Mafia Jung, I LOVE YOU!
.
Annyeounghaseyo, kimmy datang~ (muncul dari dalem roti isi Changmin)
Apa kabar semuanya? Masih semangat tahun baru? Harus dong!
Selamat Tahun baru, ne! ! *udah telat*
Semoga di tahun baru ini, segala sesuatunya bisa menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Selamat tahun baru 2014! ! ! *dibilangin udah telat*
Aku bawa FF baru dong, karena semua utang FFku yang sebelumnya udah lunas. Terimakasih atas respon baik yang aku terima. Aku harap di tahun baru ini (eaaa.. masih aje) readers makin banyak yang sadar dan menghargai kerja keras penulis. Tolong hargai kerja keras penulis, hanya dengan cara memberi review saja sudah cukup, kolomnya sudah disediakan, di bawah. Hehehe.. Thank you~
Enjoy reading~
.
.
.
(Kim's Mansion)
Seorang pelayan wanita berusia senja terlihat baru saja keluar dari kamar megah seorang namja cantik yang sudah di urusnya sejak masih bayi, Tuan Muda yang sangat disayanginya dan dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri, Kim Jaejoong. Di tangannya ia membawa nampan lengkap dengan makanan yang tidak di sentuh oleh tuan mudanya, dengan langkah lesu Lee Ahjumma kembali ke dapur.
"Anak keras kepala itu masih belum mau makan?"
Ahjumma tua itu mengangguk singkat, ia malas menanggapi pertanyaan pria paruh baya itu, pria yang sejak satu minggu lalu menjadi majikan di rumah keluarga Kim. Perasaanya mengatakan ada niat tidak baik dibalik kedatangan pria itu ke rumah keluarga Kim.
Kim Young Min, paman dari Kim Jaejoong, adik angkat dari Kim Tae Jun, Appa Jaejoong. Satu minggu yang lalu kedua orang tua Jaejoong meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil. Sebuah kecelakaan yang sangat mendadak dan tidak terduga. Nyawa keduanya tidak bisa diselamatkan, Limousine naas itu masuk jurang dan meledak bersamaan dengan lenyapnya nyawa kedua orang tua Jaejoong dan supir pribadi mereka.
Sejak kejadian itu, Kim Young Min masuk ke rumah keluarga Kim, berperan seperti layaknya seorang tuan besar, dan mengambil alih kekuasaan di rumah megah itu. Bukan hanya itu, seluruh perusahaan dan asset Kim Corporation telah berada di bawah kendalinya, meskipun kepemilikan semua harta kekayaan itu tetap atas nama Kim Jaejoong, putra tunggal keluarga Kim.
Sedangkan namja cantik yang kita ketahui bernama Kim Jaejoong itu, terus mengurung dirinya di dalam kamar, ia menolak makan, dan menolak semua orang yang hendak berusaha menghibur dirinya. Dunianya berhenti, langitnya runtuh. Baginya kebahagiaanya telah pergi bersamaan dengan kematian kedua orang yang sangat berarti baginya.
Tidak terhitung sudah berapa kali ia jatuh pingsan setelah kelelahan menangis, di rumah sakit, di acara pemakaman, dan di rumah megahnya. Kondisinya terus melemah. Kedua bola mata kelam yang dulunya selalu bersinar indah dan memancarkan kebahagiaan itu sekarang redup tanpa cahaya, ia yang selalu hidup bergelimang kasih sayang dari kedua orang tuanya, mendadak hilang arah saat harus dipaksa berpisah dari Umma dan Appa. Kim Jaejoong terus meratapi nasibnya, kenapa ia tidak berada dalam mobil saja saat itu? Kenapa ia tidak mati bersama dengan orang tuanya? Kenapa kedua orang tuanya meninggalkannya? Kenapa ia harus hidup sendirian? Kim Jaejoong bahkan belum genap berusia 17 tahun, ia belum siap harus menjadi yatim piatu. Dia tidak mau.
.
