"Ve~Ludwig." Sapa Italia pada suatu sore yang tenang. Jerman,yang sedang membaca buku,memindahkan matanya dari buku dengan enggan,"apa?"
"Apa warna mataku?" Tanya Italia dengan ceria."Hanya itu?" Tanya Jerman dingin. Italia mengangguk. "Kenapa tidak tanya Jepang?" Tanya Jerman,"Jepang sedang mandi," jawab si pemuda yang lebih pendek. "Hm," Jerman menatap mata coklat muda Italia dengan matanya sendiri. Tapi Jerman tidak bisa tidak memperhatikan hidung Italia yang manis,atau bibir Italia yang terlihat halus. Sesaat Jerman ingin memajukan duduknya,supaya bibirnya dapat mencapai bibir merah muda menggoda itu,tapi setelah beberapa saat,Jerman dapat melihat segaris warna merah di pipi putih Italia. Merasa malu karena sudah memandangi Italia dengan begitu serius, Jerman buru-buru mengalihkan wajahnya dan kembali ke buku yang tadi sedang asyik dibacanya,"Coklat," jawab Jerman singkat. Italia terdiam. Kemudian memandangi Jerman. Mulanya Jerman tidak peduli,tapi lama kelamaan ia merasa risih.
"Apa lagi?" Tanya Jerman. Italia tidak menjawab,ia terus menatap mata Jerman. Coklat terang bertemu dengan biru lembut. "Warna mata Jerman bagus sekali," puji Italia dengan ketulusan yang amat nyata sampai Jerman tersenyum padanya. "Memangnya seperti apa?" Tanya Jerman,walaupun ia tahu bahwa matanya berwarna biru. Italia memandang ke arah langit,"Biru,biru lembut," jawab Italia. "Apa istimewanya?" Jerman bertanya kepada Italia,kini Jerman sudah menutup buku yang tadi ia baca. Italia tersenyum,"Banyak hal indah-" kata Italia kemudian,"-yang berwarna biru."
"Oh ya? Misalnya?" Jerman berdiri dan bersandar pada pagar teras. Italia menatap Jerman,"Safir adalah biru yang berkilau,Laut adalah biru yang gelap, dan Langit adalah biru yang manis," kata Italia,yang ikut berdiri dan bersandar pada pagar. "Aku suka sekali warna biru," kata Italia sambil memejamkan mata dan menikmati angin semilir. Jerman memandang Italia,terpesona pada pemuda yang ada di depannya. Satu-satunya pemuda yang mampu membuat orang lain mengikuti ritme yang diciptakan hanya olehnya. Satu-satunya orang yang bisa membuat Jerman merasakan kembali perasaan yang sudah lama terpendam. "Begitu ya," kata Jerman. Italia mengangguk dengan bersemangat. Kemudian ia menguap dan menggeliatkan tubuhnya seperti kucing. "Ve~Kurasa aku akan tidur cepat malam ini," gumam Italia,"Aku merasa capek,"
Jerman mengangguk. "Mungkin aku akan tidur lebih cepat juga,kalau begitu. Lagipula,kita memang butuh istirahat." Kata Jerman menyetujui. Italia melompat dan memeluk Jerman. "Ve~bolehkah aku tidur bersamamu? Ya? Ya? Ya? Ya? Ya? Ya? Ya?" Tanya Italia,masih bergantung di leher Jerman. "Tidak!" Jerman berkutat melepaskan diri dari cengkraman Italia. Jerman sudah bersiap-siap untuk serangan tambahan, tapi ternyata Italia hanya melepaskan Jerman dan menundukkan kepala dengan kecewa. "Ve~baiklah kalau begitu." Kata Italia lesu dan ia berjalan kedalam rumah. Jerman memandang punggung Italia dan merasa sedikit bersalah. Mereka sudah sering tidur bersama (lebih tepatnya,sih,Italia yang menyelinap masuk ke selimut Jerman) dan Jerman tidak merasa terbebani dengan hal itu. Lalu kenapa ia menolak ajakan Italia untuk tidur bersama? Maksudnya sebagai teman. Walaupun didalam hati Jerman yang terdalam ia memang mengharapkan mereka bisa tidur bersama sebagai-yah,kita sebut saja pasangan.
