,Yao, sudah memutuskan hal ini. "Ini demi ketenaranmu dan Arthur," kata Pemuda berambut coklat panjang yang diikat itu. "Karena munculnya Axis-production house,kami hampir tak bisa membuat kalian terkenal lagi. Feliciano dan Kiku adalah artis pendatang baru,sama sepertimu. Tapi rating mereka jauh lebih tinggi. Di pihak mereka juga ada Ludwig. Walaupun terkesan dingin,tapi aktingnya sangat menarik perhatian penonton. Lebih baik kalian bertunangan dan nama Allies akan terkenal kembali. Singkatnya,kita hanya cari sensasi," kata Yao. Alfred hanya bisa mengangguk walaupun dia yakin,Arthur tidak akan bisa menerima hal ini sama seperti dirinya sendiri. Ia mengakui bahwa artis Italia berambut coklat itu memang hebat,dan kemampuan akting artis kelahiran Jepang yang berkulit putih itu setara dengan artis senior. Tapi pemuda pirang asal Jerman itulah yang paling menarik. Jelas mendompleng popularitas Allies-production house.
Alfred melongokkan kepala diantara puluhan orang yang sedang menari di lantai dansa. Iringan musik rock mengaum dari speaker-speaker besar berwarna hitam. Beberapa wanita dengan busana seksi sedang menggoda pria-pria yang duduk di bar. Lampu disko membuat gelas-gelas kaca yang tertata di belakang bar berkilauan. Beberapa artis muda sedang bermain billiard dan yang lainnya duduk di sofa-sofa empuk di sudut bersama pasangan mereka.
"GIT!" Teriak Arthur mengalahkan suara musik yang membahana. Alfred menolehkan kepalanya dan bertatapan dengan wajah seorang pemuda tampan yang sangat marah. Tubuh Arthur lebih pendek beberapa senti darinya. Wajah Arthur merah padam dan kemeja putih serta jaket kulitnya terkesan acak-acakkan. Rambut pirangnya mencuat tidak beraturan. Tiba-tiba Arthur menarik tangan Alfred keluar dari tempat itu. Ketika mereka sampai di gang gelap yang cukup sempit,barulah Arthur melepaskan tangan Alfred.
"Jelaskan!" Bentak Arthur ke wajah Alfred,membuat pemuda itu mundur sedikit dan merasakan punggungnya menyentuh dinding keras. "a-aku.." Alfred menjelaskan semua yang telah diberitahukan France kepadanya.
Arthur hanya bisa memelototi wajah Alfred. "Then why do you accept that bloody plan?" Tanya Arthur,setiap suku katanya dipenuhi kemarahan. Alfred menunduk.
"Mereka bilang...mereka akan memecatku jika aku tidak mau menjalankan rencana ini. Tapi mereka bilang tidak akan memecatmu," kata Alfred ketika mata Arthur melebar,"kau artis senior,Arthur-oow!" Arthur mendorong Alfred ke dinding. Sejenak ada keheningan yang menyesakkan.
Tiba-tiba,Arthur menarik Alfred kedalam pelukannya,membiarkan dahinya bersandar di pundak pemuda berkacamata yang lebih tinggi darinya itu dan memeluk Alfred dengan erat.
"Aku lebih khawatir padamu,baka," kata Arthur pelan. Alfred memeluk Arthur,tangan putihnya mengusap punggung Arthur,orang yang telah mengantarkan Alfred kepada dunianya yang sebenarnya. Alfred memeluk Arthur lebih erat,berusaha memasukkan banyak hal dalam pelukan itu. Rupanya Arthur mengerti.
"Kalau begitu..." Kata Arthur terbata-bata,setelah mereka selesai berpelukan. Walaupun hanya diterangi cahaya yang redup dari lampu neon di atas mereka,tapi Alfred dapat melihat dengan jelas bahwa wajah Arthur memerah. Ada keheningan lagi,tapi kali ini keheningan yang sangat menyenangkan.
Alfred tersenyum. Dia akan berterimakasih kepada Yao nanti.
Jadi gimana?
Menu anda:
1."Woow-Lanjutkan!" Dan menunggu chap.2
2. Tinggalkan halaman ini.
Nggak apa-apa...
