Red Thread
.
.
By Mei Hyun
.
.
Pair : HaeHyuk
Warn : GS for uke (no protes! yang ngga suka GS silahkan meninggalkan lapak ini)
Disclaimer : seperti biasa xD
.
.
.
a/n
Fanfict ini diketik via hape tanpa edit karena Mei males ngedit kalau filenya ngga di laptop *fyi laptop Mei lagi diobati(?), jadi ga bisa pake laptop :')*. Jadi maaf kalau ada kesalahan dalam pengetikan. Enjoy reading~ ^^
.
.
.
.
.
Eunhyuk menatap takut-takut sebuah file yang terpampang di layar laptopnya. File Microsoft Office Excel dengan judul "Daftar Peserta Kuliah Kerja Nyata". Ia menggenggam ragu mouse berwarna biru-warna favoritnya, menggigit bibir bawahnya, dengan sorot mata harap-harap cemas. Jari telunjuk tangan kanannya yang tepat berada di atas mouse yang digenggamnya terlihat naik-turun-naik-turun, menunjukkan dengan sangat jelas bagaimana perasaan Eunhyuk saat ini. Rasa takut, cemas, penasaran, semuanya bercampur menjadi satu.
"Bagaimana?" Junsu-teman satu apartemen Eunhyuk-datang menghampiri Eunhyuk. Ia hanya mengenakan bathrobe dengan kedua tangan yang sibuk mengeringkan rambut basahnya dengan sebuah handuk kecil. "Kau sudah membukanya?" tanya Junsu lagi.
Eunhyuk mendongak, menatap Junsu yang berdiri disampingnya. Tangan kanannya yang semula menggenggam mouse beralih menggenggam selimut yang membungkus kedua kakinya. Ia kembali menggigit bibirnya dan menatap Junsu dengan tatapan penuh permohonan.
"Ck! Kau ini" Seolah bisa membaca tatapan itu, Junsu bergegas menepuk pundak Eunhyuk. Memberi pesan nonverbal agar gadis itu menggeser posisi duduknya dan memberikan ruang untuk Junsu duduk.
"J-Jun... Tapi..."
"Apa?" potong Junsu. "Kau hanya tinggal melihat daftar nama. Temukan namaku dan namamu, dengan begitu kita tahu kita akan mendapat tempat dimana dan akan hidup bersama siapa saja selama 2 bulan" ucap Junsu cepat saat ia menangkap gelagat Eunhyuk yang hendak melayangkan protes padanya.
"J-Jun..."
"Dengar Hyukie, apapun hasilnya nanti, kau harus kuat. Kau tahu sendiri bukan bagaimana peraturan universitas kita? Kau tidak akan mungkin bisa pindah ke kelompok lain walau kau menyogok pegawai dan teknisinya sekalipun."
Eunhyuk menundukkan kepalanya. Beberapa saat kemudian ia menghela napasnya pelan dan menatap Junsu yang sudah membuka file itu dan sibuk mencari namanya dan nama Eunhyuk di daftar yang berisi ribuan nama mahasiswa tersebut.
"Kurasa kau sudah tahu aku akan bagaimana jika-"
"KETEMU!" Junsu tiba-tiba berteriak cukup keras, yang membuat Eunhyuk terkejut.
"Ya! Pelankan suaramu. Ini sudah hampir tengah malam."
Eunhyuk menatap jengkel pada Junsu. Namun Junsu seperti tidak menghiraukan ucapan Eunhyuk. Matanya terfokus menatap deretan nama yang terpampang di layar laptop miliknya.
"Good! Dia berada di kelompok yang berbeda denganmu" Junsu memekik senang. Bahkan gadis tersebut tak sadar sudah membawa Eunhyuk ke dalam dekapannya.
"Be-benarkah? Kau tidak bohong 'kan?" tanya Eunhyuk memastikan.
"Lihatlah sendiri" Junsu menggeser tubuhnya, mempersilahkan Eunhyuk untuk memastikan hal tersebut dengan mata kepalanya sendiri.
Eunhyuk membaca deretan nama-nama tersebut dengan seksama. Sesaat kemudian, raut wajahnya bersinar cerah. Menunjukkan perasaan lega yang menghinggapi hatinya saat ini.
