Nanatsu no Taizai © Nakaba Suzuki | Ban x Jericho | I gain no material profits from writing this fanfiction.
Warning: OOC maybe. Jericho POV.
Coba, coba kau pikir dulu. Apalagi yang salah di sini kalau bukan otakmu.
Kekasihmu telah lama mati. Dan kau rela menyerahkan nyawa demi membawanya kembali.
Mengapa? Aku bertanya.
Meski tahu waktu terus berjalan, namun kau enggan untuk melangkah ke depan.
Padahal, tak bisa kah kau lihat? Ada aku yang selalu menemanimu di kala penat.
Memang bodoh, diriku ini. Tololnya tak ketolongan. Sungguh. Aku pun tak ingin mengatakan penyangkalan.
Yang bisa kulakukan hanya bersandiwara, pura-pura baik-baik saja dengan segalanya.
Aku malah membantumu untuk menyelamatkan gadismu itu. Oh, betapa dungu.
Meski hati ini teriris perih. Pedih. Lantaran melihat lelaki yang setengah mati kucintai, setengah mati pula ia kepada perempuan lain, menjatuhkan hati.
Goresan-goresan ini terukir apik dalam batinku. Saat menyaksikan betapa besar pengorbananmu. Iya, goresan itu bernama luka. Aku turut sakit saat melihatmu tersiksa.
Dalam angan, aku bertafakur. Harapku berhambur tak mampu kukubur. Seandainya saja, takdir mau berbaik hati mengikatku denganmu. Tak akan kutolak meski benang-benang merah itu akan meninggalkan bilur biru di kulitku.
Namun, umpama hanya umpama.
Daku mafhum betul, kok, bahwa kekasihmu itu dipenuhi oleh kebaikan. Seratus persen berkebalikan dengan tabiatku yang awut-awutan.
Aku dan dia, tidak sebanding. Diriku ini sudah pasti kalah bertanding.
Perempuan busuk sepertiku mana bisa mengalahkan pujaanmu yang hatinya murni. Ini lo, Jericho, sosok yang perasaannya tidak lah suci.
Sebab diriku hanyalah gadis yang penuh ambisi. Oleh kekuatan juga kebencian, padanya aku berdedikasi.
Ah, sebelumnya, aku ingin mohon maaf padamu. Karena aku tak pernah berniat tulus untuk membantu.
Semata-mata semuanya kulakukan hanya agar aku bisa berada di dekatmu. Supaya pada yang namanya jauh, kita tak perlu.
Agar dirimu, sedikit saja bisa merasakan eksistensiku.
Ban, harusnya kau sadar. Bahwa kematian dan kehidupan bukan lah hal yang bisa kau atur-atur semau egomu yang besar.
Ada yang namanya ketetapan Tuhan. Oh, tunggu, mengapa aku malah tertawa kemudian.
Berkata seperti ini, padahal diriku sendiri tak mau menerima kenyataan yang ada. Tentang kau yang telah mencintai gadis lain, bahkan rela mati demi dirinya.
Dan benar, kau yang menang. Ia kembali hadir dalam dekapmu yang bikin tenang.
Jujur saja, aku telah kalah. Sedari awal, aku memang sudah kalah. Namun diriku masih tak mau untuk menyerah. Tapi kini, aku mulai merasa lelah.
Setitik likuid bening turun dari pelupuk. Meski dengan cepat kuhapus agar ia tak menumpuk.
Lagi pula, selama ini apa yang sebenarnya kuperjuangkan? Jelas-jelas ini hanya sebuah hubungan platonik yang dengan kukuh kupertahankan sendirian.
Supaya, dalam harapku, barangkali suatu saat nanti, ia bisa bertumbuh menjadi hal yang lain. Cinta, misalnya. Ah, sial. Terbahak aku memikirkannya.
Memang bego aku ini.
Bebal. Bebal. Bebal.
Coba, coba kau pikir dulu. Apalagi yang salah di sini kalau bukan otakmu. Kukatakan itu keras-keras, pada diriku bersama dengan cucuran air mata yang kian menderas.
A/N: secuil perasaan Jericho kepada Ban melalui sudut pandangku:) tapi sepertinya ooc ya? hehe. i ship them since they were debut on anime (when Ban was imprisoned and he stripping her down to steal her clothes in Baste Dungeon lmao) and i cant get over them oh my god! Couldnt help myself! Dunno why im sooooooo in love with Ban x Jericho huhu. (wtf yes i said i love them but i write this angsty poems instead of a fluff story what a masochist person /slap) Ingin terus berlayar di kapal mereka ini akutu:( ada yang mau nemenin aku nga ayo sini kita barengan:(