"Kim Jaejoong, mau sampai kapan kau seperti ini?" tanya pamannya yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar bernuansa putih dan dihiasi beberapa pernak-pernik gajah dan hello kitty itu, tanpa terlebih dahulu mengetuk pintu dan meminta ijin sang pemilik.
"Keluar." Namja cantik berwajah pucat itu berkata singkat dan parau.
"Aku perduli padamu, aku akan membantumu mengurus seluruh perusahaanmu, kau tidak perlu khawatir tentang itu."
"Sayangnya aku tidak perduli padamu dan pada semua itu, sekarang bisakah kau keluar." Lirih Jaejoong.
"Dasar anak manja, kau sungguh tidak bisa diharapkan." Ketus pamannya tajam.
"KELUARRRRRR! ! !"
Dengan sisa tenaga yang Jaejoong miliki, ia berteriak mengusir pamannya. Setelah namja bernama Kim Young Min itu keluar, Jaejoong kembali terdiam. Entahlah, yang dipikirkannya selalu saja menerawang.
'Apa yang harus aku lakukan? Tolong beritahu aku, Umma, Appa, Bogosippoyo.'
.
.
(Jung's residence)
Namja tampan yang sedang duduk dikursi hitam empuk kebesarannya dari tadi terlibat sibuk membolak-balik dokumen yang bertebaran di atas meja kerjanya. Jangan tertipu dengan ketampanannya, dia adalah seorang mafia muda yang dibesarkan dalam keluarga keturunan mafia garis keras, tegas, kasar, tidak memiliki hati, apalagi perasaan menjijikan bernama cinta.
Beberapa kali ia menyunggingkan smirk mengerikan saat matanya menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam penawaran perjanjian kerja sama yang baru saja dikirimkan oleh Kim Corporation pada bisnis illegalnya tadi pagi.
"Ini pasti ada yang tidak beres." Sentak namja tampan bernama Jung Yunho.
Merasa semakin banyaknya hal aneh pada penawaran perjanjian kerja sama itu, tangan Yunho terjulur menekan telefon yang ada dimeja kerjanya untuk memanggil bawahan pribadinya. "Yoochun, cepat keruanganku sekarang juga."
Tidak menunggu lama, Park Yoochun, assistant Yunho masuk kedalam ruangan dan berdiri tegak didepan meja Yunho.
"Ada apa, Yun?" hanya Yoochun lah yang berani bersikap santai pada Yunho yang notabene adalah sahabatnya sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, meskipun berpuluh-puluh nyawa ia saksikan sendiri melayang di tangan sahabatnya itu, namun dalam hatinya ia yakin suatu saat Yunho akan berubah, lagipula sebetulnya, Yunho sendiri adalah seorang yang berkepribadian hangat, hanya saja keluarganya mendidiknya untuk menjadi seorang mafia, dan yang terpenting Yunho selalu baik terhadap Yoochun.
"Kau punya copy penawaran kerja sama baru ini?" tanya Yunho sambil mengangkat proposal yang ia maksud.
"Nde."
"Sudah kau baca?" tanyanya lagi.
Yoochun menggeleng pelan, tersenyum bodoh, sambil kedua jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.
"Ya, kau ini! Sejak dulu masih saja belum berubah, baca dulu semua dokumen yang masuk sebelum kau berikan padaku, jadi kita bisa berdiskusi bersama." Yunho sedikit geram menghadapi assistant pribadinya tersebut.
"Mianhae, sajangnim." Candanya.
"Aishh.."
Yoochun terkikik, "Memangnya ada apa dengan perjanjian penawaran kerja sama baru itu, Yun?"
"Aneh."
"Anehnya?"
"Kau baca lah sendiri!"
"Memang aneh sih, untuk apa perusahaan sebesar itu membuat rancangan penawaran kerja sama dengan bisnis illegal seperti kita? Maksudku, perusahaan mereka adalah raksasa perekonomian yang bersih, untuk apa melebarkan sayap dan berkerja sama dengan jaringan mafia?"
