Desclaimer
Naruto © Masashi Kishimoto
A Choice © Misa Miyano
Rate : T
Genre : Romance/friendship *borong semua*
Pair : GaaMatsu, GaaSaku
Based on the true story (my experience when I was a Student of Junior High School)
Warning : Abalness, GaJeness, OOCness
Don't like Don't read
Halo… Saya bikin fic lagi nih dan ini adalah fic abal kedua saya, dan GaJenya melebihi fic yang pertama. Huhu… Saya masih amatir jadi mohon dimaklumi. RnR dibutuhkan sekali ^^
~A C H O I C E~
CHAPTER I
Konoha Junior High School 07:00 AM
Teet... Teet... Teet...
Bel sekolah berbunyi tanda para siswa/i harus masuk ke kelas masing-masing dan memulai kegiatan belajar mengajar. Gadis itu berlari secepat yang ia bisa untuk mencapai gerbang sekolah yang akan ditutup oleh satpam. Terus dan terus berlari, sekarang jaraknya dengan gerbang sekolah hanya tinggal beberapa meter lagi. Si satpam yang menjaga gerbang pun melambau-lambaikan tangannya pertanda agar mereka segera cepat masuk.
"Sakura... Sakura... tunggu aku!" sayup-sayup terdengar oleh gadis itu suara yang ia kenal memanggilnya.
Gadis yang dipanggil itu menoleh. Dapat dilihatnya seorang gadis yang sebaya dengannya sedang berlari-lari kecil kearahnya.
'Sial, dia lagi!' dengus Sakura. Tanpa mempedulikan gadis tadi, Sakura terus berjalan dengan langkah agak dipercepat menuju kelasnya.
"Sakura, tunggu... Kita masuk kelas sama-sama!" ujar gadis tadi setengah berteriak.
Sakura pura-pura tidak mendengar dengan tampang innocent-nya.
"Kau, aku pangil-panggil tapi tidak mendengar!, tega sekali," akhirnya gadis tadi manyamakan langkahnya dengan Sakura dan menggerutu pada Sakura dengan mulut mengkerucut *baca : manyun*
Sakura kaget saat melihat gadis tadi ada di sebelahnya.
"Eh, maaf. Aku tadi buru-buru," jawab Sakura sekenanya.
"Tak ada salahnya, kan. Kau menungguku sebentar," gadis tadi protes lagi.
"Ya, lain kali aku akan menunggumu," jawab Sakura sambil mendahului Matsuri.
"Kenapa dia," Matsuri bingung
Kelas IX-A begitu gaduh, bisa dilihat guru yang seharusnya mengisi jam pelajaran hari ini tidak hadir karena ada suatu kepentingan katanya.
"Sakura, kau tadi terlambat. Kenapa?" teman sebangku Sakura, yang rambutnya dikuncir kuda bertanya.
"Tadi kak Sasori bangun terlambat, jadi tidak bisa mengantarku. Akhirnya aku jalan kaki dan-" penjelasan Sakura terputus.
"Dan kau harus terlmabat masuk kelas bersama-sama dengan Matsuri. Ya kan?" Ino menggoda Sakura.
"Huh, ya benar," keluh Sakura.
"Sebegitu besarkah rasa bencimu pada Matsuri?"
"Aku sangat membencinya. Huh, gadis norak itu… Entah kenapa tingkahnya selalu membuat aku muak,"
"Hahaha..," Ino tertawa
"Kenapa? Apa salah? Kau sendiri membencinya kan?"
"Ya, memang aku membencinnya. Tapi-,"
"Ah, sudahlah. Jangan bahas itu lagi," Sakura memotong perkataan Ino.
Ino yang sudah mengerti tingkah sahabatnya ini pun diam.
Hujan turun sore itu, saat siswa/i Konoha Junior High School pulang menuju rumah masing-masing. Sebagian dari mereka ada yang sedang meneduh, ada juga yang hujan-hujanan bersama teman-teman mereka, beberapa juga ada yang dijemput.
Sakura kini sedang berteduh di sebuah toko roti dekat sekolahnya. Jari manisnya memijit-mijit tombol yang tertera pada ponselnya. Memasukan sebuah nomor telepon, lalu membuat panggilan. Panggilan tersambung.