"Kau benar! Kutukan 6 tahun itu akhirnya berakhir juga. Yeay!" Eunhyuk memekik girang dengan kedua tangan yang mendekap tubuh Junsu erat-erat, yang membuat mereka berdua tertawa lepas dan melupakan fakta bahwa kini waktu telah menunjukkan pukul 11.45. Hampir tengah malam.
"Chukkae~" Junsu mencubit kedua pipi Eunhyuk yang lumayan berisi. "Akhirnya aku tak perlu mengkhawatirkanmu" seru Junsu yang membuat Eunhyuk mencebik.
"Mengkhawatirkan apa? Apa kau pikir aku akan bunuh diri jika keajaiban itu datang lagi padaku?"
Junsu tertawa. "Tidak, sayang. Aku hanya berpikir jika kau mendapat keajaiban lagi, kau akan uring-uringan, tidak melakukan tugasmu dengan baik, dan yang terpenting adalah ini." Junsu menunjuk perut rata Eunhyuk. "Kau benar-benar menakutkan jika penyakitmu yang satu ini kambuh. Aku tidak mau kau sakit saat sedang KKN nanti."
Eunhyuk tersenyum dan memeluk tubuh berisi sahabatnya itu. "Terima kasih. Aku benar-benar beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu."
Junsu balas memeluk Eunhyuk. "Aku juga." ucapnya dengan senyum lebar di wajahnya.
.
.
"Apa kau sudah selesai mengemasi barangmu?"
"Sudah.. Kau?"
"Tunggu! Aku belum mengemasi peralatan dapur."
"Baiklah"
Ya.. Beginilah malam mereka-Junsu dan Eunhyuk-hari ini. Keduanya tampak sibuk membungkus barang ini-itu dengan tas plastik besar. Karena besok keduanya sudah harus mengangkut barang-barang itu ke pos KKN masing-masing, jadi hari ini semuanya sudah harus beres agar tidak ada barang yang tertinggal untuk dibawa.
"Apa kau akan memasak disana?"
Eunhyuk mengerutkan dahinya. "Tentu saja. Kau ini aneh sekali. Apa kau tidak akan memasak disana? Kita hidup dengan banyak orang, tentu saja harus memasak. Kau pikir 2 bulan waktu yang sangat singkat? Kita harus berhemat dengan memasak sendiri."
Junsu mengangguk. "Benar. Tapi aku tidak begitu pandai memasak. Ah... Tenang saja. Yoochunie tidak akan membiarkanku kelaparan jika aku tidak bisa memasak."
Eunhyuk melebarkan matanya. "Apa? Kau satu pos dengannya?"
"Tepat sekali!" Junsu menjentikkan jarinya dengan satu mata mengedip genit. "Ah... Senang sekali bisa berada satu atap dengannya selama 2 bulan nanti." ucap Junsu dengan raut wajah senang, yang membuat Eunhyuk memandangnya penuh kecurigaan.
"Jangan melakukan hal yang aneh-aneh. Atau ibumu yang galak itu akan menggantungmu."
"Sshhh... Tenanglah... Kami tinggal bersama teman-teman lainnya, bagaimana bisa berbuat yang aneh-aneh?"
"Siapa tahu" Eunhyuk menggendikkan bahunya. "Ibumu bahkan memperlakukanku seperti baby sittermu setiap kali kami bertemu atau berbicara lewat telepon. Itu artinya kau dan Yoochun..."
"Oh ya?" Junsu berpura-pura terkejut dengan raut wajah seolah mengejek Eunhyuk. "Makanya, cobalah menjalin hubungan dengan seseorang. Kau pasti akan mengerti bagaimana rasanya. Jangan terus menerus menggantungkan hidupmu pada keajaiban yang kau cinta sekaligus kau benci itu." ejek Junsu sambil menjulurkan lidahnya.
"Sialan!"
Malam itu akhirnya berakhir dengan pertengkaran penuh tawa keduanya hingga mereka kelelahan dan jatuh terlelap begitu saja.
.
.
Eunhyuk duduk diam dalam kegelisahan. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Dengan wajah tertunduk, ia melihat beberapa pasang kaki di hadapannya, dan bila ia menoleh ke kiri, dari sudut matanya ia bisa melihat beberapa orang terlihat duduk santai di emper sebuah toko tua yang terlihat nyaris bangkrut.
