Yuyuyuyu! Saiia balik lagi dengan fic abal, gaje en banyak typo. Kali ini mau bikin yang sedih-sedih.. hiks…hiks karena saya lagi sedih. Huhuu
The story is made by Putri Hinata Uzumaki Mafioz
"TEARS"
Rated : T
Pairing: AsouHina, NaruHina, SasuSaku
Terinspirasi dari Dorama jepang. "Ichi Ritoru No Namida"
Warning: typo, EYD gak bagus, promosi dll
Aya haruto: wah…masa ah? Makasih aya-cahn! ^^
Hokage Pontianak: wah. Iya kah? Hihhi makasih… seneng juga punya teman satu kampong ^^. Pontianaknya mana? Add fb boleh kok…hihihi. Dengan senang dan gembira akan saya konfirmasi ^^
HINATA POV
Aku duduk berselonjor di atas rerumputan hijau di atas bukit sambil menatap langit senja. Memegang buku diary berwarna lavender kesukaanku sambil merenungkan masa depanku setelah ini. Apa yang bisa ku lakukan? Setelah raga mungilku ini tak dapat bergerak dan digerakkan? Hanya bisa terbaring lemah di rumah sakit dengan berbicara yang tergagap-gagap atau bahkan tak bisa lagi dan dikelilingi oleh, orang-orang yang menatapku dengan wajah lesu, tatapan mereka seolah aku ini sangat lemah dan harus dilindungi oleh pengawal-pengawal berperawakan gagah. Aku tak bisa begini terus. Berkali-kali aku membuktikan kalau aku ini baik-baik saja. Tidak usah khawatir padaku. Tetapi tubuh ini seakan menolak untuk bekerja sama dengan pemikiranku ini. Yah aku terkena penyakit Spinocerebellar Ataxia. Dimana penderitanya atau bisa dibilang aku. Perlahan-lahan tidak bisa berjalan, memegang, bicara dan makan. Sangat menderita sekali bukan? Berkali kali aku menangis, menyalahkan tuhan yang membiarkanku menderita seperti ini. Tapi , apakah kalian tahu? Kedua orangtuaku tidak mengetahui tentang hal ini. Yah karena aku tidak mau merepotkan kedua orang sibuk itu. Dan apakah maksud dari kata 'orang-orang yang menatapku dengan wajah lesu, tatapan mereka seolah aku ini sangat lemah dan harus dilindungi oleh pengawal-pengawal berperawakan gagah' yang kumaksud adalah sahabatku , kakakku,adikku,supir pribadiku, para maid di rumah ,dan asisten pribadiku. Yah hanya mereka yang tahu dan mereka disa jaga rahasia kok. Setelah cukup puas memandangi langit senja yang perlahan-lahan turun menjadi kegelapan. Perlahan aku bangkit dari dudukku di bukit yang indah ini. Yah setiap hari aku pasti selalu ke sini. Tempat ini seperti kekasihku. Aku selalu menangis, tertawa di tempat ini. Dan pastinya hanya aku yang tahu letak tempat ini. Tidak mungkin kan kalau aku tertawa dan menagis tanpa sebab seperti itu dan dilihat orang banyak?.
.
.
.
.
aku panik ! sangat panik ! mengetahui hari sudah gelap seperti ini. Pasti gerombolan anak-anak nakal yang selalu mengganggu ketenangan umum sedang bersuka ria di gang sempit itu. Samar-samar telingaku dapat menangkap suara gaduh mereka dan langsung saja kakiku ini mematung ditempat. Bukan karena takut. Melainkan karena perintah dari otak tidak direspon oleh kakiku yang seharusnya bergerak."cih! terjadi lagi" gumamku kesal. Tak bisa kupercaya! Dalam kesempatan yang menyusahkan seperti ini, penyakit sialan ini masih sempat-sempatnya mempengaruhi tubuhku. Aku pun tak dapat berkutik lagi sekarang. Hanya mematung dalam diam menanti datangnya sebuah keajaiban. Dan samar-samar lagi aku menangkap sebuah suara yang membuatku merinding ketakutan
"Deidara senpai! Beli permen yok!"
"ah dasar kau anak autis! Beli sendiri sana un!"
"huh! Pelit! Sasori senpai-"
"aku tidak mau!"
