Title : Hear My Answer

Author : Jenny Park

Cast : Kris, Joonmyeon/Suho, Kai, Sehun

Pairing : KrisHo

Rating : T

Disclaimer : Exo members belong to God. But this story is mine. Don't Plagiat and Bash.

.

-Kenapa kau hanya menyimpannya didalam hatimu tanpa ada niat untuk menyampaikannya padaku-

Joonmyeon

-Karena aku tahu kalau diriku tidak akan pernah sanggup untuk mengatakan yang sesungguhnya padamu-

Kris

.

Hear My Answer

Part 1

.

.

.

[Can I Tell You?]

.

.

.

Suara ribut kelas yang saat ini masih dalam keadaan jam istirahat itu selalu menjadi hal yang wajar di kelas 12-3, tepatnya berada di pojok gedung tingkat 3 Seoul High School.

"Ya Sehun berikan padaku!"

Bukannya malah berhenti pemud bernama Sehun malah mempercepat langkah kakinya.

"Ani, pergi dariku putih!" Sehun berteriak dengan membawa kotak berwarna merah muda ditangan kanannya.

"Kau mengejekku?!"

Jongin, seseorang yang sedang sibuk mengejar Sehun karena meledeknya. Memang benar dia memiliki kulit yang lebih gelap dibandingkan dengan orang Korea, tapi dia tidak terima dirinya diledek seperti itu. .

"Mungkin!"

Abaikan keributan dua orang yang sedang berlari mengelilingi bangku yang ada dikelas, hanya gara-gara coklat pemberian dari pengemar berat Kim Jongin. Bukan itu sih masalahnya, hanya saja.. Jongin tidak mau membagi coklat yang notabennya adalah makanan kesukaan Sehun.

Sehun terus saja memperhatikan Jongin yang semakin lama semakin tampan,.. ah bukan semakin mendekat! Dan Sehun tidak melihat ada seseorang yang berada sekitar lima meter darinya itu sedang membenarkan tali sepatu.

Bruk!

"Ah Kris aku minta maaf."

Senuh membungkuk meminta maaf kepada temannya yang barusan dia tabrak, dia benar-benar menyesali perbuatannya.

"..."

Sehun yang tidak mendapati kemarahan dari teman sekelasnya yang bisa dikatakan anti sosial itu menautkan alisnya. Dan orang yang diajak bicara itu malah sibuk membersihkan badannya yang kotor, lebih tepatnya bagian pantatnya.

"Kau tidak marah?"

Kris yang meras ada yang mengajaknya berbicara mendongak melihat Sehun yang sudah lebih dulu berdiri.

"..." Kris segera berdiri dan berjalan melewati Sehun yang masih dalam keadaan diam.

"Ya, kenapa kau disini?"

Jongin bertanya seraya menepuk pundak Sehun dan melupakan kegiatan kejar-kejaran mereka yang sudah pergi entak kemana.

"Dia itu kenapa sih?"

"Siapa?"

Jongin yang melihat arah pandang Sehun yang menatap Kris yang sudah ada dibangkunya, berada di deretan paling depan.

"Lupakan sajalah." Jongin mencoba mengalihkan pembicaraan dan merangkul pundak Sehun bersahabat.

"Apa dia tidak bisa bicara? Kenapa dia-."

"Jangan kau pikirkan. Ayo kita membolos, jam terakhir hari ini Pelajaran Sejarah."

Sehun mengangguk menyetujui ide gila Jongin dan melangkahkan kakinya untuk keluar kelas dan mungkin mereka akan pergi ke perpustakaan untuk...Tidur.

Ternyata tanpa disadari oleh Jongin dan Sehun, Kris memandang sendu kedua temannya menjauh meninggalkan kelas. Kris mengambil ipod dan earphone-nya yang selalu dia bawa di sekolah.

Saat akan menyetel lagunya, Kris merasakan tepukan dipundaknya dan munculah sesosok malaikat tanpa sayap sedang terseyum lembut dihadapannya. Kim Joonmyeon, namja yang juga teman sekelasnya itu yang di anggap sebagai malaikat bagi Kris.

"Ada apa Suho?"

"Aish, namaku Kim Joonmyeon. Bukan Suho, kau kira aku ini malaikat penyabut nyawa eoh?"

Entah apa sebabnya Kris memanggil Joonmyeon dengan Suho, tapi kalau Joonmyeon menanyainya kenapa dia selalu memangginya Suho. Karena dia memiliki mata dan senyum malaikat ditambah dia selalu berbuat baik kepada semua orang. Dia bukan malaikan penyabut nyawa, melainkan malaikat pelindung, arti dari namanya Suho.

"Ada perlu apa?"

Joonmyeon yang mempoutkan bibirnya itu segera tersenyum saat dia ingat kalau ingin memberikan hadiah untuk Kris.

