Disaat aku tenggelam dalam keterpurukanku,
Kau datang untuk membantuku bangkit kembali...
Cinta,
Terimakasih tuk mengajariku tentang indahnya perbedaan ketika disatukan...
"NARUTO"
BELONG TO :
MASASHI KISHIMOTO – SENSEI
.
.
"ALL OF THE PROPERTY IN THIS FIC"
BELONG TO :
THE OWNER
.
.
"VERSCHIL"
BELONG TO :
DARK BLACK ATHENA
Sakura's Centric. SasuSaku. Slight SasoSaku. Slight SaiSaku.
(Failed) Romance and a Lil' bit Hurt/Comfort. Oneshot. Very little dialog. Typo(s).
.
Emerald Apartement, Shinjuku, Tokyo – January, 19th 2054
.
From : Akasuna Sasori
Mulai sekarang, tak usah tanya kabarku lagi.
Sakit hati. Walaupun memang rasaku kepadanya sudah mulai hilang, tapi tetap saja aku merasakan sakit hati. Aku, Sakura Haruno. Anak pertama dari keluarga Haruno. Hari ini aku telah merasakan rasanya sakit hati. Mungkin ini karma untukku yang sering memutuskan sepihak hubunganku dengan para mantanku dulu. Kini, aku lah yang merasakan sakit hati karena diputuskan.
Aku merasa hancur. Bagiku, hubungan yang sudah kujalani selama 1 tahun lebih 2 bulan sekian hari dengan Akasuna Sasori itu tidak lah mudah. Mungkin memang benar bahwa cinta itu buta. Aku dengan bodohnya selalu memaafkan kesalahannya, yang menurut teman-temanku sebenarnya tidak bisa ditolerir kembali.
Pertama mengenal sosok seorang Akasuna Sasori, kupikir dia adalah orang yang 'perfect'. Terlepas dari sifatnya yang sok misterius, dan dingin. Dia seorang atlet bela diri yang lumayan terkenal di negara kami. Kami pertama berkenalan di sebuah group social media. Cukup dua hari baginya untuk mengatakan perasaannya kepadaku sejak hari pertama bertemu.
Ketika hubungan di antara kami sudah terjalin, baru lah aku mengetahui semua sifat buruknya. Pemarah, egois, berandal, dan playboy. Semua itu ada pada dirinya. Oh, dan jangan lupakan tentang semua ke-possessive terlepas dari semua itu, aku tahu bahwa dia adalah lelaki tsundere dan, yeah, mungkin kurang kasih sayang.
Putus, nyambung, putus, nyambung. Ialah isi dari hubungan kami. Jauh-jauh hari aku sudah diperingatkan oleh teman-temanku untuk segera memutuskan hubungan yang hanya membuatku sakit ini. Tapi apa daya? Memutuskan untuk pergi dari orang yang kau sayangi adalah hal yang sulit.
"Sakura Nee-san! Cepatlah turun!" Suara Konohamaru, adikku menyadarkan ku dari lamunanku.
"Ne! Sebentar lagi!"
"Sakura, bulan depan tepatnya tanggal 21. Otoo-sama harap kamu bisa ikut pulang ke Kyushu."
"Ha'i Otoo-sama. Lagipula aku sepertinya butuh liburan~"
oOo
.
.
"Hiks... Nande? Waarom is dit alles gebeurt er met me? Wat ontbreekt mij, Sasori?"
"Moeten, hoeven we niet eerst te ontmoeten..."
.
.
oOo
Kyushu, Japan – February, 21rd 2054
To : Sai
Hey there!
Dimana kau? Aku sedang dalam perjalanan menuju Kitakyushu,
Hope to see you again, Hentai! :p
Ya, aku sedang menempuh perjalanan yang –menurutku melelahkan. Kau penasaran dengan siapa yang baru saja kukirimi email? Oh, dia Sai. Teman dekatku di dunia maya, khususnya game. Hoo... kau tak tahu bukan bahwa aku seorang gamers?
Pertama kali aku bermain game dimana tanpa seorang pun yang aku kenal bermain disana, adalah waktu yang sama saat aku mengenalnya. Dalam waktu seminggu, aku dengan mudahnya sampai pada Lv. 39. Dan di level itu, aku mendapat tugas untuk mencari 'Couple'. Bukan hal yang susah sebenarnya, tapi karena... yah, kau tau bukan kalau lebih dari separuh pemain game RPG / MMO-RPG adalah kaum adam? Dan sayangnya, sepengetahuanku rata-rata dari mereka adalah orang penggemar 'Eroge'. Ok, jangan marah jika kau merasa tersinggung. Karena aku tidak bermaksud membuat siapapun marah.