Pikirannya kemudian melayang ke sahabatnya yang berada di pos terpisah dengannya. Tidak begitu jauh memang dari posnya, tetapi ia tidak membawa kendaraan pribadi ke tempat ini, dan parahnya lagi ia sama sekali tidak mengenal tempat ini. Lupakan google map. Karena sinyal provider yang ia gunakan tidak begitu kuat di tempat ini, bahkan nyaris hilang. Kendaraan umum? Di tempat ini tidak ada kendaraan umum seperti taksi atau angkot. Jadi benar-benar tak ada harapan untuk meraih sahabatnya itu, kecuali lewat telepon dan sms.
Menyadari semua kenyataan itu membuat Eunhyuk hanya bisa menghembuskan napas lelah. Ia bahkan tak tahu bagaimana cara memulai untuk mengakrabkan diri dengan teman-teman hidupnya untuk 2 bulan kedepan nanti. Ia hanya duduk diam memperhatikan teman-temannya itu satu persatu. Bahkan mengajak mereka berkenalan pun Eunhyuk tak mampu.
Puk
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya cukup kuat.
"Dari tadi kau diam saja. Apa kau sakit?"
Seorang perempuan dengan perawakan lebih berisi dari tubuh Eunhyuk bertanya dengan wajah yang begitu ramah dan perhatian pada Eunhyuk. Senyum manisnya tersungging, membuat Eunhyuk tak bisa untuk tidak tertular menyunggingkan senyum juga.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa sedikit... canggung" Eunhyuk menggigit bibirnya. Merasa tak yakin dengan ucapannya sendiri.
"Kau begitu pemalu. Tak apa." Lagi, perempuan itu tersenyum pada Eunhyuk. "Ah, kita belum berkenalan." Perempuan itu segera mengulurkan tangan kanannya, dan Eunhyuk tanpa ragu menjabat tangan putih nan halus tersebut. "Namaku Lee Sungmin. Panggil Sungmin saja, jangan bersikap formal padaku."
Eunhyuk membalas senyum Sungmin. "Namaku Lee Eunhyuk. Kau juga jangan bersikap formal padaku. Oke?"
Sungmin mengangguk, membuat helaian rambut yang tersampir di belakang telinganya kembali jatuh menutupi telinganya. "Kita berteman mulai sekarang."
Eunhyuk mengangguk dengan raut senang.
Apa Tuhan mendengar kegelisahannya tadi? Belum ada lima menit pikirannya berputar kusut, ia sudah berteman dengan salah seorang dari mereka. Sungguh awal yang bagus!
"Um.. Kau belum berkenalan dengan teman-teman yang lain bukan? Ja! Aku akan memperkenalkanmu." Sungmin segera menarik tangan Eunhyuk tanpa menunggu persetujuan Eunhyuk dan membawa gadis pemalu itu bertemu dengan teman-teman mereka satu persatu untuk saling mengenal satu sama lain.
Hari ini, berkat Sungmin, Eunhyuk mampu mengawali semuanya dengan baik. Bertemu dengan orang-orang baik yang akan hidup bersama dengannya selama 2 bulan ke depan di daerah yang tak ia kenal sama sekali ini, saling mengenal dan bercengkrama satu sama lain, meski Eunhyuk masih sangat canggung dengan perubahan drastis hidupnya ini.
Bertanya mengapa demikian?
Ya. Eunhyuk adalah seorang introvert. Namun bukan berarti Eunhyuk orang yang sangat tertutup. Ia hanya mampu berbagi dengan orang yang sangat dekat dengannya, seperti Junsu misalnya. Ia sangat pemalu, khususnya di lingkungan yang baru. Namun jika kau mengenalnya lebih dekat, dia adalah sosok periang yang ramah dan murah senyum. Ia juga tak akan segan-segan bercerita ini-itu hingga membuatmu lelah mendengar semua ocehannya.
Dan inilah salah satu tantangan yang harus dilalui oleh setiap introvert seperti Eunhyuk. Berada di lingkungan baru dengan orang-orang yang sama sekali tak ia kenal sebelumnya. Hidup bersama; berbagi tempat tidur, makanan dan minuman, bergantian memakai kamar mandi yang sama, dan melakukan hal-hal lain bersama-sama. Akan terdengar seperti mimpi buruk untuk seorang introvert, berkebalikan dengan seorang ekstrovert.
