Hei, SeNaa back with new story. Haaahh padahal masih punya tanggungan 'Guardian Love' tapi berani-beraninya publish cerita baru. Mian, mianhae...
Cerita ini sebenernya udah cukup lama ada, Cuma belum berani publish, baru sekarang aja.
This story dedicted for those who were 'TAOHUN' shipper, especially Nekun unni (AnjarW) , I'm fulfill ma promise with this story ^^
Warning!
Genderswitch inside with Tao and Luhan as girl. Crack pair TAOHUN. If you don't like the cast, just go because this story belongs to me and I was warning you.
All the cast belongs to their own and God. I just lend their name for ma story.
Anyways, Happy Reading gaes ^^
E
X
O
Last Hope
E
X
O
Sinar matahari perlahan memasuki ruangan dengan seorang yeoja dan namja yang masih bergelung dibalik selimut.
Yeoja POV
"Akh!" Aku terbangun, meringis merasakan betapa kepalaku terasa sakit sekali. Aku tak ingat berapa banyak minuman yang ku habiskan semalam. Aku mencoba beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh wajahku, berharap akan membantu mengurangi sedikit pusing dikepalaku. Belum aku beranjak, aku merasakan seseorang memeluk pinggangku. Aku menoleh mencoba mencaritahu siapa yang sedang memelukku. Mataku membulat sempurna begitu mengetahui seorang namja yang tak ku kenal siapa, memelukku erat. Yang membuatku syok namja ini tak menggunakan sehelai benangpun, badannya hanya tertutupi oleh selimut yang juga menyelimuti tubuhku. Oohh... aku melihat tubuhku. Ya Tuhan, apa yang terjadi, bagaimana bisa...
Yeoja POV end.
3 months later
Seorang namja berdiri menghadap seorang yeoja yang duduk di sofa sebuah ruangan. Namja berkulit seputih susu itu memasang wajah kesal, terlihat tak suka dengan kehadiran yeoja dihadapannya.
"Cepat katakan apa yang membawamu kemari, aku tak punya banyak waktu" Namja tadi melipat kedua tangannya didada, mengeluarkan suara yang cukup kasar. Membuat yeoja dihadapannya semakin kuat meremas bawahan blouse yang ia kenakan. Nyalinya menciut, tapi ia harus mengatakannya.
"A-aku aa-aku hamil Sehun" Nada suaranya merendah, membuat namja yang dipanngil Sehun itu harus menundukan badannya, membungkuk menghadap wajah yeoja tadi.
"Apa yang kau katakan?" Sejujurnya Sehun mendengarnya, diruangan ini hanya ada mereka berdua, dan ruangan ini di design kedap suara, mana mungkin ia tak mendengarnya. Tapi demi Tuhan, laki-laki mana yang siap jika tiba-tiba ada seorang yeoja yang bukan yeojanya mendatangimu dan mengatakan jika ia hamil. Oh Sehun merasa harus mendengar yeoja ini mengulang ucapannya, ia hanya ingin memastikan apa yang didengarnya.
"Aku hamil Sehun"
JEGGEERR
Sehun mendengarnya dengan sangat jelas sekarang, tapi ia masih diam, belum mampu memutuskan apa yang harus ia perbuat. Merasa tak ditanggapi, yeoja ini memutuskan untuk memandang Sehun, posisi Sehun yang masih merunduk menghadapnya membuat mata mereka bertemu, yeoja ini memutus kontak mata mereka, mengalihkan pandangnya, kemanapun asal jangan mata itu. Mata tajam yang memandang benci kearahnya. Sehun kembali pada kesadarannya.
"Jangan bercanda nona Huang" hanya kalimat itu yang bisa ia lontarkan untuk menutupi segala macam perasaan yang sekarang bergemuruh dihatinya, ia menegakan tubuhnya, masih menatap yeoja bermata panda yang ia panggil nona Huang dengan mata nyalang.
Yeoja itu mengambil tasnya, mencari sesuatu didalam sana. Setelah ia menemukan apa yang ia cari, ia meletakan sebuah amplop diatas meja dihadapan Sehun, tertera sebuah tulisan di amplop itu 'Seoul Hospital'
"Itu hasil pemeriksaan dokter, usianya 10 minggu"
Sehun membuka amplop tersebut, matanya membaca setiap tulisan didalam sana dengan rinci, seolah hidupnya ditentukan dengan apa yang ada didalam amplop tersebut.