Kembali pada si 'Hentai' ini. Sesuai dengan perkiraanmu, dia adalah 'Couple'ku. Atau bisa disebut, 'Pacar' dalam game ini. Aku tak pernah menganggapnya serius sebagai pacarku –walau hanya dalam game. Karena buktinya aku masih sering menggoda pemain-pemain lawan jenis di game ini, ups.
Si 'Hentai' ini orang asli Fukuoka, namun karena suatu alasan yang sangat malas untuk kuceritakan, akhirnya dia menetap di Kitakyushu. Dia adalah orang terbaik kedua yang menjadi tempat curhatku. Melebihi teman-teman dekatku di dunia nyata, kalau dipikir. Apa saja aku ceritakan, begitu pula dia yang suka menceritakan tentang pacar-pacarnya padaku. Hmm? Ah, yaa... satu hal lagi tentang si 'Hentai' ini, dia playboy. Yaah, walau dia sering kali merasakan patah hati. Menurutku, dia adalah playboy gagal.
Ah, tunggu. Telepon genggamku berbunyi. Email dari Sai ternyata.
From : Sai
Haa~
Sudah berapa kali kubilang aku selalu membolos pelajaran bahasa Inggris?
Aku juga berharap bisa bertemu denganmu lagi =D
Baiklah, aku akan meminta izin pada Otoo-sama untuk berjalan-jalan menemui Sai. Sejujurnya aku ingin menemuinya untuk bercerita tentang masalahku saat ini. Sai adalah orang yang... Aku tak tau harus menggunakan kata lain selain 'Menyebalkan' untuk menggambarkan dirinya. Oh, dia juga orang yang narsisnya melampaui batas! Tapi, setiap aku mengatakan bahwa dia menyebalkan dia akan berkata, "Hahaa... Aku tidak menyebalkan. Akui saja bahwa aku ngangenin..." dengan tawanya yang sangat menyebalkan pula. Ya, walau memang sih dia adalah salah satu dari sekian banyak orang yang aku rindukan.
Sahabatku– di dunia nyata selalu mengatakan mengapa aku betah dikelilingi olah laki-laki bercap 'kelinci' jika kau tahu maksudku.
Kau tau apa yang selalu aku katakan pada mereka?
"Belum tentu laki-laki seperti mereka adalah orang bersifat buruk. Walaupun memang banyak yang seperti itu, sih. Tapi kita kan tidak bisa menilai orang dari satu sisi saja. Lagipula, pasti ada alasan mereka menjadi seperti itu."
Dan tanggapan mereka? Hanya tersenyum dan menggelengkan kepala padaku.
"Otoo-sama, bolehkah sesampainya disana aku pergi keluar? Kalau bisa sih, sendirian." Kataku pada Otoo-sama. Saat ini kami sedang beristirahat sekaligus mengisi ulang tenaga di salah satu rumah makan.
"Tentu saja. Memangnya, kau mau kemana?" jawab Otoo-sama.
"Hanya ingin bertemu dengan teman lama. Otoo-sama sendiri tahu bukan kalau kita jarang kemari lagi setelah Ojii-san tiada?"
"Baiklah, tapi tidak lebih sampai jam 9 malam." putus Otoo-sama.
"Bedankt mijn Otoo-sama!"
Seperti yang aku rencanakan, sesampainya di Okawa aku segera membereskan barang-barangku, membersihkan diri, dan sedikit bercakap-cakap dengan keponakan-keponakanku dan langsung berangkat ke tempat dimana aku akan bertemu dengan Sai.
oOo
"Menunggu lama ne, Sai?" sapaku pada Sai yang ternyata tiba terlebih dulu.
"Tidak juga, salahku yang sepertinya terlalu bersemangat untuk segera bertemu dengamu hingga memutuskan untuk berangkat lebih awal. Haha," tawanya.
"Kau ini. Bagaimana kabarmu?"
"Aku? Selalu baik. Bagaimana denganmu? Sepertinya kau sedang ada masalah?" to the poin seperti biasanya. Dan aku suka itu.
"Hehee, tau saja kau ini. Aku tidak begitu baik, aku baru saja putus minggu lalu."
