[A/N]: Ntah kenapa aku lagi pingin nulis, tapi gamau dengan tema berat. Sesuatu yang ringan tapi tetap ada plotnya hehe. Semenjak kuliah aku merasa kehilangan banyak inspirasi dalam menulis. Aku jarang banget berinteraksi dengan orang, jarang melibatkan perasaan dalam segala kegiatanku. Sedangkan, terkadang aku butuh inspirasi dari kehidupan nyata. Jadi, inilah hasilnya. Kkk~

Aku juga posting cerita ini di blog aku karena aku gapunya wattpad hiks. Anyway, disini adakah yang gabung di gc hyungseob di line? Kk, mungkin aku kenal kalian. Komentar di kolom komen ya~ (Sekalian tebak aku siapa!)


(Trainees belong to God, their families, their ent, and their fans. Me just own this story line.)

(Boy x Boy, you might hate it)

Unexpected Fate

1.

Hari ini aku memasuki kelas dengan muka suntuk karena menyelesaikan presentasi OSIS semalaman. Aku sudah berencana untuk melewatkan kelas hari ini, berusaha mengelabui eommaku dengan menaruh air hangat di keningku -dan sialnya gagal. Mau tak mau aku harus tetap masuk setelah dihadiahi satu tendangan oleh eomma.

"Hoaam…"

Aku menurunkan hoodieku agar dapat menutupi kepalaku lalu menelungkupkannya ke meja. Tidur 5 menit sebelum kelas mungkin akan sedikit membantu.

"Jin, bangun. Songsaenim sudah masuk." Suara seseorang memasuki pendengaranku, kuangkat kepalaku dan melihat siapa yang membangunkanku.

"Thanks Mark." Ucapku kepada Mark, teman sekelasku. Ia hanya menganggukkan kepalanya dan memposisikan dirinya di bangku depanku. Aku menatap ponselku, baru juga 3 menit.

"Selamat pagi anak-anak." Suara Yoo Songsaenim memasuki pendengaranku. Di belakangnya terlihat seorang anak bersembunyi malu-malu. Mungkin anak baru, pikirku.

Lucu

"Jadi sebelum kelas ini dimulai, saya akan memperkenalkan teman baru kalian," Yoo Songsaenim memundurkan badannya, "nah silahkan nak."

"Eum.. Hai teman-teman." Ujarnya dengan kikuk, aku hanya dapat tersenyum menatapnya. "Ahn Hyungseob imnida. Panggil saja Seobbie."

"Sudah?" Tanya Yoo Songsaenim, Ia menjawab dengan anggukan. "Baiklah, kamu bisa duduk disebelah Park Woojin." Lanjut Yoo Songsaenim. Ntah kenapa sinar mata yang tadi kulihat redup berubah berbinar.

"Woojin-ssi, bisakah kamu angkat tanganmu?" Aku mengangkat tanganku. Hyungseob langsung terlihat meloncat kegirangan.

"JODOHKU"


"Hoi, kenapa mukamu kusut gitu." Sepupuku, Jihoon, terlihat menghampiriku di lapangan indoor basket. Aku terus-terusan men-shoot bola tanpa berusaha untuk memasukkannya.

Ingatanku beralih pada kejadian tadi pagi. Setelah jeritan anak baru yang mengagetkan satu kelas, hidupku langsung berubah 180 derajat. Ditatap sepanjang jam pelajaran, diikuti ke toilet, bahkan disentuh sana sini setiap kulitku mengeluarkan keringat (maksudku dibersihkan dengan tisu). Membuat seluruh mata tertuju pada kami. Karena aku merasa muak, aku melarikan diri ke lapangan basket sekolahku ini.

Aku hanya menghela nafas lalu memberhentikan pantulan bola basketku. Menatap lelah ke arah sepupu.

"Wow, aku terkejut." Jihoon melempar botol air isotonik ke arahku. "Seumur-umur kau hanya akan menghela nafas saat nilai ujianmu menurun, atau saat kau gagal di kompetisi dance. Ada apa bung?" Ia menepuk punggungku dengan khawatir. Aku menimbang-nimbang. Haruskah aku menceritakan hal ini padanya atau tidak.