Tapi Eunhyuk tidak serta merta mengecap kegiatan pengabdian pada masyarakat ini sebagai mimpi buruk. Eunhyuk malah berharap agar dirinya bisa menjadi lebih baik lagi dengan mengikuti kegiatan wajib dari kampus ini. Ia berharap bisa mendekati kepribadian Junsu yang gampang akrab dengan orang baru. Menurutnya, hidupnya akan lebih berwarna dan menyenangkan jika ia bisa menjadi seperti Junsu.
.
.
Eunhyuk dengan tekun menata satu persatu barang-barang yang ia bawa di atas rak dapur. Ia juga menata barang-barang yang dibawa temannya tanpa ragu. Ia memang menyukai kegiatan seperti ini. Kamarnya di apartemen pun jauh lebih rapi bila dibandingkan dengan kamar Junsu.
"Eunhyuk-ah kau sudah selesai dengan baju-bajumu?" Sungmin yang hendak mencuci gelas yang ia bawa mengerutkan dahinya saat melihat sosok Eunhyuk di dapur rumah yang mereka sewa untuk dua bulan kedepan tersebut.
"Nanti saja Sungmin-ah. Teman-teman semua sedang sibuk dengan baju-baju mereka, kalau aku bergabung juga kurasa kamar akan terasa menjadi lebih sempit karena kehadiranku." ucap Eunhyuk setengah bercanda, yang membuat Sungmin tersenyum.
"Kau masih canggung ya? Tenang saja.. Kau akan tidur bersamaku. Kalau denganku, kau tidak canggung lagi 'kan?"
Eunhyuk membalikkan tubuhnya dan menatap Sungmin dengan pandangan terkejut. "Benarkah? Tapi tadi kau bilang aku harus tidur di kamar..."
"Hahaha.. Tidak.. Aku bercanda~" Sungmin tertawa. "Memang rencananya kau akan tidur di kamar itu, tapi tadi pagi Xianhua menghubungiku dan mengatakan jika ia ingin satu kamar dengan Ryeowook. Dia bilang ingin belajar merias diri dengan Ryeowook."
Eunhyuk mengerutkan keningnya. "Merias diri? Memakai kosmetik maksudmu?"
"Ya" Sungmin mengangguk. "Karena itu aku menukar Xianhua denganmu, karena kamar itu hanya bisa menampung 4 orang."
Eunhyuk mengangguk mengerti. "Tidak apa-apa. Aku malah senang bisa satu kamar denganmu. Jujur saja, meskipun sebelumnya Ryeowook pernah mengirim sms padaku, tapi sekalipun aku belum pernah berbicara dengannya kecuali saat saling memperkenalkan diri tadi. Disini aku paling akrab denganmu, jadi aku merasa senang bisa satu kamar denganmu."
Sungmin tersenyum. "Aku juga." Sungmin terkekeh sesaat. "Biar kubantu, agar kau bisa segera membereskan barang-barangmu yang lain." Sungmin dengan cekatan segera mengangkat dan mengatur barang-barang lainnya tanpa menunggu persetujuan Eunhyuk.
"Terima kasih, Sungmin" Eunhyuk tersenyum pada Sungmin sebelum kembali mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda tersebut.
"Kau ini bicara apa? Seharusnya aku dan teman-teman yang berterima kasih padamu. Lihat ini! Semuanya sudah rapi. Kau bahkan membawa beberapa bahan masakan. Kami beruntung mendapat teman satu pos sepertimu."
Eunhyuk tersenyum mendengarnya. "Tidak. Itu hanya kebiasaanku jika bepergian ke tempat asing. Kau tahu? Sahabatku bahkan mengomel sepanjang hari kemarin setelah melihatku mengepak banyak barang. Dia bilang aku seperti akan pindah rumah saja." Eunhyuk terkekeh saat mengingat omelan Junsu kemarin padanya.
"Itu kebiasaan yang bagus, meskipun merepotkan. Aku juga begitu, tapi hanya untuk obat-obatan. Kalau untuk urusan dapur, tidak terlalu. Karena aku tidak bisa memasak." Giliran Sungmin yang terkekeh. "Kau pasti sangat pintar memasak." gurau Sungmin.
"Tidak juga. Aku hanya memasak sesekali, hanya jika aku punya waktu luang. Jadi aku tidak terlalu bisa memasak."
"Yang penting kau bisa memasak. Aku iri denganmu "
Eunhyuk menoleh pada Sungmin dan tersenyum. "Tenang saja, setelah kembali dari sini kau pasti akan pintar memasak. Kita akan memasak bersama-sama."