"Pemiliknya baru, Chun. Mr. Kim yang terkenal itu meninggal dunia, yang aku dengar perusahaan itu sedang dalam masa peralihan."
Yoochun hanya manggut-manggut kecil.
"Bisa kau atur pertemuanku dengan perwakilan Kim Corporation, Chun?" pinta Yunho.
"Waktunya?"
"Besok, sekitar jam 10 pagi."
"Baiklah." Yoochun segera mengetikan email di iPadnya.
Sambil menunggu balasan email tersebut, Yunho membaca-baca berita seputar kematian pengusaha Kim dan istrinya di internet. Matanya bergerak cepat membaca kalimat demi kalimat di layar PC-nya.
'Benar, ada yang tidak beres.' Tanpa sadar Yunho bergumam.
"Apanya?" tanya Yoochun.
"Tidak ada." Jawabnya singkat.
Yoochun mengendikkan bahunya. "Yun, utusan dari perusahaan Kim akan datang besok pukul 10 tepat."
"Siapa utusan yang akan bernegosiasi denganku?"
"Kim Young Min, pemilik baru Kim Corporation, dia juga yang merancang perjanjian kerja sama ini."
"Menarik. Selidiki dia, Chun"
.
Proyek kerja sama antara Kim Corporation dengan bisnis illegal keluarga Mafia Jung, akhirnya terjalin setelah penanda tanganan yang baru saja selesai dilaksanakan oleh kedua pihak.
"Senang berbisnis dengan anda, Tuan Jung." Puji Kim Young Min sambil menjabat tangan Jung Yunho.
"Aku harap kerja sama ini tidak mengecewakanku, karena anda tahu pasti apa akibat yang akan anda terima kalau sampai ada kesalahan atau permainan licik, Tuan Kim."
Kim Young Min sudah meninggalkan kediaman Jung beberapa saat yang lalu, Jung Yunho masih menatap perjanjian kerja sama mereka dengan pandangan yang sulit di artikan,
Jung Yunho baru saja mendapat laporan dari Yoochun tentang profile dan seluk beluk Kim Young Min sebelum akhirnya ia menjabat sebagai direktur utama perusahaan Kim, pria paruh baya itu adalah bagian dari Red Kama, kelompok Yakuza terbesar di Jepang. Kelompok yang terlibat dalam insiden penembakan councilor Jepang, pengeboman saat kampanye revolusi di gedung prime minister di Hiroshima. Red Kama, kelompok Yakuza paling kejam, yang selalu membunuh setiap utusan yang diutusnya setelah selesai menjalankan perintah agar tidak ada sesuatu yang keluar dari mulutnya. Maka tidak heran apabila sekarang ia berniat menggabungkan perusahaan yang dipimpinya dengan bisnis gelap keluarga Jung.
.
.
(Kim's Mansion)
"Tidak Mungkin! Sebelumnya tidak pernah kapal petroleum kita di rompak oleh pembajak." Namja cantik itu berteriak geram kepada pamannya yang masih terlihat santai atas berita penyandraan kapal petroleum milik Kim Corporation di ocean pacific. Kim jaejoong baru saja mendapat laporan bahwa kapal petroleum milik perusahaan mendiang Appanya di rompak oleh pembajak dan seluruh awak kapal yang berada di dalamnya menjadi sandera.
"Kita sedang sial, keponakanku yang cantik. Mengertilah! Ini hanya tentang nasib dan ketidak beruntungan saja." Jawabnya.
"Bebaskan semua awak kapal, tebus dan kembalikan mereka kepada keluarganya, dan aku tidak perduli dengan kapal itu." Putus Kim Jaejoong.
"Aku tidak bisa." Jawabnya sepele.
"Kau harus bisa! Selamatkan mereka. Mereka semua memiliki keluarga yang menunggunya di rumah. Kau jangan kejam, memisahkan seorang ayah dari keluarganya!" teriaknya lagi.