"Ini." Joonmyeon memberikan sebuah buku bertulisan "My Story" disampul depannya kepada Kris.

"Untuk apa kau memberikan ini padaku, apa kau masih menjajahkan buku, dan menyuruhku untuk membelinya?"

Joonmyeon memandang malah Kris yang masih melihat cover novelnya yang bergambar seorang yang tengah besandar dibawah pohon.

"Aku sudah tidak bekerja disitu lagi, dan aku mendapatkan gantinya. Kau tahu Star Cafe? Aku sudah bekerja disana satu minggu yang lalu."

Joonmyeon seorang yang bekerja keras? Memang seharusnya seperti itu saat kedua orang tuanya pergi ketempat yang lebih baik, di samping sang pencipta alam semesta.

"Kau kan yang menyuruhku untuk jangan bekerja-."

Joonmyeon menghentikan kalimatnya saat orang yang diajak bicara sama sekali tidak mendengarkannya dan malah enak-enakan mengamati hadiah pemberiannya.

"Kris!"

Kris mendongak dan tersenyun seadanya saat tahu kalau Joonmyeon masih ada disampingnya. Dia mengarahkan jarinya kedekat telinganya. Dan Joonmyeon tahu tandanya itu, Kris mendengarkan musik. =_=

"Kenapa kau selalu memakai alat itu huh? Kau lebih suka suara aneh yang keluar dari benda persegi panjang yang selalu kau bawa daripada suaraku yang idah ini?"

"Apa yang kau dengarkan coba, aku mau tahu."

Joonmyeon menarik paksa earphone yang sudah terpasang manis di telinga Kris dan memasngnya di telinganya. Mata Joonmyeon berkedi-kedip.

"Hyah, kau tidak mendengarkan apa-apa, kau berbohong padaku?" Kris hanya mengangguk dan tersenyum seadanya.

"Aku benci padamu." Joonmyeon menghentikan langkah keduanya saat tangan Kris menggenggam lembut lenganya.

"Maaf, tapi kenapa kau memberikan ini padaku?"

"Aku sampai lupa tentang itu."

Kris mencoba bersabar dengan sikap Joonmyeon yang cepat sekali berubah, kadang marah dan kadang senang sedetik kemudian berubah lagi.

"Mian aku memberikannya terlalu cepat."

Kris yang tidak mengerti maksud kalimat Joonmyeon itu menunggu pemuda bersurai coklat melanjutkan ucapannya.

"Itu hadiah ulang tahunmu."

Joonmyeon mengatakannya sambil menggenggam ujung kemejanya. Oh lihatlah wajahnya yang mulai memerah.

"Kenapa kau berikan hari ini, ulang tahunku kan masih satu bulan lagi."

"Tiga minggu lagi kita sudah mengadakan acara graduation kan?" Kris mengangguk membenarkan.

"Dan aku ingin menemani nenekku di Busan." tambahnya.

"Kenapa kau tidak melanjutkan ke universitas, kau kan pintar."

Joonmyeon menghela nafas, bukannya dia ingin meyombongkan dirinya kalau dia memang pintar. Buktinya dia masuk dalam lima besar disekolah ini. Meskipun tidak mendapat kan nomer satu, tapi dia tetap bersyukur dan tidak menyombongkan diri.

"Kau tahukah orang tuaku sudah tidak ada lagi?"

Kris memandang sendu Joonmyeun, kumohon jangan mengingatkan kepada orang tuamu yang sudah tenang di sana, jangan mengatakannya lagi karena aku akan mengingat kejadian yang aku tidak sukai. Melihatmu menangis Kim Joonmyeon.

"Dan aku-."

Joonmyeon melihat Kris yang sudah tidak memperhatikannya lagi itu memadang marah, tapi dia urungkan niatnya memarahi Kris. Mungkin Kris sudah bosan mendengarkan nasipnya yang menyedihkan.

"Aku pergi."

Kris tidak menjawabnya dan malah menggenggam erat novel pemberian Joonmyeon hingga cover luarnya sedikit lusut.

.

.

"Aku pulang."

Namja blonde itu melepas sepatunya dan menggatikan dengan sandal yang sudah tersedia. Melangkahkan kakinya masuk dan menjatuhkan tubuhnya ke sofa Ruang Keluarga. Benar-benar hari yang melelahkan, batinnya miris.

"Kau sudah pulang Kris?"

Seorang wanita paruh baya berjalan keluar dari dapur dan menghampiri Kris yang menyandarkan badannya dengan enak di sofa.

Puk

"Eomma?" Kris membuka matanya.

"Kau tidak memakainya lagi?" Kris membaca gerak bibir dari eomma-nya dengan sedikit bingung.

"Apa?" tanyanya.

"Alat itu." ibunda Kris menyentuh telinganya sediri.