Sungmin mengerutkan dahinya. "Memasak bersama? Kau yakin?"
Eunhyuk mengangguk. "Tentu saja. Ada apa?" Kini Eunhyuk yang terlihat bingung.
"Aku bahkan tidak bisa mengupas kentang dengan benar. Bagaimana caranya aku bisa membantu kalian?"
Eunhyuk kembali tersenyum. "Tenang saja. Nanti akan kuajari." Eunhyuk menepuk bahu Sungmin pelan. "Oh iya, aku lupa bertanya padamu. Jumlah kelompok kita ada berapa orang? Aku takut bahan-bahan yang kubawa tidak cukup untuk kita semua."
Sungmin terlihat berpikir sambil menghitung dengan jemarinya. "Aku, kau, Taemin, Ryeowook, Xianhua, Kibum, Key, Kyuhyun, Siwon, Yesung, Zhoumi, Jinki, Minho, Donghae, oh... aku baru ingat ada salah seorang dari kita yang belum datang. Katanya dia akan datang besok. Jadi hari ini hanya ada 13 orang."
"Umm... Sepertinya cukup. Malam ini kita memasak menu yang sederhana saja karena aku hanya membawa bahan seadanya. Besok pagi baru kita membeli bahan-bahan masakan di pasar."
"Baiklah"
Dan setelah itu mereka kembali meneruskan pekerjaan mereka hingga barang-barang yang tadinya bergelimpangan tak teratur di ruang tengah kini tertata rapi. Semua ruangan pun tampak bersih dan sangat layak untuk dihuni. Bukan hanya Eunhyuk dan Sungmin saja, tetapi semua orang yang ada di rumah itu ikut andil dalam membersihkan dan merapikan tiap sudutnya dengan baik. Dan itu membuat semua orang-terutama Eunhyuk-tersenyum puas.
"Wah~ Rumah hantu ini terlihat sangat rapi dan sangat bersih sekarang. Kau benar-benar tipe menantu dan istri idaman Eunhyuk-ah." puji Siwon yang membuat Eunhyuk mengernyit. Namun gadis pemalu itu juga tidak bisa untuk tidak tersipu malu.
'Semoga tidak terjadi apa-apa' batin Eunhyuk dalam hati.
"Apa kau sudah punya pacar? Kalau belum, bagaimana kalau kau jadi pacarku? Hm?" Kini Zhoumi yang melemparkan godaannya, yang membuat seluruh gadis di ruangan itu-kecuali Eunhyuk-berdecak sebal.
"Jangan menggoda anak orang Zhoumi-ah. Kau minta dipukul ya? Aku sudah kenyang mendengar semua rayuanmu hari ini." Ryeowook mengacungkan kemoceng yang dibawanya di hadapan Zhoumi.
"Kenyang katamu? Bahkan kau tidak mendapat satu rayuan pun dariku. Aku tidak tertarik dengan orang pendek sepertimu." sahut Zhoumi cuek. Ia kembali menatap Eunhyuk dan tersenyum-senyum seperti orang bodoh.
"APA KATAMU?" teriak Ryeowook. "Oh.. Benar-benar sialan kau tiang hidup! JANGAN LARI KAU SIALAN!" umpat Ryeowook sebelum mengejar Zhoumi yang telah berlari duluan untuk menghindari amukan Ryeowook.
Semua orang disana hanya menghela napas. Tak ada yang berniat untuk menghentikan aksi kejar-kejaran Ryeowook dan Zhoumi.
Sungmin menepuk bahu Eunhyuk. "Jangan terlalu dipikirkan. Mereka memang kekanakan."
Eunhyuk hanya mengangguk dan beranjak ke dapur untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk memasak makan malam pertama mereka di rumah tersebut.
.
.
"Wow~ Kau juga pintar memasak." Kali ini Jinki yang mengomentari Eunhyuk.
Kini Eunhyuk dan seluruh penghuni rumah tersebut sedang makan malam bersama setelah Eunhyuk dan teman-teman perempuannya selesai memasak. Mereka duduk melingkar dengan nasi dan lauk pauk yang berada di tengah-tengah mereka.
"Tidak. Bukan hanya aku yang memasak. Aku dan para perempuan di rumah ini memasaknya bersama-sama."
"Tapi kau pintar memasak Eunhyuk-ah. Hari ini aku belajar banyak darimu." ucap Xianhua dengan pipi yang menggembung karena makan sambil berbicara.
