Rating: T

Ringkasan: Spandam membuat kesalahan pertama dengan menjadikan Lucci dan Jyabura sebagai partner. Dan usahanya untuk memperbaiki kesalahan ini malah berakibat pada pembantaian agen-agen baru rekrutan CP9.

Disclaimer: One Piece © Eichiro Oda

A/N: Ini multi chapter! Mohon bantuannya ya?

New Recruit Agent

Spandam membaca berkas laporan misi dengan tidak percaya. Ini adalah berkas laporan dari misi terakhir Lucci dan Jyabura. Sebenarnya mereka menyelesaikan misi dengan sempurna. Atau mungkin terlalu sempurna.

"Dasar! Ini terlalu berlebihan!" dia berseru, menumpahkan kopinya di celananya.

"Panas! Panas!" dia berteriak, dan menarikan tarian aneh yang selalu dia lakukan setiap kali dia menumpahkan kopinya, berlari dalam lingkaran sempurna, sementara bawahannya melihatnya dengan bingung.

"Apa yang kalian lakukan? Buatkan aku kopi baru!" teriak Spandam pada salah satu bawahannya. Dan salah seorang dari mereka langsung mengatakan 'Iya, Pak'-nya dan berlari ke pantry utnutk membuatkan kopi baru.

Beberapa saat kemudian, Spandam duduk kembali ke kursinya, menghela napas.

"Tidak seharusnya hal ini terjadi lagi. Mereka berdua tidak boleh jadi partner lagi, atau mereka akan membuat masalah lain nantinya." Spandam menutup berkas laporan itu dan meletakkan ke dalam laci arsip.

Tapi mana mungkin Spandam berteriak kepada agennya yang sudah menyelesaikan misi dengan baik? Well, sebenarnya selain membunuh lima orang yang ditargetkan, mereka membunuh setidaknya setengah lusin sebagai tambahan. Dan penambahan korban ini selalu terjadi seakan telah menjadi kebiasaan semenjak mereka menjadi partner. Dan ini jelek untuk pemerintah. Mereka harus menutupi kematian 'tidak disengaja' itu dengan alasan yang jarang masuk akal, supaya keberadaan kelompok pembunuh milik pemerintah itu tidak diketahui oleh publik.

"Hei, kau!" Spandam memanggil salah satu bawahannya. Dia tidak pernah mencoba untuk mengingat nama-nama bawahannya, baginya hal itu tidak berguna.

"Ya, Pak!" seorang bawahannya menjawab dengan penghormatan.

"Panggil Lucci dan Jyabura kesini. Ada yang ingin kubicarakan dengan mereka. Ini penting."

"Ya, Pak!"

Spandam menghela napas, melihat bawahannya itu masih berdiri di depannya.

"Maksudku sekarang!"

"Ya, Pak!" Lalu bawahannya itu melakukan penghormatan lagi sebelum akhirnya pergi menghambur keluar.

"Mungkin ini waktu yang tepat untuk merekrut agen baru." Dia bergumam, menopang kepalanya dengan telapak tangan. Dan untuk beberapa saat, yang ada hanya keheningan.

"Hei! Di mana kopiku?"

Bawahannya yang tadi berlari ke pantry kembali dengan secangkir kopi baru di tangannya. Kopi itu terlihat masih panas dari uapnya yang masih mengepul. "Ini kopi Anda, Pak."

"Bagus! Aku...aduh! Ini terlalu panas! Aku menumpahkannya lagi! Panas!"

Lucci memejamkan matanya. Suasana hatinya sedang jelek, dan ini gara-gara anjing kampung itu. Setidaknya dia membunuh 4 orang lebih banyak dari target yang ditentukan. Mereka memang menyelesaikan misi, tapi ini jauh dari standar kesempurnaan yang ia tetapkan. Dan Lucci menghela napas lagi.

Tok..tok..tok...

