Not An Ordinary Woman
.
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, Mushi cuma numpang minjem
Rated M for Blood
Genre : Crime, Romance
Pair : Naru x Hina :D
Warning : Typo, OOC, ColdHina, KillerHina, Karakter Hinata di sini sangat kuat, dan cukup sama dengan Hina di RTN, ide pasaran, Abal, Aneh, dan masih banyak yang lain.
Don't Like Don't Read! I've Warn You! :)
OoOoOoOooOoO
Dedicated for My Beloved Cousin Birthday "Hikaru Reisa" #udah rengek2 minta di buatin fic Crime/Romance buat Ultahnya#
Hope You Enjoy :)
OoOoOoOoOoOoOoO
PROLOG
Zrashh! Suara air mengucur perlahan, membuat sensasi dingin menjalari seorang wanita yang kini tengah mengadahkan wajahnya. Membiarkan air itu membasahi seluruh wajah serta tubuhnya. Bibirnya terkatup rapat, hanya diam tanpa melakukan apa-apa. Dirinya mencoba menenangkan diri, mengingat banyaknya kejadian-kejadian melelahkan yang mendatanginya sejak kemarin.
Kamar mandi itu terdengar sunyi, hanya gemercik air yang terdengar, lampu yang menerangi ruangan sudah cukup membuat sang gadis puas.
"…"
Sampai-
Kedua tangannya bergerak perlahan, mematikan showernya dengan pelan. Kedua manik yang masih basah terkena air, ikut terbuka. Helaan napas terdengar singkat.
Manik indigonya sama sekali tak memancarkan cahaya, hanya gelap, dan terlihat dingin.
Drrt-
Getaran yang berasal dari ponsel di dekat posisinya, membuat sang empunya reflek menoleh cepat. Berjalan dengan tubuh tanpa busananya, dan tanpa menunggu lama mengambil benda itu-
Memperhatikan layar di sana sekilas, dan menjawab panggilan-
Klik-
OoOoOoOoOoOoOoO
"Ada apa memanggilku, ayah?" suara dingin itu berucap singkat, memandang datar kearah pintu. Ia kembali melangkahkan kakinya, mengambil handuk yang tergantung tepat di dekat dinding.
"Dimana kau sekarang?" nada yang tak kalah dingin terdengar jelas di seberang sana. Membuat sang empu yang mendengarkan, menghela napas cepat.
"Hotel di dekat pertokoan Konoha. Ada apa?"
"Besok, ayah ingin membicarakan masalah pekerjaanmu selanjutnya."
Memicingkan maniknya tajam, wanita itu tahu kemana arah pembicaraan ini berlanjut. Dirinya tidak mau menunggu lama lagi, jadi-
"Katakan saja sekarang, ayah. Aku sedang terburu-buru." Ujarnya cepat-
"Terburu-buru, hm? Masalah apa lagi yang kau buat?" menjawab datar, dengusan terdengar. Membuatnya menunduk singkat, mengepalkan tangan kuat-kuat.
"Ayah tidak perlu tahu. Ini masalahku sendiri. Jadi bisa katakan apa lagi pekerjaanku yang selanjutnya?" perlahan, dengan tubuh yang di balut handuk. Rambut indigonya terurai basah, wanita itu berjalan keluar dari kamar mandi. Tak lupa mengambil sebuah benda yang sudah ia letakkan pada meja kecil di dekatnya.
"Klien ayah yang satu ini mempunyai musuh bagi perusahaannya. Seseorang yang erat kaitannya dengan sebuah organisasi di Konoha."
Berjalan, memutar kenop pintu. Ia membukanya perlahan, manik indigonya menatap malas saat melihat pemandangan di hadapannya-
"Jelaskan dengan singkat, aku sedang tidak ingin berbasa-basi ayah." Memotong ucapan laki-laki di seberang sana, menggenggam sebuah benda yang sudah di ambilnya tadi.
Sret-
Mengacungkan dengan santainya ke arah pemandangan tak jauh dari sana-
"Hn, mangsamu besok. Bunuh Naruto Uzumaki, buat dia menghilang dari dunia ini selamanya. Ayah akan menunggu kabarmu,"
Langkah kaki itu terhenti, kedua manik membulat sekilas. Tubuhnya tersentak-
Sebelum akhirnya-
"Hh, baiklah." Mendengus pelan, ia menutup matanya singkat. Menghiraukan seorang laki-laki yang kini berdiri dengan tangan bergetar mengacungkan sebuah pistol di depannya. Pemandangan yang tragis, darah yang mengucur dari lengan, kaki, serta anggota tubuh lainnya, membuat aroma anyir merebak memenuhi seluruh ruangan.