"Sudah tidak ada gunanya eomma."

Ibu Kris merasa hatinya sesak saat melihat anak satu-satunya itu menunduk, selama ini ia tidak pernah melihat sikap Kris yang seperti kesepian.

Yeoja paruh baya itu memeluk putranya yang masih berusia 17 tahun itu, memberikan kehangatan kepadanya, mempersilahkan pundaknya yang masih kuat untuk meringankan beban anaknya yang semakin hari semakin bertambah.

"Aku tidak apa-apa."

Kris dengan suara sedikit serak itu menjawab dengan senyum yang masih mengembah di wajah tampannya yang semakin tampan.

"Menangislah, kalau kau ingin." ibu Kris berharap anaknya menumpahkan kesedihanya kali ini.

"Eomma.. hiks... mian..."

Kris tidak bisa menahannya kali ini, dia tumpahkan air mata yang sudah ia tahan selama ini. Rasanya begitu sakit saat dia tidak bisa mendengarkan apapun didunia ini. Dia ingin mendengar suara lembut eomma-nya yang selalu membangunkannya setiap hari, mendengarkan musik yang tentu saja hanya untuk menutupi kekurangannya kepada temah-temannya.

Tapi bagaimana caranya itu semua bisa dilakukan, kalau telinganya saja tidak bisa mendengarkan suaranya sendiri. Kris melepaskan pelukannya dan tersenyum lebut bagaikan bunga sakura yang gugur di musim semi.

.

.

Pagi hari ini, tepat hari kelulusan untuk semua siswa yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan nilai yang bagus dan masuk di universitas favorit mereka. Mereka datang dengan wajah yang bahagia.

Beda dengan yang dirasakan Kris, dia tidak ingin secepatnya lulus dan ingin tetap tinggal disini bersama Joonmyeon. Dia tidak ingin kehilangan seseorang yang berharga dalam hidupnya, yang sebelumnya sang pencipta alam semesta sudah mengambil pendengarannya saat dia masih kecil.

"Kris! Kris! Kris!"

Joonmyeon setengah berlari menghampiri Kris yang berada sangat jauh didepannya.

"Ya Kris."

Kris sontak terkejut saat seorang namja dengan mendadak berada di hadapannya. "Suho-ah?"

"Kau melamun?"

"Ani." Joonmyun berjinjit dan melihat kearah telinga Kris, tidak ada earphone disana, ini aneh.

"Ada perlu apa kau mencariku?"

"Ya, aku tadi memanggilmu terus, apa kau tidak mendengarkanku."

Perkataan Joonmyeon itu seperti tamparan dan hinaan secara bersamaan. Memang benar kalau dia tidak bisa mendengar, tetapi apakan dia harus mendapatkan ini semua. Selebih lagi yang mengucapkannya adalah Joonmyeon.

"Ah lupakan, mungkin kau tadi melamun. Kris, nanti saat acaranya selesai, bisakah kau ke rooftop sekolah?"

Kris bingung mau menjawab apa, dia masih belum membaca gerak bibir Joonmyeon yang berbicara secepat kilat itu. Tapi ada satu kata yang mungkin dia lihat, atap sekolah.

"Kau harus datang, kalau tidak kepalamu akan aku pukul dengan skop!"

"Ne? Apa yang dia katakan barusan? Dia terlalu cepat bicara, aku tidak bisa membaca gerak bibirnya!" Kris mengacak rambut pirangnya dengan ganas.

Sehun dan Jongin yang berdiri tak jauh dari tempat Kris tadi saling berpandangan dengan tatapan tidak percaya.

"Dia.."

"Aku tidak percaya, ternyata dia tidak bisa mendengar?!"

Sehun merasa dirinya orang yang paling kejam saat dia mengingat kejadian saat dia hampir marah karena ucapannya tidak di jawab oleh Kris.

Sekarang mereka tahu satu hal mengenai Kris. Kenapa dia selalu tidak menjawab pertanyaan orang yang mengajaknya berbicara, selalu dingin saat seseorang memanggil namanya. Itu semuanya karena, Kris tidak bisa mendengarkan suara mereka.

Jongin sekarang menyadari kalau dia tahu satu kalimat yang selalu appanya katakan saat dia sedang marah kepada appanya, cobalah kau menutup telinga dan matamu sejenak dan rasakan hembusan angin yang menerpa kulitmu.

Mungkin itu semua berarti kau harus selalu bersabar dalam menghadapi sesuatu dan mensyukuri pemberian dari tuhan.

"Apa Joonmyeon hyeong tahu?"

Sehun mencoba mengalihkan pandangannya kepada Jongin, dan dia mendapati temannya itu hanya menggeleng lemah.

"Jadi hanya kita yang tahu?" Jongin mengangguk membenarkan.

.

.

.

TBC

.

.

.

-Jae-

08.22.14