"...A-Aku menyukaimu! Maukah kau jadi pacarku?" Entah sudah berapa banyak pernyataan cinta yang kuterima. Yang sama. Tempat yang sama. Dan alasan yang sama pula.

Menjijikkan. Mereka menyatakan cinta hanya untuk mendapat tenar. Atau mungkin hartaku. "Maafkan aku, aku tidak yakin bisa jadian denganmu." Aku tersenyum manis kearahnya. "Tapi aku menghargai perasaanmu terhadapku." Dan entah sudah berapa kali aku menolak pernyataan cinta dengan jawaban yang sama.

Akhir yang menyedihkan terjadi setiap kali. Hal yang sama terulang. Hidupku sungguh membosankan. Aku ingin mewarnai hidupku. Atau bahkan orang lain mewarnai hidupku yang membosankan.

Aku termasuk cewek populer di SMA Rakuzan. Maksudku, salah satu cewek populer. Tapi, tetap saja, akulah yang nomor satu.

Orang-orang akan jatuh hati padaku pada pandangan pertama. Para siswi akan meniru gayaku tanpa rasa bersalah sedikit pun. Tapi, tetap. Akulah yang nomor satu. Mereka bukan apa-apa dibanding denganku.

Akulah yang paling menarik. Akulah yang paling dominan. Akulah yang nomor satu. Datanglah padaku, 'kan kuberikan kau tips spesial dariku.

Tapi suatu hari hidupku berubah, berkat satu orang. Tidak. Hidupku tidak menjadi full-color. Hidupku berubah menjadi satu warna yang berkobar-kobar. Berapi-api. Ya. Dialah orangnya. Surai merahnya yang berkobar. Mata dwi-warnanya yang menggoda. Tatapannya yang mengintimidasi. Kata-katanya yang absolut. ...Akashi. Ya. Orang itu adalah Seijuuro Akashi.

.

.

Kuroko No Basket is not my own. It's written by Noburo Takagi-sensei.

Kurono No Basket!Manga and Light Novel is not my own as well. It's written by Fujimaki Tadatoshi-sensei.

But this fic is my own fic, even though I got the inspiration from 's song.

Hope you like it!

.

.

"Tuan putri, Ayahmu sudah menunggumu di ruang makan" ujar salah satu pelayan di rumahku.

Aku hanya menganggukkan kepala sekilas sambil mengikat rambutku menjadi ekor kuda. "Bilang kalau lima menit lagi aku datang"

Ucapanku dibalas dengan anggukan, dan ia lekas pergi dari kamarku. Selesai mengikat rambutku, aku mengenakan pakaian seragamku yang sudah disiapkan olehnya sejak tadi. Aku mengambil tas sekolahku dan beranjak turun ke ruang makan.

Disana Ayah dan Ibu sudah menungguku. Bahkan dengan sangat tidak wajarnya Koutarou, kakakku sudah ada di ruang makan sebelum aku datang. "Apa yang membuatmu lama? Duduklah." Segera, aku menempati kursi disebelah Koutarou setelah mendengar perintah dari Ayahku.

"Maaf, membuatmu menunggu Ayah. Apa...ada sesuatu yang penting yang harus kita bahas?" Tanyaku, heran. Tidak biasanya Ayah terlihat seperti diburu waktu seperti ini.

"Begini...kau anak perempuanku satu-satunya. Jadi ayah ingin memperkenalkanmu dengan kerabat ayah. Kudengar anaknya juga satu sekolah dengan kalian."

Aku mengedipkan mataku, seolah-olah tidak percaya apa yang dikatakan ayahku barusan. Maksudnya aku hendak dijodohkan begitu? "Benarkah begitu, Ayah? Kalau boleh tau, siapa nama pemuda itu?"

Aku mengambil segelas air yang sudah disediakan, dan hendak meminumnya. "Seijuurou. Akashi Seijuurou. Kuharap kau mengenal anak itu." Tenggorokanku tercekat, hampir membuatku mati tersedak.

"AKASHI-SAN/AKASHI!?" Tanyaku berbarengan dengan Koutarou.

"Ada masalah dengannya?"

"Tidak Ayah/YA AYAH!" Jawab kami berbarengan. Yang membuatku heran-kenapa Koutarou ikut-ikutan menjawab? Bukan dia yang dijodohkan kan?

"Apa kau punya masalah dengannya, Koutarou?," Ayah menaikkan alisnya heran. "Jangan kau katakan kalau putra Ayah adalah seorang gay."