Jerman menggelengkan kepala,seakan berusaha menarik kembali kewarasan yang mulai meninggalkan tubuhnya. Gini deh kalau suka sama orang yang mabok pasta.
Kemudian Jerman memutuskan untuk mandi dan bergabung dengan teman-temannya di makan malam.
Selesai makan malam yang anehnya minus keributan Italia, Jerman kembali ke kamarnya dengan perasaan campur aduk. Italia tidak mengatakan sepatah kata pun kepadanya sejak sore tadi. Italia juga terlihat sedikit pucat,pikir Jerman khawatir. Apakah ia harus mengecek Italia? Atau sebaiknya ia menunggu Italia menyelinap seperti biasa? Akhirnya Jerman menunggu Italia sampai pukul 11 malam. Italia tidak kunjung tiba dan Jerman tidak bisa tidur memikirkan Italia. Pukul 11 lewat 15,Jerman berjalan menuju kamar Italia. Tok tok. Jerman mengetuk dua kali,tapi tidak ada jawaban. Jerman menarik nafas dalam-dalam dan membuka pintu kamar Italia yang ternyata tidak dikunci. Aneh sekali,pikir Jerman. Ia segera mendekati tempat tidur Italia dan terlihatlah olehnya tubuh seorang pemuda berambut coklat yang ternyata tidak tidur. "Italia?" Tanya Jerman membuat Italia menoleh dengan kaget. "Lu-ludwig? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Italia tergagap. Jerman menghela nafas. "Aku-aku hanya tidak bisa tidur," jawab Jerman sekenanya. Italia mengangguk. "Aku juga. Kalau aku tidak tidur denganmu,aku tidak akan bisa tidur." Kata Italia dengan polos,membuat wajah Jerman memerah. Tidak seperti kepiting rebus,tapi cukup mendekati tomat. "Ve~wajahmu merah,Ludwig. Manis sekali~" Italia tertawa lepas. Jerman menutupi wajah dengan punggung tangan kirinya dan menjitak Italia dengan tangan kanannya. "I-ini gara-gara aku kepanasan," kata Jerman. "Benarkah? Padahal ac-nya sudah paling dingin lho," kata Italia. Jerman menyambar remote ac dari meja di sebelah tempat tidur Italia dan menaikkan suhunya agar tidak terlalu dingin. "Nanti kau sakit," kata Jerman acuh ketika ia menatap wajah Italia yang menatapnya dengan pandangan bertanya. Italia menggerakkan kakinya yang tertutup selimut dengan gelisah. "Apakah setelah ini kau akan kembali ke kamarmu?" Tanya Italia pelan. Jerman mengangguk. "Bo-boleh aku ikut?" Tanya Italia lagi. Jerman menatap wajah Italia yang memerah selama beberapa saat,berpikir. Kemudian ia mengangguk. Italia langsung melompat dari tempat tidurnya dan mengikuti Jerman kembali ke kamarnya. "Ve~Jerman memang temanku yang terbaik!" Jerit Italia senang ketika mereka sudah sampai di kamar Jerman dan Jerman menutup pintu di belakangnya sementara Italia melompat ke tempat tidurnya. "Ayo naik,Jerman," kata Italia setelah ia berada dalam posisi yang menurutnya nyaman. Jerman menaiki tempat tidur dan menarik selimut itu sampai ke dadanya yang bidang. Secara otomatis Italia langsung memeluk Jerman. Jerman,yang tangannya terpaksa berada di punggung Italia karena posisi mereka,mendorong Italia menjauh dengan setengah hati. Tapi Italia mempererat pelukannya. Wajah Italia ada di leher Jerman sekarang. "Hangat," gumam Italia. Jerman (walaupun malu) mempererat dekapan tangannya di punggung Italia dengan