DISCLAIMER:

KnB punya Fujimaki Tadatoshi -tapi kalian pasti udah tau ya wkwk-

(Kalau KnB punya saya, AkaKuro pasti pacaran. Tapi sayangnya saya bukan pemiliknya:') -saya mah apa atuh-)

Cerita ini punya saya(?)

Warn: OOC,Typos, Sho-ai, dll

Pairing(s): AkaKuro, AoKuro, AkaFuri, AoKi, KagaFuri, MuraHimu, MidoTaka, dll~

Dulu, kita pernah tertawa berdua.

Dulu, kita pernah saling menggenggam erat tangan satu sama lain.

Dulu, kita pernah terjaga sampai pagi buta, berkirim pesan, mendengar suara satu sama lain sampai berjam-jam.

Dulu, kita pernah bermimpi, tentang keluarga kecil yang akan kita bangun nanti.

Tapi, itu dulu.

Kini, tak ada lagi tawa yang sama, kita juga tidak lagi saling menggenggam tangan, apalagi meneruskan mimpi tentang masa depan, pun juga mengobrol sampai pagi buta.

Semuanya berubah. Kamu, hubungan kita, dan mungkin juga aku.


Kuroko memandang lapangan basket Universitasnya dengan perasaan yang campur aduk. Dari jendela kelasnya di lantai 3, bisa terlihat dua orang laki-laki yang tengah berebut bola basket. Sedang One on One, sepertinya.

"Kuroko, lapangan basket itu tidak akan lenyap hanya dengan tatapan darimu."

Mengalihkan pandangannya, kini Kuroko melihat sahabat baiknya sejak SMA, Kagami Taiga yang duduk di depannya. Mata kuliah mereka sudah selesai sejak 15 menit yang lalu, kelas juga sudah kosong, hanya menyisakan Kuroko, Kagami, serta benda-benda mati penunjang kegiatan belajar mengajar.

"Orang idiot pun tau itu, Kagami-kun," ujar Kuroko. Dia sesekali melirik kedua objek yang sudah diperhatikannya 8 menit terakhir.

"Demi Tuhan, Kuroko! Ini sudah 3 tahun, dan kau masih tidak bisa terima Aomine putus darimu lalu pacaran dengan Kise, orang yang selalu mengejar-ngejarmu itu?!"

Kagami menatap Kuroko dengan kekesalan yang sangat ketara, tapi Kuroko hanya memandang Kagami dengan datar. Tipikal Kuroko Tetsuya sekali.

"Aku rela mereka pacaran. Setidaknya aku masih bisa bersahabat dengan keduanya," Kuroko menghela napas, "Tapi move on tidak semudah mengucapkannya, Kagami-kun."

Kagami mendengus. "Dan akan lebih sulit lagi jika untuk memulai pun kau enggan, Kuroko."

"Bukannya enggan, hanya belum bisa ikhlas sepenuhnya."

"ITU KAN SAMA SAJA, KUROKO!"

"Beda, Kagami-kun," Kuroko sedikit memberikan jeda pada ucapannya, "beda kata."

"Kau ini ingin kulindas pakai truk atau kukuliti saja?"

"Inginnya sih dibelikan vanilla milkshake maji burger, Kagami-kun."

"Sudahlah. Mau pulang tidak?" Tanya Kagami, kemudian berdiri dari kursinya.

Kuroko mengangguk. "Tentu saja. Kau pikir aku akan menginap di sekolah ini?"

Dan Kagami hanya bisa menghela napas lelah.


Ternyata, bersahabat dengan mantan kekasih yang masih kau cintai lebih sulit dibanding kembali menjadi orang asing. Yah, setidaknya itu menurut Kuroko Tetsuya.

"Tetsu, mau pesan apa? Vanilla milkshake saja? Kau itu sudah kurus, Tetsu, makanlah yang banyak. Jangan kalah dari alis cabang itu."

"Hm." Kuroko hanya bergumam tidak jelas. Matanya melirik sana sini. Apapun, asal bukan Aomine yang kini tengah merangkul Kise.

