Summary : Perjuangan yang sudah ditempuh mati-matian akhirnya runtuh hanya karena keegoisan dan salah paham biasa. Sebuah impian yang akhirnya dikalahkan karena rasa cemburu. Jatuh dan remuk, bersama kematian dan rasa bersalah yang terlambat.

Disclaimer : Riichiro Inagaki & Yusuke Murata

Rated : T

Warning : AU, OOC, typo #selalu, dan sinetron (nggak bisa ngomong apa-apa lagi)


Aku telah memberikan segalanya, tapi itu tidak cukup untuk membuatmu bertahan. Kau akhirnya runtuh dan terjatuh. Bukan karena penyakit yang menggerogotimu, tapi karena aku yang tidak ada disampingmu...

Tidak bisa memberimu semangat dalam hidupmu yang sembilan tahun kau perjuangkan untukku, tidak bisa memberimu kebahagianku yang harusnya bisa sedikit meringankan beban derita yang kau tanggung sendirian. Tidak bisa memelukmu erat saat kau benar-benar rapuh, tidak bisa berbicara denganmu saat kau butuh seseorang untuk menasehatimu, tidak berdiri bersamamu saat kau butuh rangkulan tangan yang dapat membuatmu berdiri tegak.

Sialan!

Aku meninggalkanmu sendirian saat kau merengkuh setengah mati menahan derita-derita itu...

Aku benci diriku dan segalanya yang pernah aku perbuat padamu. Membentakmu, menghindarimu, mengacuhkanmu, mengabaikanmu dan membuatmu sedih. Aku buta atas cemburuku, buta sesaat ini yang membuatku kehilanganmu selamanya.

Cinta sejati tidak akan pernah pudar, kecuali itu suatu kebohongan...

Aku merutuki diriku yang bodoh ini!

Kau tidak pernah berbohong padaku. Kau hanya menutupi kesakitanmu sendiri agar tidak merepotkan orang lain. Aku yang membohongi diriku sendiri. Menutupi rasa cemburu ini dengan sikap kekanak-kanakan.

Jika kau sangat mencintaiku, mengapa kau pergi? Kenapa kau tidak bisa memegang janjimu.

Apa karena aku terlambat?

Aku terlambat untuk… meraihmu?

Apa aku terlambat?

Terlambat untuk mengambil hatimu?

Tapi kau kekasihku!

Kau selalu bersamaku, selama sembilan tahun!

Tapi kenapa kau meninggalkanku?

Cih!

Sejuta kata tidak akan membawamu kembali, berapapun air mata yang aku keluarkan, atau sebanyak apapun darah dan goresan luka ditubuhku. Bahkan, jika ditukar dengan nyawaku, kau juga tidak akan bisa kembali.

Ketika kau pergi, aku kehilangan separuh dari diriku.

Senyumku, kebahagianku, semangatku...

Hidupku!

Saat kucoba pejamkan mata ini, aku merasa tangan yang lemah sedang memelukku erat, merasakan wangi vanilla menyeruak penciumanku, merasakan rambut aurburn panjang lembut yang menggelitik wajahku, merasakan kehangatan tubuhmu yang menempel erat ditubuhku..

Bahkan aku merasakan, bibir hangatmu yang menciumku lembut.

Apakah itu kau?

Apakah kau yang memelukku dan menciumku?

Keh! Apa ini khayalan? Apa aku sudah gila?

Bisakah kau mendengar tangisanku disana?

Bisakah kau dengar permintaanku dari jarak yang jauh ini? Permintaan agar kau tenang disana?

Apa doaku sampai ke hatimu?

Berdoa? Itu hanya untuk ibuku, dan kau.

Aku tidak meminta kau kembali, aku hanya ingin kau melihatku…

dari atas sana…

Anezaki Mamori…

.

.

.

To Be Countineud


Hana selalu iri dengan seseorang yang bisa membuat prolog yang bagus dan bikin penasaran. Liat aja prolog Hana, gaje dan sinetron banget gini.

Waktu buat fic ini, Hana benar-benar galau pol-polan. Nilai Matematika jelek, uang jajan hilang, dimarahin mama karena nggak mandi, dan mobil Hana diserodok badak mabok. Pulang-pulang malah merutuki nasib sambil nonton Titanic, menggila lah sudah. Hana langsung lari-lari gaje ke kamar, dan lahir lah fic ini.

Tapi Hana berharap, minna masih mau baca.

Jangan lupa reviews, fav atau follow ya?

Makasih atas waktunya!

Sampai jumpa…