posesif,seakan-akan lima menit lagi akan ada pasukan sekutu yang menarik Italia pergi darinya. Ia membenamkan wajahnya di rambut Italia. "Selamat tidur,Jerman," kata Italia dengan mengantuk. Jerman mengangguk,tak sanggup bicara karena nafas Italia baru saja mengenai lehernya dan memberinya sensasi berbeda. Tiba-tiba Italia bangun dan menoleh pada Jerman yang balas menatapnya dengan heran. "Hampir saja aku lupa," kata Italia,kemudian ia maju untuk mencium bibir Jerman. Jerman mulanya kaget. Tapi beberapa saat kemudian mereka saling berciuman dengan lembut. Posisi Jerman berada di atas tubuh Italia. Lidah Jerman menjilat pelan bibir Italia,meminta masuk. Italia mendesah dan membuka mulutnya. Ciuman itu menjadi bernafsu. Lidah Jerman menjelajahi rongga mulut Italia. Italia mengalungkan tangannya ke leher Jerman dan menciumnya kembali dengan penuh semangat,tapi ia tidak bisa mendominasi Jerman,jadi ia membiarkan laki-laki itu menguasai mulutnya. Sedangkan ia hanya bisa mengerang dengan nikmat."Ngh..mmm..mmh!" Italia terasa seperti pasta,dengan sedikit keju terbaik dan sebuah rasa lain yang luar biasa,sebuah rasa yang hanya dimiliki oleh Italia dan sesuatu yang dengan mudah membuat Jerman kecanduan. Jerman tidak mengira pemuda itu terasa begitu manis dan sensual,dari cara Italia menggesekkan lidahnya dengan lidah Jerman dan tubuh Italia yang mulai menempelkan diri ke tubuh Jerman,membuat Jerman pusing dengan nafsu yang perlahan menguasai otaknya. Rasanya semua darah mengalir ke selangkangannya.
Italia tidak melepaskan mulut Jerman. Jerman terasa seperti sake yang tadi ia minum saat makan malam,tapi Jerman jauh lebih manis dan enak,pikir Italia. Beberapa menit kemudian,mereka melepaskan diri karena kebutuhan untuk bernafas,saling menatap satu sama lain. "Apa itu tadi?" Tanya Jerman. "Ciuman selamat malam,tapi aku tidak menyangka akan jadi seperti itu. Aku merasa aneh," kata Italia pelan. "Maaf," gumam Jerman. Italia menggeleng,"aku suka kalau Ludwig menciumku," kata Italia,"Rasanya..nyaman," kata Italia malu-malu. Jerman terpana. Mungkinkah Italia memiliki perasaan yang sama dengannya? Tidak ada kata-kata pengungkapan,tapi dari tatapan mata,Jerman mengerti semuanya. Bukan cuma keingingan untuk seks,tapi mata Italia menunjukkan sesuatu yang tidak pernah Jerman lihat sebelumnya. Cinta.
Jerman mengacak rambut Italia dan menarik selimutnya menutupi tubuh mereka berdua. Mereka berbaring dengan mengantuk,saling mengagumi satu sama lain. Kemudian Italia bernyanyi pelan sebelum ia tertidur.
Baby, baby blue eyes
Stay with me by my side
Till the morning
Through the night
Oh baby, stand here holding my sides
Close your baby blue eyes
Every moment feels right
And I may feel like a fool
But I'm the only one dancing with you
Jerman mengawasi pemuda yang kini tertidur dalam pelukannya. Si bodoh yang merepotkan,pikir Jerman. Tapi ia hanya milikku,pikir Jerman lagi. Kemudian Jerman mempererat pelukannya,membuat Italia bergumam kecil,'Ludwig,' dan Jerman ikut tertidur bersama Italia,si bodoh yang tidak berguna.
Tapi Italia adalah si bodoh milik Jerman.