Kim Young Min terkekeh, "Kim Jaejoong, kau tidak perlu terus menjadi Ibu Peri, sesekali bersikaplah sebagai seseorang yang akan mengenggam dunia. Dunia itu kejam, maka kau harus lebih kejam."
"Paman, aku mohon kepadamu. Bebaskan seluruh awak kapal." Lirih Jaejoong, sungguh ia tidak sanggup harus membayangkan berpuluh-puluh keluarga kehilangan sosok seorang ayah, karena menjadi sandera kapal petroleum yang mereka bawa.
"Bocah keras kepala, kalau kau memang mau, berusahalah sendiri. Kelompok mafia yang menyandera kapal kita berpusat di negara ini, sama dengan kita, di Korea, dibawah kepemimpinan Jung Junior, datanglah padanya. Memohonlah padanya, jangan padaku."
.
.
(Jung Yunho's Room)
"Jung Sajang-nim, Yoochun sshi sudah sampai di kapal petroleum milik Kim Corporation dan semua sudah di check, sempurna. Transaksi dengan Kim Young Min, akan dilakukan segera. Ia sedang menunggu anda di line telefon" lapor Kim Junsu, adik angkat Yunho yang juga bekerja sebagai sekretaris Yoochun.
"Sambungkan telefonnya, su. Dan panggil aku Hyung, sudah berapa kali aku ingatkan padamu, bukan?"
Kim Junsu mengangguk dan keluar dari ruangan Yunho.
"Kim Young Min, aku sudah terima laporan dari orang suruhanku atas kapal petroleum kalian. Aku puas. Akan aku transfer langsung uangnya padamu." Tegas Jung Yunho pada lawan bicaranya dengan suara dingin yang mencerminkan bahwa dirinya adalah pemimpin mafia yang paling berkuasa.
"Terimakasih, Tuan Jung. Aku tahu, inilah alasanku berbisnis dengan anda, cepat dan tepat sasaran. Kita memang harus saling memuaskan bukan?" sahut Kim Young Min di ujung telefon.
Yunho berdeham pelan, malas menanggapi pujian yang memang sudah biasa didengarnya.
"Ah, satu lagi. Keponakanku, yang tidak lain adalah putra tunggal keluarga Kim, ingin bertemu dengan anda. Ia meminta seluruh awak kapal agar bisa dibebaskan, bahkan ia bersedia menebusnya berapapun. Bukankan ini keuntungan ganda untuk kita, Mr. Jung?"
"Keponakanmu?" tanya Yunho sedikit kaget.
"Nde, bocah keras kepala yang bodoh."
"Dia akan datang kemari?"
"Mungkin saja. Ia bersikeras ingin membebaskan awak kapal yang anda sandera. Anak itu menyusahkan saja. Asal tahu saja, Mr. Jung, aku berencana untuk secepatnya menjual bocah itu kepada bos ku dulu di Jepang. Aku yakin Bosku dulu akan tertarik dengan barang bagusku yang satu itu."
"Apa?" Mata Yunho membelalak. Ia memang kejam, tapi tidak pernah dalam benaknya ia menjual keluarganya sendiri kepada orang lain, kepada kepala Yakuza, atau sama saja dengan kata lain, membunuhnya.
Kim Young Min terkekeh, "Ya, kalau anda tertarik. Anda juga boleh membelinya."
Jung Yunho terdiam, ia mematikan hubungan telefon itu begitu saja. Kemudian dengan sedikit terburu-buru ia memanggil Junsu dan meminta Junsu mengumpulkan semua informasi tentang putra tunggal keluarga Kim.
.
Tidak sampai 10 menit, Kim Junsu masuk ke ruangan Jung Yunho dengan membawa beberapa map data. Lalu ia menyerahkan map itu dan Yunho langsung membuka map data itu dengan cepat.
Yunho mengambil sebuah foto dari beberapa foto yang diselipkan Junsu di dalam map, saat mata musangnya menatap foto itu..
DEGH..
