Disclaimer
Harry Potter © J.K Rowling
.
.
.
DIA
.
.
.
Draco adalah gambaran dari sebuah masalah.
Pertama kali melihatnya, Hermione langsung tidak suka. Sosoknya yang aristokrat selalu lekat dengan keangkuhan. Senyumnya menawan tapi mematikan. Tatapannya tajam dan merendahkan. Ia sangat sombong. Begitulah Hermione menilainya.
Dan dugaan Hermione terbukti. Ia melihat sendiri bagaimana ia mengejek anak yang tidak sederajat dengannya. Bahkan ia termasuk salah satu korban bully Draco. Draco menyebut dirinya 'Si Darah Lumpur'.
Awalnya ia tak mengerti. Tapi saat Ron tersentak marah dan meledak, ia tahu itu sesuatu yang buruk untuk sebuah julukan. Saat ia mengerti maknanya. Sedih. Ia tentu merasakannya. Tapi ia akan membuktikan bahwa siapapun bisa menjadi penyihir hebat.
Pembuktiaannya membuat Draco semakin menjadi-jadi. Semakin Hermione bersinar semakin Draco membencinya.
Sebenarnya Hermione tahu jika Draco anak yang baik tapi lingkungan memaksanya menjadi jahat.
Ia bertemu Myrtle merana semasa ia di Hogwart. Myrtle bilang Draco anak yang baik dan kesepian. Ia hanya terjebak di tempat yang salah.
Harry juga bilang bahwa Draco menurunkan tongkatnya saat memiliki kesempatan untuk membunuh Profesor Dumbledore. Harry melihat Draco gemetar dan tidak bisa membunuh kepala sekolah mereka.
Kemudian ia melihat sendiri saat Draco pura-pura tidak mengenal Harry ketika mereka tertangkap. Sebuah resiko besar jika ia mengkhianati pelahap maut. Tapi ia melakukannya. Pura-pura tidak tahu.
Hermione bersimpati padanya alih-alih benci setelah semua yang telah ia lakukan. Mungkin benar jika Draco hanya berada di situasi dan tempat yang salah. Seandainya ia dilahirkan dari golongan sepertinya atau di lahirkan di keluarga penyihir seperti keluarga Weasley. Hermione pasti menyukainya.
A.N : Untuk sebuah drabble ini kelebihan 42 kata wkwk :) dan lagi iseng pengen nulis :) Kalo ada mood bikin sequel dri pov Draco.
HAPPY READ :*