"Hah? Bukan begitu Yah! Maksudku—Ayah tidak tau kepribadian Akashi!," seru Koutarou, lalu menunjuk kearahku "bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya? Dia bahkan tidak bisa melakukan apa-apa!"

Sekali lagi, aku hampir tersedak berkat kata-kata Koutarou. Maksudku, dia kira dia siapa? ...baiklah dia kakakku. Tapi kata-kata tidak bisa melakukan apa-apa barusan perlu diberi tanda kutip. Seharusnya ia bisa membedakan siapa yang BISA melakukan apa-apa dan siapa yang TIDAK BISA melakukan apa-apa.

"Tidak bisa melakukan apa-apa?" Aku membeo. "Bisakah kau membedakan yang mana yang benar dan yang mana yang salah, Koutarou?" Protesku, tidak terima.

"Cukup. Pokoknya besok kita mengadakan makan malam dengan keluarga Akashi. Jaga sikap kalian," Sekarang, ibu yang angkat bicara akan kelakuan kami. "Dan cepat habiskan sarapan kalian jika tidak ingin terlambat."

Aku melirik kearah jarum jam. Jam menunjukkan pukul 07.15! Bel berbunyi tepat pukul 17.30, sedangkan waktu perjalanan memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Dan semua ini kuucapkan terima kasih untuk kakakku tercinta.

Kami menghabiskan sarapan secepat mungkin. Setelah itu pamit pada ayah, ibu dan segera berangkat ke sekolah. Dan benarlah, kami terlambat tiba di sekolah. "Kau tau hari ini siapa yang mengajar dikelasku?" Aku tersenyum manis yang dibuat-buat dihadapannya.

"Tidak. Dan tidak ingin tau. Hentikan senyuman itu, kau terlihat menjijikkan! Sekarang aku harus mencari alasan yang tepat untuk kulaporkan pada Reo-nee!"

"Kau—Pokoknya kau harus mentraktirku pulang sekolah! Hari ini pelajaran Yamane-sensei, dan kau membuatku terlambat!," Tukasku. Siapa yang tidak takut, kalau guru paling galak di sekolah mengajar kelasmu, dan kau telat? Kalian tau bagaimana rasanya. "Dan aku yakin Mibuchi-senpai tidak akan mengampunimu hari ini, Koutarou!"

Kami berjalan menyusuri koridor-koridor sekolah, hingga kaki kami berhenti tepat di depan ruang osis. Aku mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam ruangan. "Oh?" Dua pasang mata menoleh kearah kami. Yang satu berasal dari orang yang biasa disapa dengan Akashi, dan yang satu lagi berasal dari Mibuchi-senpai.

"Gheh—Akashi!? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Koutarou, heran sekaligus kaget.

"Apa itu menjadi sebuah masalah bagimu Koutarou?," ia menaikkan salah satu alisnya. "Bisa kudengar alasan yang tepat, mengapa kau telat hari ini kalau kau memang tidak ingin menu tambahan?" katanya...lebih terdengar seperti pernyataan dibanding pertanyaan.

Ia menggeleng kepalanya segera. "Kau bisa tanyakan padanya" katanya sambil melirik kearahku.

Akashi menoleh kearahku. Menatapku dengan tatapan interogasinya. "Berniat untuk menceritakannya?"

Aku mengedipkan mataku bingung. Kenapa harus aku yang menceritakannya? Tapi toh yasudahlah. "Tadi ayah membahas sesuatu denganku. Tapi Koutarou memotong dan terjadi perdebatan sengit. Intinya begitulah, apakah sudah jelas? Uum—maaf untuk bertanya, tapi apakah Akashi-san termasuk anggota osis? Seingatku, sewaktu istirahat Akashi-san tidak pernah keluar kelas untuk ke ruang osis."

Akashi menghela nafas pelan. "Aku yakin hal itu tidak perlu dibahas saat ini. Dan jawabannya tidak. Aku bukan bagian dari anggota osis." ia bergantian menatap kearah Koutarou. "Benar begitu, Koutarou?"

Yang ditanya hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu menu mu untuk hari ini kulipat gandakan menjadi tiga kali lipat"

"Tiga kali lipat!?" Koutarou membeo.

"Aku yakin kau tau alasannya. Kemarin kau terlambat dan sekarang kau terlambat lagi." Jelas Akashi.

Koutarou mengangguk pasrah. Mibuchi-senpai menyaksikan dengan seru. "Kalau begitu, aku harus kembali ke kelas," Akashi melirik kearahku "dan, kau ikut denganku." Perintahnya.

Aku menurut, dan mengikutinya keluar dari ruang osis, tidak lupa mengucapkan permisi terlebih dahulu. Kaki kami berhenti tepat di depan kelas. Ia mengetuk pintu perlahan, kemudian menggesernya.

