BENCI

Rated:

T

Warning:

Alternative Universe, Out of Character, slight!BL―CrackPair. Chibi!Sehun

.

DONT LIKE DONT READ!


.

Sehun, bocah berumur lima tahun itu, memang membenci banyak hal di dunia ini. Lebih banyak dari semua bocah kecil lain seusianya. Dan itu membuatnya sudah seperti orang dewasa yang terlalu banyak berfikir. Lebih mudah kesal, lebih banyak menghelaan nafas. Begitulah…

Mari kita list hal-hal yang dibenci oleh anak ini.

Pertama, hal yang menjadi kandidat paling dibenci olehnya di dunia ini adalah huruf S, karena tentu saja semua orang tahu ia tak bisa melafalkan itu dengan benar. Semua 's' yang dia sebut dan keluar dari muutnya akan berubah menjadi 'th' tanpa ia minta. Entahlah, mungkin karena lidahnya yang terlalu pendek atau karena ia terlalu evil sehingga tuhan mengodanya? ia tak yakin. Lagipula apa hubungannya ke'evil'annya dengan cadel s-nya? Sama sekali tidak ada.

Ah, lupakan...

Sebenarnya ia tak masalah juga dengan hal itu pada awalnya. Namun setelah ia menemukan terlalu banyak orang yang menyebutnya lucu dengan kekurangannya itu, ia malah jadi membencinya. Maka dari itu, salah satu cita-citanya adalah menjadi orang besar yang tentu saja berpengaruh agar bisa menghilangkan huruf s itu dari deretan alfabet. Semoga bisa.

Yang kedua; Sehun membeci namanya. Namanya yang berawalan dengan huruf s itu bukankah terkesan sangat menyindirnya yang cadel? Dan sebagai pemberitahuan, Ia sudah pernah―terlalu sering malah―mencoba merayu mama-nya dengan bbuing bbuing yang ia buat seimut mungkin agar bisa membantunya berganti nama, tapi coba tebak apa yang ia terima? yang ia dapat hanya cubitan di pipi dan seruan mamanya sesaat setelah ia melakukan itu.

"Ya, Ampun... Anak mama imut banget~"

Dan setiap mamanya melakukan itu, ia akan kembali mengingat pada kebenciannya yang ketiga; yaitu benci terhadap orang dewasa. Ugh, mereka terlalu sering mencubit pipinya hingga merah dan membuatnya kesakitan.

Dan ahh, satu lagi―Sehun juga benci disebut imut. Baginya ia adalah pangeran paling tampan di antar siswa taman kanak-kanak yang lain. Dan jika begitu menurutnya, maka orang lain juga harus menurutinya. Salahkan sang papa―Cho Kyuhyun―yang sudah mengajarkan sifat egoisnya bahkan saat ia masih dalam proses pembuatan.

Ngomong-ngomong soal papa, ahh itu dia. Papa sedang bermain PS di depan TV. Bukannya pergi ke kantor, batin Sehun. Ayahnya memang seorang direktur perusahaan, tapi yang Sehun liat papanya bahkan lebih sering duduk di depan tv atau computer untuk main game dibanding ada di kantor atau mengerjakan tugas direktur dengan berkas-berkas penting pada umumnya.

Sehun mendekati sang papa. "Papa, Aku mau berangkat..."

Papanya mengangguk dan mengangkat sebelah tangan. "Yo, hati-hati, Sehun," balas sang Papa santai, masih melanjutkan acara bermain gamenya.

Sehun menatap datar sang papa. Ia bisa melihat dengan jelas dari tempatnya sekarang sang Mama yang mendengar itu menghela nafas dari dapur, setelah bunyi seperti barang pecah terdengar. Dan Sehun tahu dengan pasti sebentar lagi mama manisnya itu akan mendekati papanya dan mengomel.

"Apanya yang 'Yo, hati-hati, Sehun' HA?! CEPAT ANTAR SEHUN KE SEKOLAH!"

"Ugh!"

Tuh 'kan.

Sehun memang hanya anak usia lima tahun, tapi ia sudah bisa mengingat kejadian yang seakan berulang tiap hari di pagi yang indahnya ini. Ia melirik sang papa yang heboh dan kocar-kacir karena di marahi dengan pandangan tajam. Meragukan kejeniusan yang katanya dimiliki sang papa. Jika boleh memilih, Sehun bahkan lebih memilih Om Kibum―tetangga mereka yang sangat tampan dan seorang aktor, yang katanya juga naksir mama―saja yang menjadi suami mamanya. Atau dengan kata lain, menjadi papa barunya.

"Sehun, tutup mata!"

Sehun menutup matanya dengan kedua tangan saat mendengar sang papa merengek minta morning kiss sebelum pergi. Meski ia masih bisa melihat lewat celah jarinya sih...

Ya ampun... mereka telah merusak kepolosan anak mereka sendiri.