Lucci memandang pintu dengan kesal. Dia bangkit dari sofanya, tanpa mengambil topi yang ada di meja.

"Ada apa?" tanyanya pada seorang anak buah, yang dia tahu adalah bawahan Spandam, yang berdiri di depannya dengan gemetar.

"Tuan Spandam memanggil anda untuk menemuinya di ruang kerja. Dia mengatakan kalau ini penting."

"Spandam? Apa maunya? Aku baru saja kembali dari misi." Kata Lucci, lebih pada dirinya sendiri, bukan pada makhluk menyedihkan di depannya yang kelihatannya bisa ambruk kapan saja.

"Tuan Rob Lucci, beliau ingin bertemu denganmu di ruang kerjanya sekarang."

"Sekarang?" Lucci mengerutkan dahinya. "Baiklah."

Lucci memandang Hatori yang bertengger di jendela. Dia seperti tahu apa yang Lucci mau, Hatori terbang dan bertengger di bahu tuannya. Lucci menutup pintu dan mengikuti petugas di depannya ke ruang kerja Spandam. Meskipun dia tahu benar jalan ke sana. Mungkin petugas itu hanya ingin kembali ke posnya.

Lucci melihat ruangan ruang kerja Spandam yang luas. Ada dua orang di dalamnya. Dua orang yang Lucci paling tidak suka: Jyabura dan Spandam. Sayang sekali dia tidak boleh membunuh keduanya. Spandam memandang Lucci dengan senyum lebar yang membuatnya kelihatan bodoh, meski mungkin sebenarnya iya.

"Aku senang kalian berdua sudah datang."

"Ada apa ini? Mengapa kucing liar ini juga di sini? Kami kan sudah menyelesaikan misi?" Jyabura mengeluh.

"Aku tidak tertarik berdebat denganmu kali ini. Moodku sedang tidak bagus, anjing kampung." Balas Lucci, duduk di kursi yang tersisa, di depan meja Spandam.

"Tunggu, kalian berdua. Aku ingin mengatakan sesuatu." Spandam mencoba untuk menghentikan keributan yang mungkin akan timbul nantinya, di mana sangat mungkin dia menjadi korban. "Aku kecewa dengan hasil kerja kalian."

Spandam tiba-tiba merasa menciut karena pandangan Lucci yang dingin dan mematikan. Tapi seperti biasa, dia mencoba menenangkan dirinya.

Spandam, kau punya kekuasaan sebagai direktur CP9, mereka tidak bisa berbuat apa-apa padamu, katanya berulang-ulang pada dirinya sendiri.

"Well, ini semua salah kucing liar ini! Aku mengerjakan semuanya seperti rencana." Jyabura berteriak.

Lucci memberinya pandangan yang sama, tapi prestise Jyabura menghalanginya untuk menunjukkan ketakutannya pada 'kucing' di sampingnya. Dia mengerutkan kening.

"Apa? Tapi itu kan memang salahmu! Kau membunuh empat orang selain target! Aku kan hanya membunuh dua selain target."

"Tidak masalah berapa orang selain target yang kalian bunuh. Poinnya adalah, kalian membunuh terlalu yang dibutuhkan!. Dan aku tidak mau hal ini terjadi lagi."

"Jelas tidak!" Jyabura nyaris berteriak lagi.

"Apa maksudmu, pak? Kau memanggil kami ke sini hanya untuk mendengar hal ini?" kata Lucci, dingin.

"Sebenarnya tidak. Aku punya rencana untuk kalian."

Rencana Spandam. Ini pasti tidak bagus.

"Ini kabar baiknya. Mulai sekarang, kalian tidak akan dipasangkan lagi dalam misi selanjutnya."

"Yang benar? Yahuuu!" Jyabura berteriak senang. Dia memandang wajah Lucci yang tenang. "Ada apa kucing liar? Jangan bilang kalau kau akan merindukanku?"