"Halo, kak Sasori? kau dimana? Bisakah kau jemput aku sekarang?" ujar Sakura to the point pada orang yang ada diujung telepon.
"Eh, maaf Sakura. Kakak tidak bisa, sekarang Kakak ada acara di kampus," jawab Sasori.
"Tapi ini hujan!" Sakura marah.
"Maaf," tuut—telefon terputus.
"Argh, sial! Seandainya Ino tidak pulang bersama Sai. Aku kan bisa pulang sama dia," gerutu Sakura.
Setelah beberapa lama menunggu Akhirnya, hujan mulai mereda. Sakura yang dari tadi berdiri mematung didepan toko roti itu menengadah ke langit. 'Ah, sudah reda ternyata,' katanya dalam hati.
Sakura pun mulai menyusuri jalanan menuju rumahnnya, jalannya agak melompat-lompat menghindari genangan air hujan.
"Hampir sampai," gumamnya.
Sakura mempercepat langkahnya, ia sudah tidak sabar ingin sampai kerumah. Duduk dekat perapian sambil menonton TV dan meminum cokelat hangat pasti enak di saat udara dingin seperti ini. Wajahnya berseri-seri membayangkan hal itu.
Sebuah genangan air yang cukup besar menghalangi langkah Sakura. Jika dia hanya berjalan melewatinya, maka sepatunya akan kotor terkena air hujan yang kecokelatan bercampur tanah itu. Jika harus melompat, maka dibutuhkan lompatan yang cukup jauh agar tidak terkena air itu. Sakura meletakkan telunjuknya di dagu. 'Ah, aku lompat saja' gumamnya dalam hati.
Dari arah yang berlawanan dengan Sakura, terlihatlah seorang pemuda berambut merah sedang menyusuri jalan. Dengan headphone menggantung ditelinga ia berjalan dengan santainya.
"Hap... Aduh..," Sakura berhasil melompat, tetapi naas dia menabrak Seorang pemuda yang ada dihadapannya. Jidat lebarnya berbenturan dengan dagu pemuda yang ia tabrak.
"Aww..," pemuda tadi meringis sambil memegangi dagunya.
Benturan antara dua anak remaja itu memang cukup keras, sehingga membuat Sakura kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh jika tidak ditolong oleh pemuda yang ia tabrak tadi.
Sakura memejamkan matanya, ia sudah pasrah jika nanti ia jatuh ia akan pulang dengan seragam kotor dan kepala benjol. Tetapi benturan antara kepalanya dengan aspal belum juga terjadi, ia pun membuka matanya. Didapatinya seorang pemuda dengan rambut merah yang sudah tidak asing sedang ada dihadapannya. Tangan pemuda itu menahan pinggul dan memegang tangan Sakura agar tidak terjatuh. Mata sakura terbelalak, saat ia sadar siapa pemuda itu.
"Eh, maaf," ujar sakura sambil melepaskan genggaman tangan pemuda tadi di pinggul dan tangannya. Semburat warna merah mewarnai pipinya sekarang.
"Oh.. eh,, iya," pemuda tadi melepaskan pegangannya, terlihat dengan jelas bahwa pemuda tadi salah tingkah.
"Terimakasih sudah menolongku, Gaara. Dan maaf aku sudah menabrakmu," tutur Sakura dengan wajah menunduk dan menyembunyikan wajahnya yang memerah itu. Sakura tidak mampu memandang wajah dan sepasang mata jade Gaara entah karena rasa suka atau malu.
"Hn," ujar Gaara sambil berlalu meninggalkan Sakura.
Sakura mengangkat wajahnya, dan melihat Gaara sudah berlalu.
"Ah, dia berbeda sekali sekarang. Dulu dia sangat ramah padaku," gumam Sakura setengah berbisik.
"Hey, disini," teriak Matsuri pada seseorang di seberangnya. Yang dipanggil hanya tersenyum lalu menghampiri Matsuri.
Pemuda itu sekarang sudah duduk di samping Matsuri.
"Ada apa kau mengajakku datang ke taman disaat seperti ini, Matsuri?" tanya orang tadi.