"Hee? Kau bercanda? Kau putus dengan Sasori itu?!" jawabnya dengan raut wajah yang tak bisa ditebak.
"Uh-uh. Aku tak tau apakah aku harus sedih atau kah senang, Sai."
"Haah, kau kau senang akhirnya lepas dari bajingan satu itu. Banyak yang suka denganmu, buka matamu baka! Kalau kau memang sedang tak ingin berhubungan dengan laki-laki manapun, kembali saja menemaniku di dunia maya, haha!" gurau Sai.
"Kau ini, dasar tak laku. Cari saja couple baru ne, Sai." Candaku membalas gurauannya.
"Itu adalah hal yang sangat merepotkan, Saku. Lagi pula, kau kan sudah sama-sama senior di game itu. Kalau aku mencari couple baru pastilah hanya tersisa para junior. Aku tak suka, kau tau itu." Ucapannya spontan membuatku tertawa,
"Apa kau tak ingat bahwa pada saat itu kau adalah junior-ku heh? Kau ada 5 level dibawahku. Dan entah mengapa sekarang kau ada jauh diatasku, haah~" Pernahkah kau memainkan suatu game, meremehkan couple-mu yang adalah junior-mu sendiri lalu tiba-tiba dia menjadi senior-mu? Aku pernah, dan itu sama sekali tidak mengenakkan.
"Haha, kau kan lebih suka ber'meditasi' di sarangmu itu. Atau... menggoda para pemain berkarakter laki-laki. Contohlah aku, aku selalu menjalankan tugas-tugas dari GM dan lihat sendiri aku ada di level berapa sekarang."
"Bilang saja kau cemburu, Baka Hentai."
"Santai Saku, haha..."
"Kau ini, selalu saja menyebalkan. Tapi terima kasih karena mau mendengarkan curhatku ne, Sai." Sembari berkata demikian, aku memberikan senyum paling tulusku untuknya.
"Anytime, Saku." Dan senyumku dibalas dengan serangai olehnya.
oOo
Kitakyushu, Kyushu – February, 23rd 2054
"Mau berhenti untuk berfoto?" Tanya Otoo-sama di perjalanan kami pulang ke Tokyo. FYI, kami berfoto di bawah salah satu gunung yang ada di Kitakyushu.
"Aah, ide yang bagus Anata!" Jawab Okaa-sama yang memang senang sekali berfoto ria.
"Baiklah, kita turun di depan sana."
Crop and Save?
.Yes.
Save Changes?
.Yes.
"Bermain hand phone di dalam mobil itu bukanlah hal yang bagus, Onee-san."
"Hanya mengganti Display Picture, Konohamaru." Jawabku pada adekku ini.
"Kau memasang foto yang tadi?" Tanya Okaa-sama padaku, perihal Display Picture-ku jika kau bingung.
"Yup. Aku memasang fotoku di bawah gunung tadi." Ya, aku memasang fotoku disana. Fotoku berdua denganku.
From : Ino :p
Hey-hey, DP-mu cantik.
Kau sedang berada dimana, Darl?
BBM dari Ino. Tempat curhat terbaikku yang pertama. Dia adalah temanku dari Okawa. Aku memang pernah tinggal di Okawa, kurang-lebih dua tahun aku disana. Dia teman satu kelasku, kami tidak begitu dekat. Kami berdua dekat pada hari-hari jelang kepindahanku ke Tokyo. Dan kami berdua bertambah dekat ketika dia membeli Blackberry baru.
Semenjak saat itu, dia sering sekali mengirimiku Chat. Kata pertama yang mendeskripsikan tentangnya? Cerewet. Kedua? Manis, untuk yang ini kadang aku iri. Ketiga? Sampai angka keberapa kau ingin menanyai ku heh?
To : Ino :p
Bedankt, Darl :*
Aku sedang ada di Kitakyushu, perjalanan pulang kembali ke Tokyo tepatnya.
Sudah ya, bukan maksud apa-apa tapi Okaa-sama sudah rebut menyuruhku
mematikan hand phone. Bye Darl~
Baru saja akan kumatikanhand phone ku, satu chat masuk. Ah, dari orang yang belum kukenal. Seingatku, dia salah satu orang yang meng-invite ku. Dan seingatku pula, dia juga bergabung dalam channel Blackberry yang sama denganku.
From : Uchiha Sasuke
Haruno anak mana?
Abaikan. Balas. Abaikan. Balas. Abai– balas. Ok, kubalas. Ehm, mungkin nanti saja.