Lucci memandang Jyabura dengan tajam lagi dengan aura gelap yang menguar dari sosoknya. "Maumu, anjing kampung."

Jyabura, bagaimanapun merasa kalau ini adalah reaksi Lucci yang normal. "Aku senang tidak perlu bertemu wajah jelekmu di misi selanjutnya. Hum... apa ini saja yang ingin kau katakan, Pak?"

"Ya, kau boleh pergi."

Jyabura dan Lucci bangkit. "Tunggu! Lucci aku ingin kau tinggal di sini sebentar!"

Lucci cemberut. Dia melihat senyuman lebar di wajah Jyabura, tapi dia kembali ke kursinya.

"Ada apa?"

Spandam menunggu sampai pintu ruangan tertutup, tapi Lucci tidak yakin kalau anjing kampung itu tidak ada di belakang pintu, menunggu untuk menguping tentang masalah apa ini.

"Dan karena sekarang kau tidak punya partner lagi. Aku ingin merekrut agen baru dari CP8. Bagaimana?"

Lucci menyeringai. "Aku tidak peduli. Selama mereka tidak mencampuri urusanku. Kurasa tidak apa-apa."

Itu adalah jawaban yang tidak terduga. "Bagus! Aku sudah menghubungi markas CP8. Dan mereka akan mengirimkan agen mereka yang terbaik ke sini. Bersikap baiklah padanya, Lucci."

Seorang agen baru dari CP8. Ada sesuatu di dalam pikiran Lucci yang tidak terbaca.

"Pak, bagaimana Anda tahu kalau agen baru ini layak?"

"Apa maksudmu? Menjadi yang terbaik di CP8 berarti dia layak."

"Kurasa tidak begitu."

Spandam memandang agen CP9 di depannya. Dia tahu kalau ada sesuatu di dalam pikiran laki-laki menakutkan itu. Sayangnya dia bisa menebak jalan pikiran Lucci. Dan karena ini Lucci, berarti pasti ini sesuatu dengan kesadisannya. Baiklah, Spandam mengerutkan kening, meski emosinya separuh tersembunyi karena topeng yang dia kenakan.

"Apa yang kau inginkan?"

Lucci menyeringai, atau tersenyum. Kau tidak bisa membedakan keduanya. Tapi Spandam berdebar karena pandangan Lucci.

"Aku ingin mendapat ijin untuk menguji agen baru itu sebelum mereka mendapat pengakuanku."

Spandam, yang tidak menyadari akan aura kesadisan agennya menyetujui ide ini dengan cepat. Dia tidak menyadari akibat dari persetujuannya Tapi tentu saja dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Baiklah, lakukan sesukamu. Tapi aku tidak mau ada tambahan korban pada misimu selanjutnya. Mengerti?"

"Tentu saja." Lucci bangkit dan keluar dari ruangan. Hari ini tidak terlalu buruk juga. Besok dia akan memperoleh mainan baru. Sebenarnya apa bagusnya agen baru ini kalau dia bisa menyelesaikan misi dengan sempurna sendirian? Tapi sayangnya direktur CP9 itu tidak menyadari hal ini. Benar saja, Jabura masih ada di belakang pintu. Dia memandang Lucci dengan curiga.

"Apa yang dia katakan? Kelihatannya kau senang sekali?"

"Itu bukan urusanmu, anjing kampung." Lucci berlalu melewatinya. Tapi Jyabura sudah melihat seringai Lucci. Mau-tidak mau dia terpikir juga apa kira-kiara yang Spandam katakan. Dia memandang pintu ruangan Spandam dengan kesal, Pintu sialan! Aku tidak bisa mendengar suara mereka dengan jelas!

Tapi, pikirnya, Lucci senang. Mungkin yang Lucci dengar itu bukan hal bagus untuknya. Wah... sepertinya dia harus mulai mencari tahu.

Review please? Kritik, komen, masukan, dan flare selau diterima :D Buat yang udah baca, merci beacoup!