Yunho merasakan nafasnya mendadak tercekat, jantungnya berdebar cepat. Entahlah, ia tidak tahu apa yang ia rasakan, ia hanya ingin melindungi seseorang yang terlihat rapuh dimatanya itu. Apapun yang terjadi, Jung Yunho harus menyelamatkan namja itu.
"Cantik."
.
.
Beberapa saat kemudian, namja cantik itu benar-benar datang kehadapannya, memohon dengan segala ketulusan hatinya agar seluruh awak kapal petroleum yang disandera anak buahnya di pacific ocean bisa dibebaskan dan di kembalikan ke keluarga mereka masing-masing.
Yunho tersenyum manis saat melihat Jaejoong menyodorkan koper besi itu pada Yunho.
"Aku harap ini sanggup untuk menebus semua awak kapalku yang anda tahan, Tuan." Dengan takut-takut, Jaejoong mendorong koper itu lebih mendekat ke arah Jung Yunho.
"Kau ini namja yang keras kepala dan berani juga rupanya." Yunho meneguk habis wine di depannya dalam sekali teguk.
Jaejoong meringis lirih dan membuka kopernya. Ia perlihatkan seberapa banyak uang yang ia bawa kehadapan Yunho. Seluruh uang yang ada dalam tabungannya.
"Ini uangmu?" tanya Yunho.
"Iya, ini semua tabunganku. Jumlahnya 3 miliar won, anda bisa menghitungnnya sendiri. Dan apabila ini masih belum cukup. Tolong beri aku waktu untuk mengumpulkan uang lagi. Sebelum aku mampu membayar, aku akan melakukan apapun yang anda minta, aku akan memberikan apapun untuk anda. Tapi aku mohon bebaskan semua awak kapalku." Pintanya sambil tertunduk.
"Aku terima penawaranmu, tapi kau tahu uang ini tidak cukup. Kau benar akan melakukan apapun yang aku minta?"
Kim Jaejoong hanya menganggukkan kepalanya, pasrah.
"Aku minta…" jawab Yunho tertahan.
Jaejoong menyipitkan matanya menatap Yunho.
Yunho melirik kepada bawahannya yang berjaga di dalam ruangan itu sejak awal kedatangan tamu cantiknya, dan mengisyaratkan mereka untuk keluar dari ruangan itu.
"Anda minta apa, Tuan?" Jaejoong mulai waspada.
"Hanya sebuah permintaan sederhana." Jawab Yunho sambil satu tangannya menyalakan pemantik api dan menyulut rokoknya dengan tenang.
"Aku ingin memilikimu, dirimu."
Mata bulat Jaejoong terbelalak lebar. Ia berdiri dan merasakan aura disekitar Yunho berubah.
"Tapi aku bukan barang. Aku tidak bisa menjadi milikmu, tuan Jung." Jawab Jaejoong setegas yang ia bisa.
.
Kemudian Jung Yunho terlihat mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Ia dengan sengaja menekan tombol loudspeaker dan membiarkan Jaejoong mendengar percakapan telpon itu.
"Selamat Malam, Tuan Kim Young Min."
Jaejoong tercengang saat mendengar Yunho menyebut nama pamannya, kenapa Yunho harus menghubungi pamannya?
"Tuan Jung yang terhormat, sungguh suatu kejutan bagiku, anda menghubungiku lagi. Ada perlu apa anda menghubungiku?"
"Aku tidak ingin berbasa-basi, langsung saja aku katakan maksudku. Aku tertarik pada keponakanmu." Seringai Yunho melebar, semakin menyudutkan Jaejoong.
Kim Jaejoong merunduk, ia tahu pamannya bukan orang baik, tapi ia yakin pamannya tidak sebejat itu untuk tega menjualnya.
"Sebutkan harga yang kau tawarkan?"
Jantung Jaejoong mencelos, seakan di tarik paksa keluar dari dadanya, pamannya, adik tiri dari ayahnya tega menjualnya seakan dia adalah barang yang bisa diperjual belikan dan diganti dengan sejumlah uang.