.
.
Argh. Kubalas tidak ya? Nanti saja lah.
.
.
.
Ok-ok. Kubalas sekarang saja.
.
.
.
Aku pusing. Nanti saja deh kubalasnya.
.
.
.
Aaargh. Aku tak tahan,
To : Uchiha Sasuke
Anak orang-tua ku tentu saja :3
Kakak?
Baiklah, akan kumatikan. Eh, dia membalas. Baiklah setelah kubalas langsung saja kumatikan.
From : Uchiha Sasuke
Hn,
Gunung di fotomu itu Sarakura, bukan?
Ah, dia membalasnya lagi. Yasudah, nanti saja lah kumatikannya.
To : Uchiha Sasuke
Eh, kakak tahu?
Memangnya kakak orang daerah situ ya?
Hmm, memangnya gunung tadi bernama Sarakura?
"Ne, Otoo-sama. Apa nama gunung tadi?" Daripada aku mati penasaran. Lebih baik aku bertanya bukan?
"Gunung tadi? Tempat kita berfoto maksudmu?" Ah, Otoo-sama ini. Bukan menjawab pertanyaanku malah balik tanya,
"Ehm, iya. Apa namanya?"
"Sarakura. Itu namanya. Memang kenapa?" Wah, ternyata benar ya namanya Sarakura?
"Tak apa-apa. Hanya bertanya."
Orang ini, apa mungkin dia orang daerah sini ya? Melihat foto gunung yang tidak begitu jelas saja langsung tau namanya. Keren, buatku. Apa? Aku menganggapnya keren karena aku sama sekali tak tahu nama-nama gunung di Jepang kau tahu. Bukan karena apa-apa.
From : Uchiha Sasuke
Bukan.
Aku suka tracking. Aku hafal gunung-gunung disini.
Tracking? Apa lagi itu. Apa kau lihat-lihat? Terserah kau mau berkata aku kuno atau semacamnya. Asal kau tahu saja, untuk mengikuti kegiatan kepramukaan saja aku malas sekali. Pengecualian untuk campingnya.
Heh, hafal katanya. Sering naik-turun gunung katanya. Sombong sekali. Lihat saja suatu saat nanti aku akan mendaki Fuji! Tapi tentu saja, di dalam mimpiku. Hehehe,
Dan selama berpuluh-puluh detik, aku saling mengirim chat dengannya. Sedikit sebal sebenarnya. Masih terbawa masalah gunung-gunung tadi lah. Sedikit negative thinking sebenarnya, masalah gunung-gunung itu. Ehm, kau tahu kan? Gunung. Satu kata 'gunung' berarti gunungnya ada satu kan? Berarti kalau 'gunung-gunung', gunungnya ada dua kan? Ehm... entahlah.
From : Uchiha Sasuke
Haruno kuliah atau masih sekolah?
Kepo, haha. Kau tahu kepo bukan? Dasar kudet. Apa, kau tak tahu kudet? Dasar.
To : Uchiha Sasuke
Ehm, memangnya kuliah dan masih sekolah apa bedanya?
Kurasa itu sama saja -_-
Benar 'kan? Coba saja kau piker lagi. Kuliah itu masih salah satu tahapan dari kita menerima pendidikan secara formal, lho. Nama tempat melakukan kegiatan belajar mengajar secara formal juga 'sekolah' bukan? Apa? Bukan? Kau ini terlalu banyak bicara.
From : Uchiha Sasuke
Hn. Terserah kau saja lah
Maaf aku kepo :p
Haha, kalah dia. Wah, dia mengakui kalau dirinya kepo ya? Bagus – bagus. Jarang lho, aku menemui laki-laki yang mau mengakui dia kepo. Kau sering? Bukan urusanku, ini ceritaku bukan ceritamu.
To : Uchiha Sasuke
Haha, kepo itu manusiawi kok.
Kalau dipikir-pikir, gak bakal peradaban maju seperti sekarang kalau manusia
gak kepo.
Kakak sendiri, kuliah atau masih sekolah?
Kata – kata ku benar kan? Coba saja kalu manusia tidak punya rasa keingin-tahuan yang besar. Pasti tidak aka nada teknologi yang super 'wah' seperti sekarang.
From : Uchiha Sasuke
Haha, iya kau benar.
Kuliah.
Oh, sudah kuliah rupanya. Ya ya ya.