Kagami yang melihat itu kemudian berdeham pelan. "Kau tidak apa-apa, Kuroko?" Ia berkata sepelan mungkin sehingga hanya Kuroko yang bisa mendengarnya.

Kuroko tersenyum kecil, samar, tapi Kagami tau senyum itu dipaksakan.

"Kau tau, Kurokocchi? Aku dan Daikicchi baru saja membeli anjing baru-ssu! Namanya Aoki Daita. Bagaimana-ssu? Bagus tidak? Mungkin dia bisa berteman dengan Nigou!"

Ada sesuatu dalam hatinya yang membuat Kuroko sesak saat mendengar perkataan Kise. Mungkin panggilan baru Kise pada Aomine, atau kenyataan yang ia sadari bahwa Aoki Daita adalah gabungan nama keduanya. Entahlah, Kuroko sendiri masih kurang yakin. Jadi dia hanya mengangguk saja untuk menjawab pertanyaan Kise.

"ARGH! KENAPA KALIAN ITU SUKA SEKALI PADA ANJING SIH?" Kagami berteriak tanpa perduli sekitar yang kini menatap mereka dengan berbagai pandangan. Bingung, kesal, penasaran. Tapi Kagami tidak peduli, begitu juga tiga sahabatnya yang lain. Lagipula tatapan itu hanya berlangsung beberapa detik.

Aomine mendengus. "Dasar payah!"

"Diam kau, Ahomine!" Kagami berujar sembari menunjuk Aomine dengan jari telunjuk kanannya.

"Kagami-kun kan memang payah, Aomine-kun."

Ah, bahkan hati Kuroko mencelos atas panggilannya sendiri pada Aomine yang kembali seperti dulu; saat mereka belum menjadi apa-apa. Tapi memangnya apa yang Kuroko harapkan? Hubungannya dan Aomine kan sudah berakhir bertahun-tahun lalu.

"ARGH! KENAPA KAU MALAH MEMBELANYA, KUROKO?!"

"Terima sajalah, Kagami-kun."

"Iya, Kagamicchi! Kau kan memang penakut-ssu!"

"Kayak kau tidak saja, Kise! Kau kan takut pada hantu!"

"Yo, minna!"

Obrolan tidak penting keempatnya berakhir begitu saja saat seseorang yang sangat mereka kenal menyapa. Kuroko dan ketiga temannya mengerutkan dahi, bingung mengapa Akashi Seijuurou yang itu ada di restoran cepat saji seperti ini.

Aomine menjadi yang pertama kali sadar atas ketercengangannya. Lantas ia bertanya pada Akashi, "Lho, Akashi? Kenapa ada di sini?"

"Jadi aku tidak boleh ada di sini?"

"Yah, bukan begitu," Aomine mengacak-acak rambutnya, salah-salah dia bisa dilempari gunting oleh Akashi. "Hanya saja, ini kan restoran cepat saji, Akashi?"

"Lalu?" Akashi mendengus. "Jangan sampai aku mengulitimu dengan guntingku, Da-I-Ki."

Aomine langsung pucat pasi mendengarnya.

"Sudahlah. Akashi, gabung saja sama kita," ujar Kagami. Kemudian melanjutkan ucapannya saat melihat seorang lagi yang dikenalnya berada di belakang Akashi, "Furihata juga. Lebih ramai, lebih seru kan?"

Perkataan Kagami membuat Kuroko menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu. "Aku baru tau kau bisa sebijak ini, Kagami-kun," ujar Kuroko, yang menerbitkan gelak tawa Aomine dan Kise, serta protesan Kagami.

~TBC~

AN(?)

Hallo, semuanyaaaa! Saya masih newbie.. Jadi... Yoroshiku onegaishimasu(?) ^^

Maaf ya kalau ceritanya jelek:( AkaKuronya juga belum ada :') Terima kasih sudah mau membaca cerita absurd saya ini! Hehehehe