"Berapa harga yang kau mau?" Yunho menjawab santai.
"5 Kali lipat dari harga kapal petroleum yang ku jual pada anda.." suara pamannya terdengar antusias.
"Deal!"
Kim Jaejoong semakin ternganga, jadi pamannya lah yang sengaja membiarkan kapal petroleum milik keluarganya di bajak. Kim Young Min adalah alasan dari datangnya ia kemari.
.
"Kau dengar sendiri bukan? Aku sudah membelimu. Kau miliku sekarang." putus Jung Yunho tegas. Ia berdiri mendekati namja cantik itu.
Jaejoong semakin memundurkan langkahnya, membuat jarak sejauh-jauhnya dari manusia yang ditahuinya bernama Jung Yunho itu. Namun tidak berapa lama, punggung Jaejoong berbenturan dengan tembok, kedua kakinya tidak sanggup menyangga tubuhnya yang lemas. Air matanya banjir membasahi wajah putih pucatnya, tangannya menutupi mulutnya mencoba meredam isak tangis sakit hati yang ia rasakan.
Tubuh Jaejoong hampir saja jatuh ke atas lantai marmer yang dingin itu seandainya Jung Yunho tidak segera menahan pinggang Jaejoong, seketika itu mata musang Yunho bertemu dengan mata kelam indah milik Jaejoong. Yunho terpaku, terpesona dengan mata besar nan indah yang kini begitu dekat dengan matanya, mata yang menatapnya dengan pandangan sayu dan redup, bibir cherrynya bergumam lirih dan pelan, "Kau Iblis." Sebelum kedua matanya akhirnya tertutup.
.
Yunho membawa tubuh lemas Jaejoong bridal style ke kamar tamu, yang memang sudah ia siapkan untuk menyambut kedatangan namja cantik itu.
Seakan tidak jemu, dengan intens Yunho terus memandangi wajah penuh kesedihan namja cantik yang berada dalam pelukannya. Wajahnya sangat cantik, hidung bangir, pipi tirus, rambut yang sangat wangi dan halus, serta bibir cherry berwarna merah alami. Plus bonus pinggang rampingnya yang sempat di rengkuh Yunho tadi ketika malaikat rapuh itu jatuh pingsan.
.
"Yunho Hyung, dia kenapa?" tanya Junsu yang kebetulan melihat mereka di ujung tangga.
"Bantu aku membuka pintu kamar ini dulu, suie." Pinta Yunho sambil menunjuk kamar dimaksud dengan kaki kanannya.
Kriieeettttt…
Pintu kamar itu terbuka, kamar yang didominasi warna putih dan pink, serta beberapa boneka hello kitty, teddy bear, dan elephant yang tertata rapi di atas kepala ranjang.
"Kau yang mendekorasi kamar ini, suie?" tanya Yunho. Jujur saja ia sedikit kaget dengan dekorasi baru kamar tamu yang mulai saat ini akan menjadi kamar namja cantik yang baru saja digendongnya.
"Nde, Hyung. Kim Jaejoong menyukai warna putih dan pink, lalu ia juga hobi mengoleksi segala sesuatu yang berhubungan dengan hello kitty, beruang dan gajah. Dia sungguh menggemaskan." Cerita Junsu yang sebelumnya mengorek segala informasi tentang si cantik, Jaejoong.
Yunho tersenyum, merapihkan sedikit poni yang menutupi mata terpejam milik Jaejoong. Ia duduk di samping ranjang putri tidur itu, sambil membelai pipinya lembut.
Junsu teringat lagi dengan pertanyaannya yang belum dijawab Yunho, "Hyung, dia kenapa?"
"Pingsan." Jawab Yunho singkat.
"Kenapa bisa pingsan, Hyung? Apa yang kau lakukan padanya?" tuduh Junsu.
"Aku tidak melakukan apapun, aku hanya membeli dirinya dari pamannya."
Junsu terkesiap, "Tidak melakukan apapun, hanya membeli dirinya? Hyung, kau ini tidak waras atau gila? Tentu saja ia pingsan. Dia pasti merasa shock atas kelakuanmu, Hyung."