"Kak Gaara kok judes gitu, sama aku. Aku kan pacar kamu," gerutu Matsuri sambil mengerucutkan bibirnya pada orang yang ia panggil kak Gaara itu.
"Kau lucu, saat cemberut begitu," ujar Gaara sambil mencubit pipi Matsuri.
"Sakit tahu," ujar Matsuri sambil mengelus-ngelus pipinya.
-Hening-.
Matsuri dan Gaara memang belum kenal lama, hanya baru beberapa minggu saja mereka berteman. tidak heran, mereka belum terlalu banyak bicara satu sama lain. Mereka dipertemukan lewat sebuah kecelakaan. Matsuri yang sedang belajar mengendarai motor, tertabrak oleh mobil yang dikendarai Gaara. Dari situlah pertama mereka bertemu, hingga akhirnya entah kenapa Gaara menyatakan 'cinta' pada Matsuri. *ingin kisah selengkapnya? tanya sama author*
"Ini pertemuan pertama kita setelah kau bersedia jadi pacarku," celetuk Gaara membuyarkan suasana.
"Eh, iya," jawab Matsuri malu-malu.
"Aku benar-benar tidak menyangka, insiden dulu bisa membuat kita sedekat ini,"
"Ini takdir, Kak. Takdir bisa berbuat apa saja, mendekatkan orang, menjauhkan orang, bahkan memisahkan orang pun bisa," jelas Matsuri.
"Hn,"
"Kakak tinggal dimana? Aku belum tahu meskipun kita sudah pacaran. hehe," Matsuri bertanya pada Gaara yang sedang mematikan i-podnya
"Aku tinggal di sebuah perumahan di desa Konoha," jawab Gaara sambil tersenyum tipis.
"hah? dari Konoha?" Matsuri kaget.
"Kenapa?" Gaara bingung.
"Aku sering kesana untuk mengunjungi teman. Di perumahan apa kakak tinggal?"
"Di kompleks perumahan milik keluarga Namikaze," tutur Gaara.
"Kakak kenal Sakura? dia temanku, dia juga tinggal disitu,"
"..."
Gaara terhentak, dia kaget. 'Sakura' gadis tadi yang menabraknya saat akan pergi ke taman ini. Dan Matsuri adalah temannya.
"Kakak kenapa?" Matsuri mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Gaara yang sedang melamun.
"Eh, ng.. Tadi kau tanya apa?" ujar Gaara yang terbangun dari lamunannya.
"Aku tanya apa kau kenal Sakura?, itu loh gadis yang berambut pink," Matsuri menjelaskan.
"Oh, dia. Aku kenal, dia tetanggaku," jawab Gaara
"Dan juga sahabat kecilku," suarannya nyaris tak terdengar Matsuri.
"Tetangga, ya,"
'Bagus lah. Jadi aku bisa menyuruh Sakura untuk mengawasi dia' inner Matsuri bergumam.
"Sakura itu, teman sekelasmu?" tanya Gaara
"Ya, betul sekali,"
"Kau akrab dengannya?"
"Bisa dibilang, iya,"
"Oh," Gaara hanya ber oh ria
"Kakak sendiri?"
"Dulu, kami sangat dekat. Tetapi, semenjak aku lulus SD dan masuk SMP kami lost contact hingga sekarang," jelas Gaara
"Lalu?"
"Sekarang kami seperti orang yang tidak pernah saling mengenal sama sekali," ujar Gaara.
'Padahal aku ingin sekali seperti dulu,' gumamnya dalam hati sambil tersenyum miris
"itsuwari" "osore" "kyoshoku" "urei" samazama na negatibu ni
Torawareru hodo yowaku wa nai kodoku mo shiranu trickster *
Ponsel Matsuri berdering. Gaara menoleh. Terlihat dari layar ponselnya 'Papa' memanggil.
Matsuri pun mengangkat telepon
"Halo, Pa?" sapa matsuri pada orang diujung telepon.
"Aku... Aku sedang di rumah teman," tutur Matsuri sambil mengedipkan Mata pada Gaara.
Gaara mengangkat bahunya.
"Iya, iya.. aku pulang sekarang," nada bicara Matsuri berubah menjadi ketus.
Pip. Telepon dimatikan Matsuri.
"Siapa?" tanya Gaara.