Ah, btw dia ternyata orang Osaka. Aku juga asli sana. Aku lahir dan dibesarkan oleh Obaa-san ku disana. Dulu ketika aku kecil, kedua orang tuaku sama – sama sibuk. Jadi aku dibesarkan oleh Obaa-san. Maka dari itu aku lebih dekat dengan beliau. Pada waktu aku berumur kurang-lebih 3,5 tahun, aku kembali tinggal dengan orangtuaku.
Ah, sudah hampir memasuki Tokyo rupanya. Aku putuskan untuk mematikan hand phone. Selain mulai pusing, aku juga sudah tidak ada chat lagi dengan siapa-pun. Termasuk 'teman' baruku tadi, si Uchiha Sasuke. Akhir chat kami adalah dengan hanya dibacanya chatku. Bukan salahku kalau aku tak menegrti dengan ucapannya yang berbahasa entah berantah itu. Kalau seingatku sih, perancis.
oOo
Shinjuku, Tokyo – 25th February 2054
Hari berganti hari, tak terasa sebentar lagi bulan akan berganti lagi. Malam ini, aku merasa sangat marah. Kau tahu alasannya? Aku dipaksa menemani Gaara Nii-san dan Otoo-sama membeli makan kesukaan mereka di tempat langganan mereka. Tapi bukan itu inti penyebab kemarahanku. Ialah salah satu pelayan yang ada disana yang membuatku marah. Setiap yang berarti tiap kali aku datang kesana, aku selalu digoda olehnya.
Dan yah, sayangnya aku bukan gadis yang suka, atau malu, atau pasrah, atau semacamnya ketika digoda terlebih oleh yang aku tak kenal. Aku tipe gadis urakan. Yah, dan ketika kesebalanku padanya ada di puncak tertinggi tanpa kusadari tanganku mengambil sepatu pantofel yang tebal haknya lumayan. Dan tanpa bisa dicegah, tanganku mengarahkan sepatu tersebut padanya dan kulemparkan. Dan yang tanpa disangka ternyata telak mengenai bagian paling 'vital' kepunyaan kaum adam.
Haruno
Said. 'Maaf tapi aku sudah terlanjur marah. Kalau kau seandainya bersikap
baik padaku, aku akan menjadi malaikatmu. Sayangnya kau tidak dan
aku menjadi iblis bagimu saat ini.' –Just now.
Aku marah. Sangat marah, tapi aku juga ingin tertawa terbahak seperti kakak dan ayahku. Namun aku juga tidak enak hati, rasa bersalah sangat terasa di hati. Entahlah, mungkin aku sedang 'PMS' sehingga aku lost control seperti ini.
Hand phone ku bergetar. Eh, ada satu chat. Tumben sekali jam segini ada yang mengirimiku chat– mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 11.45 p.m. Dari siapa kah? Ah, dari Uchiha Sasuke rupanya.
From : Uchiha Sasuke
Wew, jangan suka marah. Nakutin.
Mwahaha. Aku benar – benar tertawa sekarang. Ha. Aku mulai gila sepertinya.
To : Uchiha Sasuke
Hehe, lagi sebel banget Kak, soalnya.
Apa? Kan memang benar aku sedang sebal.
From : Uchiha Sasuke
Haha. Memang kenapa?
"Saku, jangan seperti orang gila." Ucap Gaa – Eh, apa katanya? Gila? Aku?
"Apa maksudmu hah, dasar Baka!"
"Kau terlihat seperti orang gila, memandangi hand phone dan tertawa-tawa seperti itu," Ha? Apa iya? Aku rasa aku tidak.
"Aku tidak. Pembicaraan selesai." Ok, sebenarnya aku memang merasa. Tapi hanya tersenyum. Hanya! Ingat itu.
From : Uchiha Sasuke
Itu? Maksudmu, 'itu' ?
Wow, itu pasti sangat menyakitkan.
Yup, itu responsnya saat aku mengatakan kejadian yang baru saja aku alami. Wait, wah dari mana dia tahu kalau itu sangat menyakitkan? Jangan-jangan di orang yang tadi kulempar itu?
Hmm, tapi orang tadi sedang mengobrol dengan temannya. Dan kulihat dia juga tidak memegang hand phone. Tapi tak ada salahnya kan kalau aku bertanya untuk jaga-jaga? Jujur, aku tipe orang yang mempunyai rasa ke-paranoid-an yang kadang melebihi batas. Apalagi, terhadap orang yang baru kukenal seperti Uchiha Sasuke ini.