.
Jung Yunho terus membelai rambut namja cantik itu. Ia perhatikan lekuk wajah cantik yang begitu sempurna dimatanya, sampai tiba-tiba setetes air mata meluncur dari mata terpejam itu.
"Kenapa kau menangis, sayang?" bisik Yunho pelan sambil mengusap air mata yang mengalir dengan ibu jarinya.
Kim Junsu hanya diam, tubuhnya kaku. Walaupun Yunho tidak pernah kasar padanya, tapi ini adalah pertama kali dalam hidupnya semenjak ia diangkat menjadi bagian keluarga Jung oleh mendiang kakek Yunho, melihat seorang Jung Yunho bersikap selembut ini.
.
Tiba-tiba ponsel di kantong celana Yunho berdering dan nama Yoochun terpampang di layar,
"Su, kau jaga dia sebentar. Aku harus mengangkat telefon Yoochun dulu." Perintah Yunho.
Junsu menangguk.
"Ah, tolong suruh Ming Ahjumma menyiapkan makanan untuk namja cantik ini, sepertinya ia belum makan."
Junsu menangguk lagi.
Setelah Yunho keluar dari kamar bernuansa kekanak-kanakan itu, Junsu mendekat ke ranjang yang kini di tiduri namja cantik itu.
"Kau sangat Cantik, Joongie. Aku berharap banyak padamu. Aku harap kau bisa merubah Yunho Hyung." Kim Junsu ikut membelai pipi tirus namja yang belum genap berusia 17 tahun itu dengan sayang.
.
.
Setelah hampir 3 jam tidak sadarkan diri, namja cantik itu akhirnya terbangun dan merasakan aura asing dengan kamar yang barusan ia tiduri, kamar ini sangat manis. Jujur saja ia langsung menyukai kamar ini langsung ketika ia membuka matanya.
'Ini dimana?' kakinya yang masih terasa sedikit lemas ia paksa untuk melangkah keluar, samar-samar telinganya menangkap suara ribut-ribut. Dengan rasa penasaran yang besar, ia membuka pintu kamar dan berjalan mendekati arah sumber suara. Kim Jaejoong berdiri dipinggir tangga dan melihat ke bawah tempat keributan itu terjadi.
.
Detik berikutnya, ia tercengang, tangan gemetarannya menutupi mulutnya yang hampir saja berteriak karena melihat adegan mengerikan yang terjadi di lantai satu, tampak dua sosok manusia atau sekarang sudah menjadi mayat yang tergeletak di dekat kaki laki-laki kejam bernama Jung Yunho. Dan satu orang lagi tampak sekarat dengan wajah babak belur dan kening yang ditodongkan moncong pistol oleh Mafia tidak berhati nurani tersebut.
"Masih tidak mau buka mulut, pengkhianat?" suara Jung Yunho terdengar sangat dingin, seperti suara malaikat maut yang siap mencabut nyawa siapa saja yang ia ingin.
"CIH!" laki-laki sekarat itu meludah, "Lebih baik kau bunuh aku, Jung."
Geram dengan aksi manusia dihadapannya, tanpa ragu Yunho menarik pelatuk dan,
.
DOOOORRRRR!
.
Kali ini Jaejoong, tidak bisa menahan teriakannya kali ini. Air matanya turun begitu saja. Pikirannya melayang membayangkan akan tiba saatnya, dirinyalah yang ditembak dengan kejam oleh orang yang telah membelinya tersebut.
Mendengar jeritan Jaejoong, Yunho mendongak. Menatap Jaejoong yang sedang berpegangan erat pada pegangan tangga yang menahan tuubuhnya.
"JungHyun, Himchan, bereskan semua kekacauan ini." Perintah Yunho pada kedua anak buahnya.
"Baik, sajang-nim." Keduanya tertunduk patuh.