Menatap malas-
Dirinya mengacungkan balik pistol di tangannya, sikapnya terlihat tenang, berjalan semakin mendekati sang mangsa yang berteriak ketakutan-
"Dasar wanita iblis! Berani sekali kau membohongi kami!"
"….." tak merespon, ia tetap berjalan.
"Jangan mendekat, atau kau akan kutembak! Wajah manismu itu ternyata hanya topeng! Pembunuh sialan! Wanita tidak tahu diri!" berteriak kesetanan, terlihat sekali tubuh itu bergetar. Bukannya menembak malah memundurkan langkahnya-
Masih menggenggam ponsel di tangan kirinya, "Ternyata masih ada yang hidup, aku harus menyelesaikannya ayah."
"Hn, jangan beri orang itu kesempatan untuk hidup."
Tersenyum miring, dengusan keras untuk yang kesekian kalinya ia lakukan, "Tentu." Menjawab singkat, panggilan ia putuskan.
OoOoOoOooOoOoOoO
Dan kini-
Kedua maniknya terfokus pada sang laki-laki-
"Kau mengatakan apa tadi? Maaf, aku tidak dengar." Melangkahkan kaki semakin mendekat.
"Hii! Berhenti atau kutembak!"
"Menembakku? Kh, untuk berdiri saja sekarang kau hampir tidak kuat." Mengejek, memandang dengan malas. Ia tidak ingin membuang-buang waktunya-
"Kawan-kawanmu sudah mati di tanganku, tapi kau ternyata masih bisa bertahan hidup. Hebat sekali. Kuberi kau penghargaan atas itu."
"Apa maumu, hah?! Membohongi kami, membuat kami terjatuh dalam perangkapmu, dan membunuh kami begitu saja!"
Bagaikan angin lalu, tanpa ampun wanita itu berjalan cepat, tidak peduli dengan teriakan dan ketakutan orang di hadapannya.
"Menjauh!"
DOR! Suara bising dari timah panas terdengar, Ia menghindar dengan lancar. Berlari semakin cepat, menunduk menghindari pukulan brutal yang di berikan laki-laki itu. Kepanikan telah membuatnya lupa kalau perbedaan besar tubuh mereka berbanding sangat jauh.
"AAAA! MENJAUH!"
"Lemah." Dengan mudah, sang indigo berdiri di belakang laki-laki itu. Membuat sang empunya terkejut dan hendak berbalik-
"AAA-"
Sebelum-
Sret!
Sebuah pistol berhenti tepat di keningnya, menempel kuat, kedua manik yang membuat tubuhnya kaku seketika. Dan suara yang terdengar sangat dingin-
"Ada kata terakhir?" desisnya pelan.
Bergetar takut, menggelengkan kepalanya tanpa sadar, keringat dingin mengucur, air mata yang hampir keluar serta-
"Aaaa! Jangan bunuh aku!
"Berisik." Memotong kalimat laki-laki di sana. Ia menatap dingin, menarik pelatuk pistolnya, dan tanpa ampun-
DOR!
Menembaki orang itu tepat di kening,. Membuatnya sukses terkena cipratan darah akibat jarak yang terlalu dekat.
Mengenai pipinya, menetes turun sebelum ia menghapusnya cepat. Tubuh di hadapannya perlahan jatuh, membuat suara debuman yang cukup keras.
"…"
Sang wanita menatap dingin, maniknya melihat pemandangan mayat yang tergeletak dengan mata terbuka dan air mata di kedua pelupuk laki-laki itu. Dirinya tetap tenang, sebelum akhirnya ia perlahan membalikkan tubuhnya, mengacuhkan aroma darah yang semakin kuat.
"Hh, padahal aku belum selesai mengucapkan salam perpisahan." Menghela napas panjang, berjalan melangkahkan kakinya.
"…"
Mendengus malas-
Menatap tubuhnya yang terkena cipratan darah untuk yang kesekian kalinya-
"Kh, aku harus mandi lagi." Dirinya berjalan cepat, dengan suara-suara di setiap langkahnya. Melangkah tanpa menghiraukan genangan darah di sekitarnya. Berwarna pekat, dan kehitaman.