Yah, kau tahu kan? Kejahatan dimana-mana sekarang ini. Orang yang sudah lama kau kenal saja bisa jadi orang yang menjahatimu, apalagi yang baru kau kenal.
To : Uchiha Sasuke
Haha,
Kakak tahu? Wah, jangan-jangan pernah merasakan yang seperti itu ya?
Frontal? Memang. Aku sengaja kok.
Tak usah banyak protes, aku memang seperti ini kok.
From : Uchiha Sasuke
Enggak. Gak pernah.
Pernah kebentur, dan itu sakit banget. Apalagi seperti itu.
Nge-lol nih. Aku benar-benar tertawa sekarang.
"Saku, ayo pulang." Suara Otoo-sama menghentikan tawaku.
"Ah, baiklah. Mana kunci mobilnya? Biar aku yang membawanya kesini." Balasku pada Otoo-sama.
"Hn. Ne, Gaara kau yang bayar." Ucap Otoo-sama, memberiku kunci mobil dan menyuruh Gaara untuk membayar.
.
.
.
"Saku, sudah mengantuk?" Kami sudah berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang saat ini,
"Lumayan, nande?" Balasku terhadap pertanyaan yang tadi ayah ajukan.
"Ne, Otoo-sama harap kau tidak mengulangi hal seperti tadi. Yah, kalau terdesak tak apalah." He? Jadi, tindakan ku ini benar atau tidak?
"Ha'i. Lain kali tak akan ku ulangi– kalau ingat." Sambungku.
.
.
.
"Hei, hei. Aku rasa orang itu suka padamu." Gaara ini memang benar-benar suka menggangguku ya? Baru saja aku hampir tertidur kalau dia tidak berkata seperti itu.
"Apa lah. Tak usah bicara yang aneh-aneh, heh Gaara no Baka!" Balasku sembari menoleh kearahnya. Saat ini, posisi kami bertiga adalah Otoo-sama yang menyetir, aku ada di sampingnya, serta Gaara yang duduk di belakang.
"Aku tidak bicara yang aneh-aneh, Saku. Tadi kan aku yang membayar, dia bilang dia titip salam buatmu." He? Dasar kurang kerjaan, sudah kusiksa begitu masih saja pakai acara titip salam.
"I don't care~"
"Haha, sepertinya orang itu benar-benar suka denganmu Saku."
"I can't hear you~"
"Hahaha..."
oOo
Emerald Apartement, Shinjuku – March, 3rd 2054
Sejak hari itu, aku dan si Uchiha Sasuke itu sering berkirim chat. Ternyata kalau dipikir-pikir, Uchiha Sasuke ini seru diajak ngobrol–lewat chat tentunya.
Semakin kesini, aku semakin tahu beberapa hal tentangnya. Seperti apa sifatnya, apa yang disukainya, dan hal-hal semacamnya. Aku merasa, hatiku sedikit crack sebenarnya berpikir apakah dia sudah diclaim seseorang. Entah lah, aku tak tahu apa perasaanku kepadanya tapi aku merasa nyaman dengannya. Dan entah mengapa suka dengan ke'kepo'annya padaku.
Beberapa hari yang lalu, Okaa-sama bertanya padaku yang sedang beradu mulut dengan adikku, Konohamaru– biasa lah, aku menasehatinya perihal kedekatannya dengan beberapa anak perempuan di kelasnya. Iya, aku tau kok masalah anak laki-laki yang suka mendekati dan menjadi pusat perhatian lawan jenisnya. Tapi masalahnya, adikku itu baru berusia kurang dari 9 tahun!
Ketika itu, Okaa-sama bertanya apakah aku mempunyai pacar atau tidak. Dan belum sempat aku menjawabnya, adikku itu malah menjawab bahwa aku mempunyai pacar yang tak lain tak bukan ialah Sasori. Hey! Apakah kau tau rasanya begitu adikku berkata seperti itu? Nyesek. Dan serasa ingin berkata aku rapopo yang kalau tidak salah sedang nge-trend di salah satu negara di Asia Tenggara.
Tentu saja aku spontan aku mengelaknya. Dan berkata bahwa pacarku ialah kasur yang anteng di dalam kamar, motor yang hampir tiap hari aku pakai, dan semua gadgetku. Dan karena ketidak-percayaan ibuku itu, aku hampir saja emosi. Dan seperti biasa, tempatku membuang emosi adalah sekali lagi dengan membuat Personal Message baru.