"WOOJIN~~~" Terdengar teriakan seseorang di ujung pintu ruangan ini. SHIT, bocah itu lagi.

"Jihoon jika kau tidak ingin ikut aku lari tolong tahan bocah itu sebentar saja. Nanti akan kuceritakan. Aku mau kabur dulu." Ujarku cepat-cepat kepada sepupuku itu. Jihoon terlihat heran akan tingkahku tapi aku tidak peduli.

"Woojin kau mau kemana? Aku sudah mencari kamu seharian ini." Belum sempat aku berlari bocah itu sudah berdiri didepanku.

"Igeo." Ia menyodorkan satu paperbag. Aku menatapnya heran.

"Itu makan siang untukmu, tenang saja aku tidak menyelipkan racun disitu. Aku keluar dulu, jodohku. Dadah~" Jelas Hyungseob menjawab pertanyaanku. Setelah itu dia berlari-lari centil keluar dari ruangan ini.

"Well, kau memang harus menjelaskannya bung." Tepukan Jihoon menyadarkanku. Double shit, masih ada dia di ruangan ini.

Aku mengerutkan alisku sebal. Seungwoo Hyung dan Daniel Hyung mentertawakanku. Euiwoong juga terbahak-bahak sampai memukul punggung Jihoon. Jinyoung yang biasanya hanya diam juga terkekeh panjang. Jangan tanyakan kemana Daehwi pergi, dia kalau sudah terlalu banyak tertawa biasanya pasti kebelet pipis.

"Sialan. Tahu begini aku ngga usah cerita." Aku mengacak-acak rambutku kesal. Untung teman, kalau bukan sudah ku tendang makhluk kebanggaan mereka.

"Walaupun kau kesal kotak makananmu itu sudah kosong." Jinyoung menunjuk ke arah kotak bekalku. Teman-temanku yang tadi sudah reda memulai kembali paduan suara tawa mereka.

Sebenarnya disamping sifat anehnya, aku senang-senang saja. Dia menggemaskan, terlihat ramah dan ceria, bahkan dia bisa tahu makanan kesukaanku. Namun, dengan sifat tertutupku, aku sangat jelas tidak suka tingkahnya yang bahkan dapat menarik perhatian satu angkatan. Tidak untuk hal itu.

"Ya, kita lihat sampai berapa lama Hyung kita ini dapat menahan perasaan yang berkecamuk itu. Menurutku, dia itu lucu kok." Ujar Daehwi yang sudah kembali dari toilet.

"Emang kau tahu mukanya?" Tanya Jihoon heran.

"Tahu dongg, dia itu tetanggaku dari kecil."

"SERIOUSLY?" Tanya Euiwoong heboh. Daehwi menganggukkan kepalanya. "Memang. Tapi selain itu, kalian mau tahu cerita unik tentang dia?"

"Gausah, dia bukan unik tapi aneh." Aku berujar sinis. Mereka tertawa-tawa lagi.

"Eh, tapi aku penasaran loh," ujar Seungwoo Hyung. "Ceritain dooong," yang lain menganggukkan kepala mereka. Daehwi pun berdehem dan memulai pose andalannya sebelum bercerita.

"Sebenarnya ini lebih mirip sebuah peringatan untuk Woojin Hyung. Oke, hyung tolong kontrol ekspresi ketakutanmu itu.

Jadi jika kalian penasaran tentang sifat Hyungseob, dia memang begitu adanya. Aku mengenal dia saat aku naik kelas 3 SD. Ia adalah anak pindahan di rumah seberangku yang sudah kosong selama satu tahun. Waktu itu ia menghampiri rumahku dengan puding mangga dan giginya yang masih bolong-bolong. Saat itu aku yang membukakan pintu rumah. Ia langsung berbinar dan mencium-cium pipiku, wah pokoknya sangat mengejutkan deh."