"Tapi aku tidak sehebat Ryeowook." Kilah Eunhyuk.
Ya. Diantara semua teman perempuan Eunhyuk di pos ini, Ryeowook memang yang terhebat dalam hal memasak. Tidak dalam hal memasak saja, dalam berdandan pun Ryeowook yang paling unggul. Mungkin karena hal ini Xianhua bertukar kamar dengannya agar gadis asal Cina itu bisa mendapat banyak ilmu dari Ryeowook.
"Tidak. Kemampuan memasakku biasa saja. Tidak sehebat chef kondang di televisi." gurau Ryeowook, yang membuat teman-temannya berdecak kesal dengan raut bercanda di wajah masing-masing.
Mereka kemudian saling melemparkan pujian dan godaan satu sama lain, kecuali Eunhyuk, Taemin dan Kibum, karena mereka termasuk tipe kalem. Mereka bertiga hanya mendengarkan ucapan teman-teman mereka sambil sesekali ikut tersenyum dan tertawa. Benar-benar suasana makan malam yang hangat, walaupun mereka sangat berisik.
.
.
"Eunhyuk, jangan!" Key menghentikan tangan Eunhyuk yang hendak mengambil pengggorengan yang masih berisi sisa-sisa minyak yang menempel di bagian dalamnya. "Biarkan para laki-laki yang mencucinya. Ini bukan bagian kita."
Eunhyuk menatap Xianhua dalam. "Kau yakin? Maksudku kebanyakan anak laki-laki sama sekali tidak pernah membantu di dapur. Kau yakin peralatan memasak ini akan selamat dan bersih di tangan mereka?" Eunhyuk menunjuk tumpukan panci, penggorengan, spatula, piring-piring dan sendok kotor di atas bak cuci. "Tidak apa-apa aku mencucinya. Di apartemen dan di rumah aku sudah terbiasa mencuci peralatan dapur seperti ini sehabis makan."
"Jangan terlalu baik." Yesung yang entah sejak kapan sudah berada disana tak segan menepuk pelan kepala Eunhyuk, yang membuat gadis itu sedikit terkejut. "Aku akan mencuci semua ini."
Eunhyuk mendongak menatap Yesung yang memiliki postur tubuh lebih tinggi darinya. "Kau yakin? Aku bisa mencuci ini sendiri. Tidak apa-apa."
Yesung menggeleng. "Hari ini aku piket. Jadi ini memang tugasku."
Eunhyuk mengerutkan dahinya. "Piket?"
Yesung tersenyum. "Kau belum tahu ya? Kibum sudah menulis daftar piket untuk kita. Karena kita ada 14 orang, jadi satu hari ada 2 orang yang piket. Bacalah disana." Yesung menunjuk tempat dimana kertas berisi daftar piket itu tertempel.
"Baiklah.. Terima kasih.." ucap Eunhyuk. Namun sebelum ia melangkahkan kakinya meninggalkan dapur, Yesung memanggilnya.
"Setelah melihat daftarnya, kembalilah ke kamar. Sungmin mencarimu tadi."
Eunhyuk mengangguk sebelum mengucapkan 'terima kasih' pada Yesung dan segera berlalu meninggalkan dapur.
.
.
'Ketemu!' batin Eunhyuk memekik girang setelah berhasil menemukan yang ia cari. Daftar piket pos S. Pos yang akan menjadi tempat tinggalnya selama 2 bulan kedepan.
Eunhyuk membaca tiap kata yang tertulis disana dengan cermat. Ia bahkan menunjuk kata demi kata yang dibacanya dengan jari telunjuk tangan kanannya. Terlihat sangat serius. Terkadang ia terlihat seperti berpikir keras ketika ia membaca nama teman-temannya yang tertulis disana.
Ya. Ini juga merupakan salah satu kekurangan Eunhyuk. Ia susah menghafal nama teman-temannya satu persatu dalam kurun waktu yang singkat. Hanya teman-teman sekamarnya saja yang dia ingat, itupun karena ia sudah berbicara cukup banyak dengan mereka, terutama dengan Sungmin.
"Oh! Sabtu!" pekiknya saat ia menemukan namanya di kolom 'Hari Sabtu'. "Dan partnerku adalah... Eh?" Eunhyuk mengerutkan dahinya. "Siapa Donghae?" Eunhyuk terlihat berpikir keras. "Apa diantara teman-teman tadi ada yang bernama Donghae? Atau dia orang yang belum datang itu? Aku benar-benar lupa."