Beribu mata menatap kami dengan tatapan bingung campur heran. "Bisa jelaskan kenapa kalian baru datang saat ini?" Tanya Sensei.

Akashi menatapnya dengan tatapan tajam. "Maaf, mengganggu pelajaran sensei barusan. Tadi saya ada keperluan di ruang osis, sama halnya dengannya"

"Benar begitu?" Tanya Sensei agak sangsi.

"...benar sensei" aku menganggukkan kepalaku, membuat Yamane-sensei yakin.

"Kalau begitu, duduklah." Ucapnya kemudian, tidak ingin meninggalkan mata pelajarannya lebih lama lagi hanya gara-gara keterlambatan kami. Segera aku menuju bangkuku, begitu pula dengan Akashi-san.

"Kok kau bisa dekat dengan Akashi-san?" Tanya salah satu sahabatku, Tsukishima Kei, yang duduk tepat disebelah bangkuku.

Aku hanya mengangkat bahuku seolah-olah tidak begitu memperdulikannya. "Kalau kau ingin tau alasannya, tanyakan pada kakak tercintaku itu. Ngomong-ngomong, aku tidak melihat kakakmu di ruang osis tadi. Bolos lagi ya?"

"kau sungguhan ke ruang osis barusan!?" Ia membelalakkan matanya, kaget. "Siapa peduli dengan si bodoh itu! Kerjanya hanya main saja, padahal ia ketua osis!"

Kakak Kei, Tsukishima Kai adalah ketua osis di SMA Rakuzan. Meski begitu, aku merasa ada yang...salah.

Memang, Kai-senpai itu populer di kalangan siswa maupun siswi, prestasinya juga bagus. Ia cocok-cocok saja jadi osis, tapi demi Tuhan, sikap mesumnya itu tidak bisa ditoleran!

Sempat kudengar, rumor mengatakan kalau dulu ia sempat mencium Risa-senpai sampai tangannya berjalan kemana-mana—ya kau tau maksudku. Lalu, saat menginterogasi dua murid yang sedang berkelahi, ia malah menceritakan kesenangannya bermain dengan para siswi—meskipun begitu, itu hanya rumor, aku tidak tau apa yang terjadi sebenarnya.

Aku berdesis kearahnya. "Sshh! Didengar sensei, tau rasa!" Kei hanya nyengir-nyengir dengan tidak jelasnya.

Kurang lebih tiga puluh menit berlalu, bel istirahat berbunyi. Murid-murid yang lain segera pergi berhamburan ke kantin setelah sensei keluar. Di kelas hanya tersisa aku, Kei, dan Akashi-san.

"Eeeehhh! Antarkan aku ke toilet!" Pekik Kei tiba-tiba.

"Nggak ah, malas"

"Kumohon!" Pintanya.

"Nggak."

Ia cemberut begitu mendengar penolakanku dua kali. Beranjak ia pergi ke toilet.

"Kei," panggilku, saat ia sudah berada di ambang pintu.

Matanya berbinar-binar penuh harap. "Kau mau mengantarku?"

"Belikan aku minum saat kau kembali ya?"

"Belikan minum?" Ia membeo.

Aku menganggukkan kepalaku, polos, dan tersenyum manis kearahnya. "Coca cola, atau susu strawberry kalau ada"

Ia mengembungkan pipinya kesal dan beranjak pergi begitu saja. Aku terkekeh geli melihat tingkahnya barusan.

"Hey" panggil Akashi.

Aku mengedipkan mataku, menengok kearahnya. "kau memanggilku, Akashi-san?"

"Kurasa, tidak ada satu orang pun disini selain kau dan aku," ucapnya. "Aku harap kau tidak akan mengecewakanku besok malam"

Aku membeo. "Mengecewakanmu?"

"Aku yakin sekali kau tau maksudku."

Seketika terbesit bayangan akan makan malam yang diadakan ayah besok. Tapi aku masih tidak begitu mengerti, apa yang dimaksud Akashi-san dengan 'mengecewakan'. "Makan malam itu?" Tanyaku, ragu.

"Tepat sekali," ia menatapku tajam. Matanya mengunci setiap gerakanku. Membuatku berdiam diri bak patung di tempat. "Karena aku sudah meyakinkan ayah, kalau kau tidak akan mengecewakanku."

Tepat setelah Akashi mengatakannya, Kei memasuki kelas, sambil membawa kotak susu. "Nih," ia mengoper kotak susunya kearahku. "Bunga dua kali lipat ya?" Lanjutnya sambil terkekeh.