"Maksudnya dia terlewat ramah gitu?" Daniel Hyung buka suara.

"Bisa di bilang begitu. Awalnya aku sempat menghindarinya, maksudku, siapa gitu yang nyaman tiba-tiba di peluk dan di cium orang yang tidak di kenal. Namun, lama-lama aku luluh juga kepadanya. Kalian ingat ceritaku tentang penculikkanku saat aku kelas 1 SMP yang digagalkan oleh seorang malaikat?"

Kami menganggukkan kepala kami. "Malaikat itu dia gitu?" Tanyaku.

"Tepat sekali, Hyungseob hyung itu entah kenapa selalu bisa datang di saat-saat aku membutuhkannya. Itu baru satu contoh. Dulu dia kadang datang saat aku selesai sekolah hanya untuk memberikan salah satu payungnya untukku dan kami berjalan bersama ke rumah dibawah hujan. Lalu mengantarkan kotak makan saat aku ada kegiatan ekskul dan aku lupa bawa bekal. Pokoknya macam-macam deh."

"Malaikat penyelamat gitu?" Tanyaku lagi. Daehwi menganggukkan kepalanya.

"Tapi kalau sudah seintens itu. Kok dia tidak terlihat ingin menghampirimu ya?" Nah ini, aku sepemikiran dengan Daniel Hyung.

"Hm…. Mungkin karena sedari kecil aku sering menjauhinya dia dan semakin besar dia semakin menyadari bahwa aku kurang nyaman dengan sifat aslinya. Jadi dia menjaga sikapnya kepadaku. Kalau boleh jujur sih aku ingin dekat dengannya, bahkan aku sering meminta maaf atas sikapku dulu. Namun, ntah kenapa dia tetap seperti itu kepadaku dan hubungan kita berjalan awkward seperti biasanya. Jadi kubiarkan saja, toh dia masih perhatian banget sama aku dan tak sungkan membantuku."

Kami mengangguk-anggukkan kepala. Tak menyadari bahwa pembicaraan kami hanya berputar di sekitar Hyungseob.

"Fyi, dia itu setiap tahun pindah sekolah. Bahkan bisa sampai ke provinsi lain. Ntah apa alasannya. Aku penasaran apa sekolah ini menjadi sekolah terakhir dia atau tidak."


Aku memperhatikan pelajaran di kelas. Satu hal yang membuatku nyaman dengan Hyungseob dia belum pernah mengganggu saat sedang mata pelajaran. Paling hanya menatapku tanpa henti. Selain itu aku masih dapat fokus menyelami isi pemikiranku mengenai pembicaraan aku dengan gengku di kantin. Ah, makin dipikir makin bikin bingung.

"Igeo." Hyungseob menyodorkan satu bungkus permen mint -kesukaanku. "Mukamu terlihat suntuk dan banyak pikiran. Lupakan sejenak dan makan ini. Songsaenim tidak akan memperhatikan."

Aku menatap heran ke arahnya. Emang dasar aneh, tadi pagi genit sekarang galak. Aku mengambil permen itu dan memakannya. Yah lumayan untuk menghilangkan penatku akan pelajaran.

Bocah ini membuatku penasaran. Ia terlihat cukup cerdas, tapi sikapnya ceroboh seperti orang bodoh. Dia juga cukup cerewet tapi ntah kenapa aku melihat banyak kepura-puraan dari dirinya. Ia cukup menarik atensiku walau tidak kutunjukkan

Bel sekolah berbunyi dengan nyaring. Menandakan akhir kegiatan sekolah. Hyungseob sudah rapi dengan tasnya, namun sebelum Ia keluar Ia memberikan sebuah plester luka.

Tepat sebelum aku bertanya, Hyungseob sudah keluar. Ah yasudahlah.

"Woojin Hyung! Daniel Hyung berkelahi lagi!" Teriak Euiwoong di depan kelasku.

-TBC-

udah dibenerin guys, maaf ya tadi formatnya gitu gatau kenapa hiks