Dia, Hinata Hyuuga. Wanita yang memiliki profesi tidak biasa sebagaimana wanita pada umumnya. Dirinya yang kuat, manik yang memancarkan kegelapan tanpa adanya secercah sinar di sana. Itulah dia-
Seorang pembunuh berwajah cantik, menggunakan kecantikannya sebagai senjata demi sang ayah. Menjadi seorang pembunuh yang hebat, dan menyamarkan identitasnya.
Menyembunyikan suatu rahasia yang tidak wajar dari ayahnya, seluruh keluarganya.
Ia professional, segala klien yang menginginkan targetnya harus ia basmi. Tanpa ampun, dan tidak akan memberikan sebuah kesempatan kedua lagi pada orang itu-
"…"
Tapi bagaimana kalau-
"Kau benar-benar gila, Hinata," mendengus dan menertawakan dirinya sendiri. Pandangan dingin itu memudar, tangannya kembali memutar kenop pintu. Di ruangan kedap suara ini, dirinya aman. Tidak akan ada yang bisa mendengar suara tembakan dari seluruh tindak tanduknya.
Berjalan masuk ke dalam, dengan sebuah-
Titik bening yang jatuh dari pelupuknya, terlihat sendu namun cukup membuat sang wanita menghapus tetesan serta mengembalikan raut wajahnya seperti semula. Ia tidak ingin melihat bagaimana pantulan wajahnya sekarang.
"Hh, apa yang harus kulakukan?" menanyakan pada diri sendiri, wajahnya mengadah, menatap langit-langit kamar mandi.
"Aku ingin cepat pulang, merasakan aroma rumah yang kurindukan, memasak, dan-" tersenyum pedih-
"Bertemu denganmu Naruto-kun."
Dirinya-
Baru saja mendapat perintah dari sang ayah, untuk-
"Aku tidak tahu harus apa."
Menghabisi dan membunuh salah satu orang yang penting baginya. Kh, dia bisa kehilangan akal kalau seperti ini-
"Membunuh suamiku sendiri, sementara ayah sama sekali tidak tahu tentang hal itu."
Ya, langkahnya semakin gontai-
Tubuhnya terasa lemas, namun di paksakan untuk berdiri. Hinata benar-benar tidak tahu, dirinya adalah pembunuh professional, tidak menghiraukan siapapun lawannya.
Meskipun itu adalah-
"Haruskah kulakukan?"
Sang laki-laki pirang yang sangat ia cintai. Suaminya yang sama sekali tidak mengetahui pekerjaan kotornya. Menganggap kalau selama ini dirinya hanya seorang wanita yang lemah lembut dan bahkan tidak berani membunuh seekor semut pun.
Kh, semua itu hanya kebohongan semata. Sebuah kebohongan yang ia tutupi oleh topeng tak terlihat dengan sempurnanya.
TO BE CONTINUED~
A/N :
Akhirnya Mushi berhasil buat fic rated M karena permintaan adik sepupu mushi aka Hikaru Reisa. Ngebet banget minta fic rated ini dan bikin mushi meres keringet buat mikirin ide. Di chap ini mungkin baru prolognya aja, dan di chap depan adalah yang terakhir. Jadi buat Hikaru, nih udah mushi buatin. Dibaca sama review juga, awas kalo enggak #tendang# XD Kenapa mushi kasi ini rated M, mungkin karena ada adegan bunuh-bunuhannya dan kata-katanya kurang baik untuk rated T. Bisa di bilang Semi-M lah, buat jaga-jaga muahaha :v :v
Dan untuk yang menanyakan tentang Lemon, ehehe, ini khusus blood doang, mungkin nanti ada tapi sedikit banget itupun cuman kecil-kecilan kayak di fic mushi yang 'MLWY' #kalo ada yang tahu#siram# :v :v
Mushi bakal apdet fic ini mungkin hari jumat atau sabtu. Jadi buat yang nunggu dan mau review. Mushi seneng banget, ternyata ada yang respon jugak sama fic gaje ini, muahaha :v :v
Inget baca warn-nya ya, :D 'DLDR'
Happy Birthday ya adik sepupuku yang cantik, moga-moga tahun ini bisa lulus dengan lancar XD dan panjang umur selalu :)))
Segitu aja deh Cuap-Cuap dari Mushi
Kalau begitu Akhir kata kembali
SILAKAN RIVIEW YAA! \^O^/\^V^7
JAA~