Aku menangkap kotak susunya, seketika mataku membulat sempurna, hampir melotot. "Iiih Keiii!" Pekikku tiba-tiba.

"Apa?"

"Kenapa susu vanilla!" Protesku.

"Apa yang salah dengan susu vanilla? Itu—"

"Dapat membuatmu tumbuh tinggi." Kei mengedipkan mata, seolah tidak percaya apa yang barusan di dengarnya. Ia baru saja hendak mengatakan hal itu tapi sudah dipotong Akashi begitu saja. "Kalsium dan protein dalam susu vanilla jauh lebih tinggi dibandingkan susu strawberry."

Aku memutar bola mataku seolah tidak peduli. Aku tidak butuh penjelasan keles(?). "Akashi-san sering minum susu apa?"

Ia menaikkan salah satu alisnya, masih menatapku tajam. "Vanilla."

"Kalau begitu kenapa Akashi-san tidak tinggi-tinggi?"

Bisa kulihat Akashi tersentak, kaget mendengar ucapanku barusan. Ekspresinya berubah, meskipun raut mukanya terlihat begitu tenang. Tatapannya menajam, bak seorang elang sedang memperhatikan mangsa yang akan diserangnya. "Menurutmu bagaimana?"

Aku hanya mengangkat bahu, dan mulai meminum susu vanilla ku (meski dengan terpaksa). "Entah."

Tiba-tiba nada dering sms hpku berbunyi. Untungnya saat ini istirahat, kalau tidak-aku tidak yakin apa yang akan terjadi pada hpku tercinta ini...

Segera kuambil hpku di kantong rok dengan tangan kiriku yang mumpung sedang tidak digunakan. Berniat untuk membisukannya sementara dan membuka pesan sesegera mungkin. Terlihat pesan dari ayah di layar homepage.

"Kei?" Panggilku.

"Ya?"

"hari ini kau ada acara? Kalau tidak temani aku cari baju ya?"

"Tunggu dulu," ia mencoba menopang dagunya, mencoba mengingat-ingat sesuatu. "Ah! Maafkan aku, tapi aku tidak bisa! Hari ini...uum, aku akan pergi menonton dengan Mibuchi-senpai. Ehehehe" ujarnya dengan wajah tersipu malu.

Akashi beralih menatap Kei. "Ah, ternyata kau yang selalu diceritakan Reo? Seharusnya aku bisa menebaknya."

"Reo?" Aku membeo, menengok kearah Akashi dengan tatapan bingung.

Ia mengangkat alisnya, heran. "Reo. Reo Mibuchi. Seharusnya kau tau."

"Bukankah kau seharusnya memanggilnya Mibuchi-senpai? Atau Reo-senpai paling tidak. Kita disini sebagai adik kelas, bukan senior. Seharusnya kau tau dimana posisimu!," ujarku. "Kau selalu mengatakan pada orang lain kalau mereka harus tau posisi mereka. Tapi kurasa kaulah yang tidak tau dimana posisimu sekarang, Akashi-san."

Ia kembali menatapku tajam. Mengunci setiap pergerakan tubuhku. "Kurasa, kaulah yang tidak tau dimana posisimu saat ini. Aku benar. Dan. akan selalu benar, selama aku selalu menang. Akan kutunggu kau di taman kota pukul 2 siang, kalau tidak, kau akan tau akibatnya. Karena aku absolut."

.

.

TBC


haiiiii kita ketemu lagi chuyunk /jijik.

kali ini gue kembali ke fandom krbs, abis gue kangen sih /gananya

kali ini gue mau nyoba bikin one-shot. tapi keknya gagal total gitu ye. dan ini mana masih on going lagi—tapi gue cuma mau bikin 2 chappie doang kok! kata temen gue ini bukan one-shot tapi two-shot /ngek. terus-terus mana hp gue rusak lagi ;;ww;;; jadi mungkin gue semi dulu sampe hp gue bener. untung deh ini ficnya udh gue pindahin dari memo, kalo kaga gue udah bikin ulang ini fic :'''DDD udah ah, kok gue setiap bikin fic pasti curcol :"""D

chapter 2 mendatang si aku bakal nge-date sama dinner alone sama akashi wwwwww dan ada kejutan" lainnya~ gue gabisa kasi spoiler lebih lanjut. ntar malah ga penasaran /nyed. tapi kalo chapter 2 itu ude full buat nge-date ini fic mungkin bakal jadi 3 chappie. yaaa—liat nanti deh.

sampe jumpa di fic selanjutnya dari gue~~~

kkkkk rivaichin kkkkk