"Lalu? Untuk apa kau menunjukan hal ini padaku? Kau ingin aku bertanggung jawab? Dalam mimpimu Huang Zitao! Kau jelas paham bahwa aku memiliki seorang istri yang sangat aku cintai, dan aku tak akan melepaskannya hanya karena karena kau mengatakan janin yang kau kandung adalah anakku" Sehun menghempaskan amplop itu begitu saja. Amarahnya memuncak, ia tak bisa, sungguh ia tak siap dengan hal ini. Ia memang menginginkan hadirnya anak dalam hidupnya, tapi tak pernah terfikirkan olehnya jika itu akan ia dapat dari yeoja lain, bukan yeojanya, bukan istrinya. Ini salah, ia tak ingin kesalahan ini menghancurkan hidupnya, menghancurkan cintanya, menghancurkan pernikahannya yang sudah berjalan 3 tahun.
Huang Zitao paham mengapa Sehun bisa semarah ini, ia pun tak menyangka jika ia mengandung anak dari seorang yang tak ia kenal dan telah bersuami pula. Zitao tak pernah mengira hidupnya akan seperti ini, bertemu dengan namja berwajah datar bernama Oh Sehun. Sehun, usianya baru menginjak 27 tahun, tapi ia telah sukses dengan menjadi CEO di perusahaan yang ia bangun sendiri, catat! Yang ia bangun sendiri, bukan hasil warisan atau apapun itu. Tampan hanyalah bonus bagi hidupnya, bagaimana tidak? Ia terlahir di keluarga kaya, ayahnya merupakan pengusaha sukses yang memiliki beberapa perusahaan dibidang properti yang tersebar merata disetiap negara di Asia dan beberapa negara di Eropa. Terlahir dikeluarga yang sempurna membuat Oh Sehun menjadi sosok yang ambisius, perfeksionis, keras dan tangguh. Ia terbiasa mendapat apa yang ia inginkan, dan pendidikan terbaik yang ia peroleh membuatnya semakin dipuja. Tetapi ia bukan laki-laki ramah yang mau memberikan senyum pada siapa saja yang ia temui. Sekalipun posisinya sebagai seorang CEO yang membuatnya harus berhadapan dengan banyak pihak, ia tetaplah Sehun. Dan itu membuatnya makin disegani rekan bisnisnya yang menganggap sikap tak ramah Sehun adalah daya tarik dan memberikan kesan berwibawa pada saat yang bersamaan.
Zitao tersenyum mendapati amarah Sehun setelah mendengar tentang kehamilannya.
"Aku tidak meminta pertanggungjawaban atau apapun itu Sehun ssi, aku hanya ingin memberitahumu bahwa dia ada, aku rasa kau berhak untuk tau karena kau ayahnya" Zitao berusaha tenang menghadapi sikap Sehun yang sudah ia perkirakan sebelum menemui laki-laki ini. Sudah bukan rahasia lagi kan, jika Sehun orang yang meledak-ledak.
"Bagaimana bisa kau begitu percaya diri mengatakan bahwa aku adalah ayahnya, bisa saja kau melakukannya dengan namja lain. Demi Tuhan, kita hanya melakukannya sekali dan kita sama-sama mabuk saat itu, tak bisakah kita melupakan hal itu dan kembali pada kedamaian, sebelum bertemu denganmu hidupku sangat sempurna sampai kau datang dan merusak semuanya!" Sehun mendesah keras, mengusap wajahnya dengan kasar.
"Maaf, maafkan aku jika kedatanganku membuat hidupmu yang sempurna itu menjadi berantakan, jelas bahwa aku tak pernah berniat mengusikmu. Dan kurasa kau perlu tau bahwa aku hanya pernah melakukannya denganmu Sehun ssi. Aku permisi" Zitao beranjak dari duduknya dan memutuskan untuk pergi.
Sehun baru saja akan kembali menuju meja kerjanya ketika ia mendapati seseorang masuk keruang kerjanya tanpa permisi, dan hanya ada beberapa orang yang berani melakukannya, salah satunya adalah...
"Lu-luhan, yeobo. Sejak kapan kau disitu sayang?" Wajah Sehun memucat mendapati istrinya berdiri dengan tangan yang masih memegang kusen pintu kantornya, menahan pintu itu supaya tetap terbuka.
Luhan tak menjawab pertanyaan Sehun, ia justru berhadapan dengan Zitao, perbedaan tinggi diantara mereka memaksa Luhan yang mungil menengadahkan wajahnya untuk menatap Zitao.