Beberapa detik kemudian Eunhyuk mengabaikan nama 'Donghae' di pikirannya. Ia beralih membaca kolom 'Tugas' untuk mengetahui hal apa saja yang harus ia lakukan saat mendapat giliran piket nanti.
'Biarlah nanti menjadi kejutan untukku siapa yang bernama Donghae itu. Tidak perlu bertanya pada Sungmin. Toh juga 'keajaiban' itu tidak akan datang lagi sementara ini' batin Eunhyuk gembira.
.
.
Sementara itu, di tempat lain...
"Apa ini? Kau memintaku kembali?" Seorang laki-laki berambut hitam legam menatap tak percaya pada seorang laki-laki berambut dark brown yang duduk dengan kepala tertunduk.
"Memang seharusnya begitu 'kan? Aku sudah terlalu banyak menyusahkanmu. Sekarang aku ingin kau kembali menjalani kehidupan normalmu. Apa aku salah?" Yang berambut cokelat menatap yang berambut hitam dengan mata sendunya.
"Aku benar-benar tidak masalah dengan ini, tapi... Tunggu! Apa kau melakukan ini karena rahasia ini terbongkar?"
Yang berambut cokelat menggeleng. "Tidak. Aku melakukan ini karena kesadaranku sendiri. Lagipula aku sudah cukup pintar dan mahir sekarang berkat bantuanmu. Aku benar-benar berterima kasih padamu. Karena itu aku memintamu untuk melakukan ini. Ini demi kebaikan kita semua. Apa kau tak ingin semuanya kembali seperti semula dan berjalan seperti yang seharusnya?"
"Tentu saja aku menginginkannya. Tapi ini terlalu tiba-tiba dan terasa aneh. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Mata laki-laki berambut hitam itu menyipit, menatap penuh curiga pada laki-laki berambut cokelat.
"Um.. Sebenarnya ini menyangkut gadis yang kusukai." ucap laki-laki berambut cokelat itu dengan wajah serius. "Dia..."
"Oke! Aku mengerti. Baiklah, mulai besok kita kembali ke jalan masing-masing, seperti sedia kala" potong laki-laki berambut hitam dengan ekspresi kalem seperti biasa.
"Kau memang saudaraku yang terbaik, Donghae" puji laki-laki berambut cokelat tersebut dengan raut gembira di wajahnya. Ia langsung memeluk laki-laki berambut hitam di hadapannya dan mengucapkan ' terima kasih' berkali-kali.
.
.
.
.
.
.
.
Hello~ Long time no see~
Ada yang kangen saya?
Hehehe :p
Baiklah, ini pemanasan setelah hiatus berbulan-bulan lamanya. Semoga kualitas tulisannya ngga menurun yaaa... Ehehe...
Oiya, kalau ada yang bingung Xianhua itu siapa, Xianhua itu Henry. Sengaja pake nama Cina nya karena nama 'Henry' terlalu cowo untuk ff GS (n.n)"
Yang nanya "kenapa harus GS?", ini karena saya ga bisa buat uke-uke itu cengeng kek cewe, jadi sekalian di GS'in biar sekalian OOT wkwkwk #maapkeun saya#
Untuk yang baca fanfict-fanfict saya yang lain, maaf... Fanfict saya yang masih on going memang masih mangkrak. Saya belum tulis lanjutannya karena masih banyak kerjaan di real life.
Dulu pernah buat draftnya untuk mempermudah penulisan *memang sebelum update fanfict baru Mei biasanya buat draftnya sampai selesai* tapi draft itu hilang karena virus yang ditularin flashdisk temen saya ke laptop saya :') Jadi mohon maaf, belum bisa mikirin ulang jalan cerita yang pas untuk fanfict-fanfict itu.
Oiya, satu lagi. Untuk yang dulu sempat baca ff Mei yg judulnya Valentine Day (HaeHyuk) itu permintaan kalian untuk lanjut a day after valentine day udah Mei posting. Maaf kalau seadanya ya. Semoga suka :)
Oke! Sekian cuap-cuap Mei. Semoga suka dengan fanfict Mei yang seadanya ini ya.
Annyeong~
.
-Mei Hyun-
.
