Hetalia - Axis Powers (c) Himaruya Hidekazu, Japan.

Mythology = Historical Research (c) The World.

I gain no material profits by making this Indonesian semi-historical fanfiction work.

Mentari Merah (c) INDONESIAN KARA, 2018.

.

"Mentari merah, membakar raga juang buwana keluaran para masa yang bersimbah darah."


Half-side story from LIEUTENANT GOVERNOR ...


Mentari pagi segeralah naik takhta ...

... menerangi buwana,

... dengan benderangnya cahaya,

... menemani pribumi untuk bekerja.

"Hanya soal waktu, panen yang terjual akan mengisi kas negara, Tuan."

Seseduh kopi tubruk di cangkir, beliau sesap perlahan. Balas dan tanyanya, "Berapa banyak?"

"Jauh lebih banyak dari yang bisa Anda bayangkan, Tuan."

Tidaklah mungkin terperi,

... kehadiran sang matahari,

... mencegahi para mati,

... untuk hinggap pada bumi pertiwi.

Busur dan anak-anak panah Srikandi jatuhkan dari punggung. Alangkah lelah raganya, berjalan mencari "peradaban pribumi" yang ia kenal sebelum-sebelumnya.

Telak. Semua berubah.

Berapa lama Srikandi pergi?

Mengapa kerajaan di tanah leluhurnya telah lenyap?

Majapahit? Sriwijaya? Tak bersisa banyak, sekadar peninggalan-peninggalan sejarah yang akan menjadi petunjuk pada masa di mana ia masih menjejakkan kaki di sini, pula beberapa tahun ...

... dekade ...,

... abad ...,

... bahkan bermilenium-milenium sebelumnya.

Lututnya menyentuh tanah; keras. Srikandi menitikkan air-air mata.

(Nyala-nyala api, puing kerajaan, kainan beludru yang gosong melegam ... hanya itu yang ia netra.)

Ternamun dengan wajah sendu,

... alangkah bertampak sayu,

... dengan sesurat kisahan haru ...,

Haruskah sang personifikasi memendiangkan paru-paru?

Indonesia terbatuk keras. Dadanya sesak. Teralangkah sakit hingga ia meneteskan air mata; tidak cukup satu, banyak.

Tangan kanannya yang bebas memukul-mukul dada kiri ... tempat di mana jantungnya masih berdetak memompa darah, salah satu organ kehidupannya sebagai personifikasi.

Mentari seolah merah.

Seakan mencambuki punggung, meremukkan tubuh-tubuh yang ringkih.

Alangkah lemah.

Roh dari raga-raga yang mati ngeri hanya mampu bersedih.

Tidak kurang dari satu nama negeri ...

... menapakkan kaki di atas bumi pertiwi.

Mentari laksana cambuk di pagi hari ...

... menatap kejam ke arah raga-raga yang terbakari.

Mentari ...

Merah ...

Selaksanaan darah.