"huh dasar kejam! Ya sudahlah Tobi beli sendiri"
Dan lagi. Telingaku menangkap suara sepatu yang rebut menyentuh aspal jalanan dan ditambah maki-makian dari si pemilik kaki itu. Tubuh mungilku masih tetap mematung ditempat.
Tap
Tap
Tap
"huh memang dasar! Padahal yang punya ide untuk membentuk-"
Perkataan orang itu terpotong karena saat ia akan berbelok , terhalangi oleh sosokku. Sosok yang mematung di tempat tepat di balik tembok gang sempit itu. Laki-laki itu sangat tidak wajar! Memakai topeng berbentuk seperti lollipop jeruk. Tetapi aku dapat melihat betapa tajam tatapan matanya yang berwarna merah terang dibalik lubang topeng itu. Seperti mata setan!
Saat itu aku sangat ketakutan! Bisa saja orang itu akan memanggil teman-temannya. Fikiran seperti itu sangat mengagetkanku . ingin rasanya aku lari sejauh mungkin! Tetapi kaki sialan ini…-
.
.
Hening beberapa detik dan…
Plok! Plok! Plok! Suara tangan bertepuk. Kulihat orang itu bertepuk tangan. Seperti mendapatkan barang baru sesuai incarannya selama ini. Lantas saja suara derapan langkah kaki yang menyentuh aspal jalanan bersahutan dan bisa ku dengar juga perkataan –perkataan lain atau yang bisa di bilang percakapan mengenai "huh Tobi kali ini dapat apa ya?" aku sungguh ketakutan setengah mati. Dan tanganku juga susah di ajak kompromi. Perlahan bulir-bulir mutiara bening menetes membasahi wajahku yang tengah menunduk, saking takutnya.
"ah tobi siapa dia?"
"wah mantap itu pastinya"
"wah kau benar-benar pintar"
"wkwkwk sepertinya menarik"
"ahahaha kau dapat cewek ,un!"
Aku gemetar memandang orang-orang berbaju hitam dengan motif awan-awan merah darah. Di tambah lagi dengan tampang mereka yang sangar seolah ingin menerkamku bulat-bulat. Akhirnya tubuh ini bisa bergerak juga. Langsung saja aku berbalik kearah belakang dan berlari sekencang-kencangnya menyembunyikan isakan tangisan di balik punggung tanganku. Dan seperti biasa atau memang sudah keharusan dari takdirku ini. Badan ini tidak seimbang dan
"BRUAK!" aku jatuh tersungkur. Siku-ku berdarah tergores aspal jalanan, hidungku mengeluarkan sesuatu yang hangat. Aku tak tahu apa itu karena langit malam semakin pekat. Posisiku sekarang meringkuk dalam gelap di pojok dinding pagar rumah setinggi 3 meter dan disebelahku ada tiang lampu (bingung? Author-pun susah jelasinnya). Aku merasa gerombolan anak-anak nakal itu tidak mengejarku. Ah mungkin karena aku terlalu takut. Lalu aku mencoba untuk berdiri, saat aku akn membelok ke gang sempit disebelahku, badanku bertubrukan dengan badan seseorang. Sehingga membuatku tersungkur.!
BRUKK! "ittai!" jeritku sehingga membuatku jatuh terduduk memegang kepalaku. Lalu aku teringat dengan gerombolan anak-anak nakal tadi. Aku takut! Jangan-jangan itu salah satu dari mereka?
"hyuga?" Tanya sosok itu. Mataku tak bisa melihat wajah orang itu. Karena badannya membelakangi lampu. Sehingga aku hanya bisa melihat siluetnya saja di balik cahaya cemerlang lampu.
"y-ya?"jawabku sekenanya
"oh tak salah lagi. Karena mata lavendermu itu" jawabannya membuatku semakin takut.
"maaf? Anda siapa? Kenapa anda mengenal saya?" tanyaku dengan lirih , tapi masih bisa di dengar karena suasana malam sepi.
"oh…ya . aku Haruto Asou! Dokter pribadimu. Dan keadaanmu sekarang sangat mengenaskan. Ayo pulang!" ucapnya sambil menarikku dan menggendongku
"e-eh? Do-dokter?
-TBC-
Huwaaa! Gimana? Jelek? Abal? Maaf soalnya saiia harus latihan gitar dulu buat ulangan besok. Maaf ya semua… huhuhuhu hiks
Saiia tunggu REVIEW nya. Jangan di FLAME yah? Dosa lo…
REVIEW
VIEW
EW
W
=3=