Langkah kaki Jung Yunho terdengar mantap melangkah ke tempat namja cantik itu berada. Kim Jaejoong merasa jantungnya berdetak tak karuan, keringat dinginnya mengucur membuat basah seluruh baju yang sedang dikenakannya. Ia takut. Ia sangat takut. Benar-benar sangat takut.
.
Ketika akhirnya Jung Yunho telah berdiri di hadapannya, Kim Jaejoong hanya mampu tertunduk dan memanjatkan doa sepanjang-panjang yang ia bisa kepada Tuhan untuk selalu melindunginya.
"Kau takut padaku?" tanya Jung Yunho padanya.
Jaejoong tidak tahu, ia harus menjawab apa. Apakah kalau ia jawab jujur bahwa ia takut, lalu pria ini akan merasa kasihan dan membebaskannya? Atau malah saat ia tahu bahwa jaejoong takut, ia justru akan menindas dan menginjak-injaknya?
.
Tiba-tiba tangannya tertarik secara kasar, Jung Yunho menarik Jaejoong kembali ke kamarnya dan menghempaskan tubuh kecil itu ke atas kasur dan mengurungnya dibawah dengan kedua tangan kekarnya, "Jadilah anak baik, apabila kau tidak ingin hidupmu berakhir seperti adegan tadi."
Susah payah Jaejoong menahan air matanya agar tidak jatuh,
"Kau ingin menangis?" tanya Yunho lagi.
Jaejoong menggeleng cepat, ia mengigit bibirnya sampai bibir cherry itu mengeluarkan darah.
Dengan lidah hangatnya Yunho menjilat lelehan darah yang mengalir dari bibir Jaejoong, "Bahkan darahmu sangat manis."
Jaejoong yakin, pria bernama Jung Yunho ini sudah gila, dan Jaejoong tahu nasibnya sudah berubah sejak ia bertemu dengan pria bermata musang yang meskipun enggan harus Jaejoong akui manusia dihadapannya ini sangat tampan. Kim Jaejoong memejamkan matanya, terintimidasi dengan tatapan tajam milik Jung Yunho. Yang mana ekspresi pasrah yang ditampilkan Jaejoong semakin mengundang nasfu beruang lapar yang berada diatasnya.
"Kim Jaejoong, kau benar-benar membuatku lepas kendali. Kau akan menjadi milikku, selamanya. Puaskan aku, Kim Jaejoong."
Jaejoong tidak bodoh, ia tahu betul apa yang dimaksud oleh Yunho. Dia hanya bisa berharap bahwa saat ia membuka matanya, ia sudah berada kembali di kamarnya, dan menyadari bahwa semua ini hanyalah suatu mimpi buruk.
Jaejoong menggeleng-geleng, ia terus mengelak, ketika Yunho berusaha mencium bibirnya, dengan kekuatannya yang tersisa ia mencoba melawan dengan menendangkan lututnya ke benda pusaka Yunho.
Yunho terjengkang menahan sakit dan denyutan nyeri akibat perbuatan Jaejoong. Dengan sangat keras ia kembali mendorong Jaejoong yang hendak bangkit dari kasur,
.
PLAAAAKKKKK
.
"AKU TIDAK SUKA DILAWAN. DIAM DAN PUASKAN AKU! ! !"
Kim Jaejoong menangis pasrah, telinganya berdenging karena tamparan Yunho, ujung bibirnya pecah dan hidungnya mengeluarkan darah. Yunho menamparnya dengan sangat kencang. Ia kembali memejamkan matanya dan memohon.
Tuhan, tolong beri tahu aku bahwa mimpi buruk ini tidak nyata.
.
.
.
To Be Continue~
Readers yang baru datang, sebelum klik NEXT, tolong kasih pendapat kalian di chapter awal ini dulu, nde!
FF ini hanya threeshoot(mungkin), apabila readers tertarik membaca next chapter dan juga final chapter dari FF ini, tolong tinggalin review kalian. Tapi kalau tidak tertarik, ya chapter lain-lainnya akan aku simpan sendiri. Kkk~