"Hati-hati di jalan..." adalah pesan terakhir sang mama saat mobil mereka melaju pergi.

.

.


.

.

Sehun turun dari mobil setelah sampai di depan TKnya. Bisa ia lihat anak-anak lain seumurannya juga banyak yang telah datang diantar mama-papa mereka. Ia bisa meihat sang papa berjongkok di depannya, menyamai tinggi Sehun. Dan Sehun merasakan tubuhnya dipeluk sang papa sebelum kemudian papanya pamit pergi dengan menyeringai. Setelah memberi petuah yang akan Sehun ingat sepanjang hayat.

"Jadilah tampan dan tetap keren di situasi apapun, oke? Sehunnie."

Tentu saja, tentu saja. Sehun mengangguk semangat, menampilkan senyum evil yang ia pelajari dari sang papa.

Kyuhyun mengacak rambut anaknya gemas, "Itu baru anak papa... Hahaha..."

Ah... buah memang tidak jatuh jauh-jauh dari pohonnya. Like father like son.

"Dadah, pap," pamitnya.

Dan Sehun berjalan masuk dengan langkah pelan menuju kelasnya bersamaan dengan Kyuhyun yang berlalu dengan mobilnya. Senyuman sama sekali tak bisa lepas dari wajahnya. Sungguh... Ia tak sabar untuk―

"Sehun-Sehun-Sehun! Tunggu!"

Eum?

Sehun berbalik badan saat mendengar seseorang memanggil namanya dari arah belakang. Wajahnya nampak tak terkejut mendapati sosok itu. Ia bisa mengira sebelumnya, orang yang selalu berteriak-teriak memanggil namanya setiap pagi. Temannya yang selalu kelewat semangat, siapa lagi? "Apa Yeol?" tanya Sehun saat mendapati salah satu kawan TKnya berada di hadapannya. Park Chanyeol.

"Bareng aku, ya?"

Sehun mengangguk kecil. Ingat? Harus tetap terlihat keren. Mereka kembali berjalan―hanya bagi Sehun sebenarnya, karena Chanyeol bahkan tengah melompat-lompat layaknya kelinci―masuk ke dalam ruangan kelas mereka. Bangku-bangku dengan kursi kecil dengan warna beragam menyambut mereka begitu sampai.

"Aku senang sekali, Sehun," kata Chanyeol.

Sehun memang tahu jika Chanyeol selalu senang dan tersenyum begitu, tapi bertanya, "Kenapa?"

Chanyeol tersenyum menampilkan deretan gigi putih miliknya, "Karena hari ini tidak libur! Aku selalu bosan saat di rumah," adunya.

Sehun memandang aneh teman satu TKnya itu dengan aneh. Sehun bahkan rela untuk memberikan semua mainannya agar bisa libur tiap hari. Dan temannya itu malah ingin sekolah. Chanyeol memang selalu bercerita jika di rumah noona-nya sangat galak dan tak pernah mau mengajaknya bermain, sedangkan ibu dan ayahnya sibuk bekerja, mungkin itu alasannya.

Berbanding terbalik dengan Sehun yang sama sekali tidak suka sekolah. Ia lebih memilih tinggal di rumah dan bermain game atau mobil-mobilan di rumah. Sekolah TK itu membosankan, terlebih jika sudah masuk pelajaran menulis. Sehun tidak suka menulis huruf, ia lebih suka berhitung.

Nah, bertambah satu hal lagi yang Sehun benci di dunia ini; menulis huruf.

"Selamat pagi, Sehunnie."

Tapi, selalu ada pengecualian di dunia ini. Dan tentu saja pergi sekolah tidak selalu buruk. Jika Chanyeol saja punya alasan untuk semangat pergi ke TK, maka Sehun juga. Dan alasannya hanya satu. Yaitu anak yang kini berdiri dan menyapanya barusan.

"Pagi, Jongie."

Jongie. Jongin.

Seorang anak dengan kulit seperti coklat kesukaan Sehun, rambut hitam dan pipi gembil.

Kim Jongin. Anak TK paling manis versi Sehun. Uhuk.

Jongin mendekat dan duduk di samping Sehun. Melepas tasnya yang bentuknya menyerupai kepala puppy di meja. Ia menoleh dan tersenyum pada Sehun hingga matanya membentuk lengkungan bulan sabit. Dan Sehun merasa wajahnya menjadi sewarna dengan warna pencampuran merah dan kuning karena senyuman itu.

Ugh, Sehun jadi semakin huruf S.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


'Thehun thuka thekali thama Jongie. Jongie mau tidak, jadi ithtri Thehunie?'

Demi apapun! itu pasti terdengar aneh dan tidak keren sekali!


.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sepertinya Sehun harus lebih giat belajar menulis huruf dengan baik untuk membuat surat cinta mulai sekarang.

Ah, cinta monyet...


FIN~