Haruno
Said, 'A: Punya pacar? B: Punya banyak banget malah, itu kasur, motor, gadget'
-Just Now
Begitu lah recently update ku saat itu. Dan kau tahu? Entah kenapa, si Uchiha Sasuke ini langsung mengirimiku chat perihal apakah aku mempunyai pacar atau tidak. Dan, yah langsung kubalas bahwa pacar yang kupunya ialah apa yang aku tulis di Personal Message-ku saat itu.
Dan kau tahu apa balasannya? Entah benar ataupun tidak, dari kata-kata chatnya aku merasa dia seperti... lega? Entah, yang jelas aku tahu aku tak boleh dan tak bisa berharap lebih.
Akhir-akhir ini, entah mengapa ia lebih perhatian. Entahlah. Dan... seperti memancingku. Tentu saja bukan memancing yang seperti itu. It just like... ah, entahlah. Yang kadang membuat kinerja otakku lebih berat serta membuat diriku ini semakin dan semakin berharap. Yang tentu saja membuatku semakin gelisah.
Ah, dan akhir-akhir ini pula setiap malah setelah aku pamit tidur atau 'ketiduran', beberapa saat setelahnya dia akan mengirimkan ucapan selamat tidur, mengirim Voice Note, serta emoticon peluk dan cium. Ha. Kau bingung? Aku juga. Dan setiap pagi atau keesokan harinya dia akan bertanya apakah kalimat selamat tidur yang dia kirimkan kepadaku terkirim atau tidak. Yang entah mengapa aku merasa bahwa yang sebenarnya dia tanyakan adalah bagian 'emoticon' dan Voice Notenya. Kau tahu jawabanku? Yup, aku menjawab tidak.
Bukan bermaksud apapun, tapi saat itu aku sangat bingung. Aku bukan cenayang mengerti apa yang orang pikirkan maupun rasakan jika orang tersebut tidak mengatakannya padaku.
Oh, dan kau tau apa yang dilakukannya setelah kujawab bahwa aku tidak menerima segala macam kirimannya? Dia membuat PM.
Uchiha Sasuke
Said, 'Emoticon yang tidak sampai seperti perasaan yang tak tersampaikan'
-Just Now
Ya, itu adalah personal message yang dibuatnya saat itu. Dan ketika kupancing dengan bertanya,
To : Uchiha Sasuke
Ehm, kalau misalnya emotnya sampai gimana?
Dan jawabannya?
From : Uchiha Sasuke
He?
Serta Recently Update darinya yang membuat Personal Message, "Salting". Kau tahu salting? Bukan, salting bukan lah makanan melainkan singkatan dari kata 'Salah Tingkah'.
.
.
.
Ah, hentikan semua lamunan ini. Kembali ke dunia nyata masa kini.
Malam ini aku habiskan hanya dengan berbaring, memandangi langit-langit kamar yang tidak menarik sama sekali dan sangat membosankan. Oh, juga saling berkirim chat dengan Tuan Uchiha Sasuke itu. Yang kali dengan bangga kuakui, sudah mendapat tempat di hatiku.
Bukan, bukannya aku menjadikan dia objek pelampiasan berakhirnya hubungan satu tahun lebih dua bulan itu. Aku hanya merasa sangat nyaman dan lebih 'sayang' dengannya dibanding si playboy Sasori itu. Ah, btw bukan berarti aku punya pengalaman buruk dengan playboy maka aku memutuskan berbagai hubungan dengan para playboy di sekitarku. Karena asal kau tahu saja, bahkan kakakku ialah seorang playboy dan ayahku yang memang 'bekas' playboy.
Hpku berbunyi. Dari Uchiha Sasuke itu rupanya,
From : Uchiha Sasuke
Aku sayang sama Haru-chan.
Haru-chan sayang aku, tdak?
Eh? Eehm...
.
.
.
Ehmmm... Ok-ok,
.
.
.
Haah~
.
.
.
Ok, keep calm Saku...
.
.
.
Hwaaaaa aku tak tahu harus berkata apaaa... Ok, calm Saku. Calm.
To : Uchiha Sasuke
Iyaa, aku juga sayang sama Nii-san.-.
Kau bingung bagaimana dia bisa memanggil aku dengan 'Haru-chan' dan aku yang memanggilnya 'Nii-san'?