"Huh, Papa menelfon. Dia bilang, aku harus cepat pulang. Hari sudah sore," tutur Matsuri.
"Lalu, kenapa kau berbohong pada ayahmu. Kau bilang sedang ada dirumah teman, nyatanya kau bersamaku kan disini?" Gaara agak kecewa pada Matsuri.
"Kak, jika aku bilang pada Papa kalau aku ada disini bersama seorang pemuda bernama Sabaku No Gaara, dia pasti akan menghukumku," Jelas Matsuri.
"Jadi kau-,"
Cup..
Belum sempat Gaara berbicara panjang lebar Matsuri sudah mengecup pipi Gaara dan berlalu sambil melambaikan tangan pada Gaara.
"Dua hari lagi, kita bertemu lagi disini ya kak!," Teriak Matsuri.
"Hn," Gaara hanya tersenyum sambil memegangi bekas kecupan Matsuri.
Langit berwarna biru kini berubah menjadi orange kekuning-kuningan. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat mempersilahkan sang malam mengambil alih dunia.
Sakura sedang duduk di halaman rumahnya, mengamati detik-detik matahari tenggelam. Tangannya menggenggam sebuah mug keramik berwarna biru dengan isi cokelat panas yang asapnya masih mengepul. Sesekali ia menyeruput cokelat panas itu.
Tatapan matanya lurus kedepan, melihat kendaraan dan orang-orang berlalu-lalang. Memang tidak terlalu ramai jika sore-sore seperti ini.
Namun tatapannya tertuju pada seorang pemuda berambut merah dan berkemeja putih *indonesia banget yak* dengan celana panjang hitam berjalan melewati rumahnya 'itu Gaara' gumam Sakura dalam hati.
Set-
Pemuda tadi langsung menoleh kearah rumah Sakura. Dan otomatis mata mereka bertemu, saling berpandangan. Deg—jantung Sakura berdetak cepat karena kaget. Langsung saja ia mengalihkan pandangan sambil menyeruput cokelat panasnya. Pemuda di seberang pun sama, acuh tak acuh ia kembali berjalan.
Dalam hati mereka bergumam bersamaan 'dia lagi'...
Konoha Junior high school 09:30 AM
Sakura, Ino, Tenten, Tayuya, Matsuri, Karin dan Hinata sedang berada di kantin sekarang. Mereka duduk semeja. Meja panjang berwarna cokelat yang dilapisi oleh plastik tebal berwarna biru yanng agak berminyak dan lengket.
Sesekali, tawa-tawa kecil terdengar dari arah mereka duduk. Pagi yang begitu menyenangkan bagi Sakura dan Teman-temannya. Tiba-tiba disela-sela candaan mereka itu, Matsuri bertanya pada sakura.
"Sakura, apa kau kenal Gaara?"
Semua orang di meja itu langsung berhenti tertawa saat Matsuri berbicara.
"Gaara ya? Aku kenal, dia tetanggaku," jawab Sakura.
"Bagus lah, jadi aku bisa mengawasi Gaara lewat kamu ya, Sakura!" Matsuri berseri-seri.
Semua yang ada di meja itu saling berpandangan, mereka tidak mengerti maksud matsuri apa.
"Maksudmu?" tanya Sakura heran
"Aku kan pacarnya," jelas matsuri.
Deg—jantung Sakura seakan berhenti mendengar hal itu. Ia merasa langit rubuh diatas kepalanya. Ia kaget, marah, sakit hati, dan semua perasaan bercampur aduk. Yang benar saja? Pemuda seperti dia, yang sangat ia sayang selama ini jatuh ke tangan seorang gadis yang sangat Sakura benci.
~TUBERKULOSIS~
Huh, saya kembali lagi membawakan sebuah fic gaje... hahaha, ini adalah pengalaman saya loh... *sapa yang nanya woy*. Eh, ini baru permulaan jadi belum semua saya beberkan disini ^^
Setelah saya baca ulang, ternyata ancur banget... kenapa? Karena fic ini dadakan. Ide ini tiba-tiba muncul di otak saya saat saya bertemu dengan orang yang saya jadikan Gaara dalam fic ini.
Ok, see you next time. AND DON'T FORGET REVIEW