"Bisakah kau kembali duduk nona, aku ingin kita bicarakan ini"
Luhan sudah mendahului duduk di sofa yang tadi ditempati Zitao. Sehun menatap keduanya tak menunjukan reaksi apa-apa, pikirannya melayang entah kemana, ia tak mengerti harus menjelaskan apa pada Luhan, istrinya. Ya, Sehun dan Luhan sudah menikah 3 tahun yang lalu, diusia mereka yang masih sangat muda tak ada hambatan atau perselisihan yang berarti, hanya pertengkaran kecil terkadang. Namun mereka selalu bisa mengatasi, terlebih karena Luhan adalah tipikal wanita penyabar dan tak suka membuat masalah berlarut-larut, inilah yang membuat pernikahan mereka bertahan. Sehun sangat mencintai Luhan, ia tak menampik jika ia adalah laki-laki egois yang ambisius, dan ia juga tahu Luhan dengan sikapnya yang dewasa mampu mengimbangi sifatnya yang keras.
"Lu, aku bisa jelaskan semuanya" Setelah berdiam diri, Sehun akhirnya buka suara, ia mendudukan dirinya disebelah Luhan, sedang Zitao memutuskan untuk duduk di single sofa berhadapan dengan Sehun dan Luhan.
"Sebaiknya memang begitu, aku butuh penjelasan" Luhan menatap Sehun dan Zitao bergantian.
"Kenapa diam Sehun?" Luhan memandang Sehun dengan mata berkaca-kaca. Sehun tau jika Luhan sudah memanggil namanya maka Luhan sedang marah padanya, dan Sehun juga tau jika saat ini Luhan sedang menahan tangisnya. Sehun sangat ingin merengkuh tubuh Luhan dalam pelukannya, menenangkannya. Sampai sebuah suara menggagalkan keinginannya.
"Bisakah kalian selesaikan masalah pribadi kalian tanpa aku, aku masih ada urusan lain" Zitao menyela kegiatan Sehun dan Luhan, memutus kontak mata mereka.
"Kau pikir siapa yang membuat kami menjadi bermasalah seperti ini!" Sehun menggeram marah pada Zitao.
"Cepat jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi Oh Sehun!" Luhan balik memarahi Sehun, meminta penjelasan. Sedang Sehun berganti memandang Zitao dengan pandangan menuduh.
"Jangan menatapku seolah-olah aku adalah penyebab kalian menjadi seperti ini, tidak bisakah kau mengerti posisiku Oh Sehun?" Pandangan Zitao mulai berkabut, Zitao tau sebentar lagi ia akan menangis, tapi ia berusaha menahannya.
"Dan apa bisa kau bayangkan nona, bagaimana jika kau terbangun dipagi hari tanpa busana dengan seorang namja yang tak kau kenal tertidur disampingmu yang ternyata keadaannya tak berbeda jauh denganmu, aku harus apa ketika aku menyadari namja itu telah merenggut apa yang selama ini kau jaga. Demi Tuhan, saat itu aku berniat untuk melupakannya dan tak berniat sama sekali untuk mempermasalahkan hal ini dikemudian hari, apalagi sampai membuat kalian saling berteriak seperti ini. Aku sudah bisa melupakan kejadian itu sampai seminggu yang lalu aku merasakan ada yang berbeda dengan tubuhku. Maaf, maafkan aku" Runtuh sudah pertahanan ZItao, yeoja bermata pada ini menundukan wajah menutupnya dengan kedua tangan, menangis.
"Bertanggung jawablah padanya Sehun" Suara Luhan terdengar begitu yakin saat mengatakannya hal tersebut.
Sehun tersentak dengan perkataan Luhan, ia tak habis pikir dengan apa yang Luhan katakan.
"Kau gila Luhan! Bagaimana bisa kau mengatakan itu dengan mudahnya, lalu bagaimana dengan pernikahan kita Lu" Sehun menahan kedua bahu Luhan, membuat Luhan menatapnya.
"T-tapi bagaimana dengan janinnya Hun-ah, bagaimana dengan aegy kalian, hiks" Luhan menangis, Sehun membawa Luhan kedalam dekapannya.
"Ku mohon Lu, jangan seperti ini" Sehun berujar lirih sambil terus berusaha menenangkan Luhan, mengusap lembut kepala Luhan. Mereka seakan lupa jika Zitao masih disana. Zitao masih disana, dan ia semakin merasa bersalah.
"Luhan, namamu Luhan" Zitao yang mulai berenti menangis mencoba kembali berbicara. "Tenanglah, aku tak akan mengambil suamimu meskipun kau menyerahkannya padaku hanya karena aku mengandung anaknya" Zitao menunduk, ia harus mengambil keputusan yang sama sekali tak terlintas dipikirannya sebelumnya, tapi ia harus melakukannya, ia tak ingin Luhan merelakan orang yang ia cintai demi sebuah kesalahan seperti yang Sehun katakan, ya anak yang ada dikandungan Zitao adalah kesalahan.
Luhan melepaskan diri dari pelukan Sehun, ia menatap Zitao. Solah bisa membaca keinginan Zitao, Luhan memperjelasnya pada Zitao
"Apa yang akan kau lakukan?" Luhan akhirnya bertanya.