Jadi, entah bagaimana aku oun juga bingung. Sejak beberapa hari yang lalu dia bertanya padaku, bolehkah jika dia memanggilku dengan 'Haru-chan'. Dan kujawab dengan iya- dan aku yang akhirnya meminta izin untuk memanggilnya 'Nii-san'. Ya, nama 'Haruno' memang nama keluargaku dan nama itu yang kujadikan Display Nameku.
Hm? Aku tidak risih, aku cenderung suka mendengarnya. Tidak ada orang yang memanggilku 'Haru-chan' selain dia dan itu unik. Lagi pula 'Haru' mempunyai arti yang bagus, bukan?
From : Uchiha Sasuke
Arigato Haru-chan,
Aishiteru :)
Aaaa... Hou ook van jou~
To : Uchiha Sasuke
Domo Nii-san
Love u too :)
Dan, dengan ini kami resmi menjadi sepasang kekasih– Ya, begitulah.
oOo
Emerald Apartement, Shinjuku – May, 6th 2054
Tak terasa, hubungan kami sudah berjalan kurang lebih dua bulan. Mengingat ini, aku merasa ingin tertawa. Mengingat ketika pertama kali aku berkata bahwa aku kini salah satu dari sekian ribu atau bahkan juta orang yang menjalani Long Distance Relationshop mereka terutama Shion.
Karena terlalu percaya bahwa hubunganku ini tak akan berjalan lancar, dan mereka perkirakan tak lebih dari satu minggu mereka akhirnya bertaruh. Dan taruhannya adalah melakukan sekian banyaknya dare serta mentraktir yang menang. Dan yah, kau pasti bisa menebak hasilnya.
Memang tidak gampang menjalani hubungan jarak jauh macam ini. Apalagi mengingat sifatku yang memang parno, dan aslinya 'cemburuan'.
Dalam waktu yang baru dua bulan ini saja aku ingat kami bertengkar–ok, kata ini sangat tidak mengenakkan hati mungkin lebih dari tiga kali.
Yah, untuk saat ini aku hanya bisa berfikir positif– aku berharap seperti itu, berharap untuk selalu bisa lebih baik dari kemarin, kemarin, dan kemarin untuk Mr. Uchiha Sasuke ini. Di tanggal 3 kemarin, apa kau tahu doaku? Aku berdoa, agar apa yang kujalani sekarang adalah yang terbaik bagiku, berdoa agar kisahku kali ini bisa menjadi kisah yang tak ada akhirnya–dalam hal yang baik tentunya, serta hal-hal yang lain yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata.
Oh. Juga berharap aku bisa mengurangi rasa cemburu yang seenaknya sendiri membuatku selalu berfikir negative. Karena... saat aku menceritakan hal ini pun aku sedang merasa cemburu dengannya. Biasa, masalah social media. Aku cemburu dengan 'beberapa' fotonya. Just it.
Entahlah, yang jelas aku sangat bersyukur dengan apa yang telah Kami berikan saat ini padaku.
Hal yang aku dapat dari kisahku kali ini, ialah bahwa 'Cinta tak kenal jarak'.
"Ne, Haru-chan. Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Pertanyaan yang mana Nii-san?"
"Hn. Tak apa. Kurasa bahkan kita belum berkenalan secara formal,ne?"
"Ah, iya. Ne, Nii-san. Watashi wa Sakura Haruno desu. Junior High School."
"Uchiha Sasuke. College."
-!-
Cause love doesn't know distance,
Cause love doesn't care the different,
And cause all of this thing.
.
.
I Call My Love Story,
Verschil.
-!-
Aaaaa...
Finnaly,aku berhasil membuatnya :3
Aku tak tahu akan seperti apa di mata readers sekalian,
Oh, ya. Jika ada kesamaan cerita, waktu, kejadian dan sbgnya mohon dimaafkan yaa, tapi ini benar-benar milikku kok :)
Heuu, sebenarnya fanfic ini kudedikasikan untuk seseorang diluar sana :3
Oh, jg untuk semua orang yang menjalani LDR. LDR itu memang susah-susah gampang, tapi kalau diniatin (?) pasti gampang kok ;)
yang penting rasa saling percaya juga pikiran yang selalu positive, rite?
Last but not the least, aku mau kutip kata-kata favoritku dari seseorang yang penting buatku.
"Jangan buat perbedaan menjadi penghalang, jadikan perbedaan menjadi tali yang menambah erat hubungan ini."
Review please?
.
.
.
Pati, 6 Mei 2014
Athena