"Anak ini, a-ku aku akan menggugurkannya" Zitao menjawabnya dengan begitu yakin.
"Andwae! Tidak tidak tidaakk, jangan! Kau tidak boleh menggugurkannya, tidak" Luhan berteriak histeris mendengar penuturan Zitao.
"Lu, biarkan saja jika dia ingin menggugurkannya" Sehun menanggapi keinginan Zitao dengan senang hati. Luhan menatap Sehun tak suka.
"Dan membuatmu melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, tidak Hun-ah. Cukup sekali saja kau melakukan kesalahan yang berujung dengan hadirnya janin itu, aku tidak ingin kau melakukan kesalahan lain dengan membunuh janinmu Hun-ah" Suara Luhan memelan diakhir, ia kembali menangis.
Sehun yang tak tahan dengan sikap keras kepala Luhan, menghela nafas berat namun tetap merengkuh Luhan, menenangkannya.
"Lalu agaimana denganmu Lu, pernikahan kita. Aku tak pernah berfikir untuk mengakhirinya, apapun yang terjadi" Sehun mencoba membujuk Luhan baik-baik dengan mempertanyakan perihal pernikahan mereka, berharap Luhan berubah pikiran dan membiarkan Zitao menggugurkan janinnya.
"Aku tak apa Hun-ah" Luhan melepaskan diri dari rengkuhan Sehun.
"T-tapi Lu" Sehun tak yakin.
"Percayalah Hun-ah, aku baik-baik saja" Luhan meyakinkan Sehun dengan menggenggam tangan Sehun, menatap mata hazel itu dalam. Luhan kemudian berbalik menatap Zitao yang masih setia duduk melihat pemandangan didepannya dengan miris. Bagaimana bisa aku merusak hidup dua orang sekaligus, Ya Tuhan aku harus bagaimana. Zitao bergelung dengan batinnya.
"Namamu siapa nona?" Pertanyaan Luhan mengembalikan kesadaran Zitao.
"Zitao, Huang Zitao"
"Kau orang China?" Luhan kaget, begitu pula dengan Sehun, ia tak pernah memperhatikan marga Zitao yang merupakan marga milik orang China. Sementara Zitao hanya mengangguk mengiyakan penyataan Luhan.
"Baguslah, ini akan semakin mudah karena aku juga berasal dari China. Zitao bisakah kau tinggal bersama kami?" Luhan mengajukan penawaran pada Zitao yang sontak langsung dihadiahi tatapan membunuh oleh Sehun, emosi Sehun bangkit kembali.
"Apa-apaan kau ini Lu?" Sehun sedikit berteriak, ia tak dapat menutupi kekesalannya pada Luhan yang dengan seenaknya meminta Zitao untuk tinggal bersama mereka.
"Sehun-ah, aku ingin Zitao tinggal bersama kita, supaya kita bisa terus mengawasi kehamilannya, dan nanti ketika aegy lahir kita bisa merawatnya Hun-ah. Kau tidak lupa kan, sampai saat ini aku belum juga bisa mengandung. Aku rasa orang-tuamu akan sangat senang sebentar lagi mereka akan punya cucu" Luhan menggenggam tangan Sehun erat, berusaha meredakan amarah suaminya.
"Anak yang dikandungannya belum tentu anakku Luhan!" Sehun membentak Luhan dengan menunjuk pada Zitao.
"Kita bisa lakukan pemeriksaan sekarang Hun-ah" Luhan menawarkan solusi.
"Tidak bisa, aku ada rapat dengan dewan direksi siang ini" Sehun menjawab ketus.
Cukup! Zitao merasa harus angkat bicara. Tujuan awalnya kemari hanya untuk memberitahu Sehun bahwa ia mengandung anaknya, Zitao tak pernah sedikitpun berniat untuk meminta pertanggung jawaban Sehun apalagi sampai membuatnya harus bercerai dengan Luhan, dan apa itu tadi? Mereka akan merawat anaknya, oh jangan! Zitao merasa harus mempertahankan harga dirinya kali ini, setidaknya ia masih mampu untuk membiayai hidup anaknya kelak.
"Kau tidak harus melakukan ini Luhan ssi"
.
.
.
TBC
E
X
O
Thank you for those who take the time to read this story, really appreciate you all ^^
Btw...
Happy Birthday Do Kyungsoo, Happy Birthday Kkamjong! Happy KaiSoo Day!
Happy #3yearswithSehun , Happy HunHan Day! *SCREAM*
Sehun, Tao, Kai, Xiumin udah ganti warna rambut nih, apa itu artinya kita semakin dekat dengan era baru? Can't wait...s
