Naruto Disclaimer Masashi Kishimoto
Akatsuki in Humor
Humor, Parody, Friendship
Rate : K+/T/M
Main cast : Akatsuki and friends
Place : Peta Shinobi di Naruto Ultimate ninja 5
Warning! : OOC, Typo(s), No EYD, gaya penulisan suka-suka, hanya untuk hiburan!
Author tidak mengambil keuntungan materi apapun dari fanfiksi yang di-publish.
.
.
Chapter 1 Akatsuki Membeli Rumah
.
.
Siang hari para anggota Akatsuki sudah dalam kesibukkannya masing-masing. Sosok pria berambut kuning terkuncir duduk melamun di teras batu Akatsuki Hiden Out.
"Duh, nasib gue begini amat yah. Dulu gue tinggal di kuil sendiri rasanya enak banget. Lantainya bersih, tempatnya lebar, sendirian lagi. Sekarang gue harus tinggal di dalam goa. Sumpek, kotor, padat merayap lagi. Mau tidur aja susah banget," ucap Deidara yang kesal.
Tobi si anak baik datang menghampiri Deidara sambil berlari. Dia melewati genangan air kecil yang menyebabkan air yang diinjaknya bermuncratan kemana-mana.
"Senpaaiiii, Senpaiii ...!" teriak Tobi sambil berlari.
Deidara yang melihat Tobi datang menjadi semakin kesal.
"Haaahhh ... anak itu lagi." Deidara mengeluh sambil menepok jidatnya.
Tobipun akhirnya sampai di hadapan Deidara.
"Senpaii, temenin Tobi yuk membeli pohon. Tobi ingin menanam pohon lagi, Senpai. Tobikan anak baik," ucap Tobi riang yang tidak terlihat wajahnya itu.
"Gue lagi males, Tobi. Mending lo pergi aja dah dari hadapan gue!" Deidara memperingatkan Tobi.
"Senpai ada apa, kok hari ini terlihat begitu kesal sih?" tanya Tobi dengan polosnya.
"Tobi, lo kagak tau apa pura-pura enggak tau!" Deidara nyolot ke Tobi.
Tobi berpikir sejenak, ia menggaruk-garukkan kepalanya. Melihat itu Deidara semakin pusing saja.
"Udah, Tobi. Pergi gak lo. Kalo enggak, Kat ..." Deidara ingin meledakkan Tobi.
"Tunggu, Senpai, tunggu!" ucap Tobi memohon kepada Deidara.
"Apa lagi lo ini, suruh pergi gak pergi-pergi. Gue jutsu malah suruh tunggu!" gerutu Deidara.
"Senpai, kalo senpai ada masalah ceritalah ke Tobi. Tobi kan anak baik. Siapa tau Tobi bisa membantu senpai. Kalo senpai enggak cerita ya mana Tobi tau." Tobi menjelaskan.
Mendengar penjelasan Tobi akhirnya Deidara mau menceritakan keluhannya.
"Gue pusing, Tobi. Gue pengen pindah dari sini. Muak gue tinggal dalam goa sumpek kayak gini," kata Deidara yang mencurahkan isi hati dan pikirannya.
"Ohh begitu ceritanya senpaii, kenapa enggak ngomong dari tadi, Senpaii. Tobi punya solusi," sahut Tobi dengan riangnya.
"Emang lo tau solusinya gimna?" tanya Deidara dengan muka serius.
"Yah, senpai tinggal bilang aja langsung sama senpai Kakuzu, kan dia yang ngatur semua keuangan kita," jawab Tobi dengan lembutnya.
"Heeehh, lo kaya enggak tau Kakuzu aja Tobi. Dia kan pelit banget orangnya," sahut Deidara.
"Tenang senpai, ada Tobi si anak baik. Tobi akan membantu," ucap Tobi meyakinkan Deidara.
Tobi pun mengumpulkan semua anggota Akatsuki yang lainnya. Dia menceritakan keluh kesah Deidara. Dan anggota lainnya setuju dengan usul Tobi.
.
.
.
Tiba-tiba...
BRRAAAKKK
Bunyi pintu di gebrak, Kakuzu di dalam ruang itu sedang asik ngitung duit.
"10, 20, 30, 40..."
"Kakuzu! Lo asik-asik aja ngitung duit disini. Kita orang mau protes!" seru Hidan sambil memegang pedang saktinya yang seperti arit bermata tiga.
"Eehh ... apa-apan lo pade semua mau-mau protes ama gue," sahut Kakuzu heran.
"Kakuzu, kita sudah menyelesaikan misi kita di Shippuden. Uang kita juga udah banyak, mending kita tempelin tuh duit. Jangan lo simpen aja, ntar rayapan!" seru Pain sang ketua Akatsuki.
"Tempelin gimana maksud lo pain?" tanya Kakuzu yang merasa terganggu.
"Senpai Kakuzu, kita akan membeli rumah," ucap Tobi si anak baik..
Kakuzu kaget, dia pikir capek-capek ngumpulin duit kenapa harus dibeliin barang. Kakuzu masih mikir.
"Kakuzu, itu duit kita dapet bareng-bareng. Jadi itu milik bersama. Kalo lu gak mau nurutin kita, lu bakal gue Ameterasu!" ucap Itachi mengancam Kakuzu.
Kakuzu berpikir ulang, kalo dia di Ameterasu gak bakal bisa megang duit lagi. Akhirnya dia menuruti kemauan anggota lainnya. Yah, walau dengan berat hati.
"Hmmmm, baiklah. Kita akan beli rumah," ucap Kakuzu dengan berat hati.
"Nah gitu donk, dari tadi napa. Lo banyak gaya juga sih, Kakuzu." Kisame menimpali.
Akhirnya mereka bersepuluh pergi ke kota untuk melihat-lihat rumah-rumah disana. Tobi berjalan di dekat Deidara, sedang Sasori santai berjalan disampingnya. Itachi dan Kisame berjalan di depan mereka, disusul Hidan dan Kakuzu di depan. Konan, Pain dan Nagato memimpin perjalanan mencari rumah baru.
.
.
.
Tibalah mereka di Konoha...
"Weww, rumahnya pada betingkat nih," ucap Hidan terkesima.
"Dah lo, Hidan. Diam aja! Lo bukan belain gue malah dukung mereka!" gerutu Kakuzu kepada Hidan.
"Lah lo kenapa marah ama gue, kalo gue belain lo yah namanya bunuh diri. Gila aja lo kita bedua lawan mereka berdelapan." Hidan membela diri.
"Yah, kita kan abadi gak bakal bisa mati," sanggah Kakuzu.
"Iya, abadi. Gapi lo kan cuma punya lima nyawa. Lah kalo semua nyawa lu di-Ameterasu si Itachi apa enggak langsung ko'it lo," sanggah Hidan.
Itachi yang berada dibelakang mereka hanya santai saja, Itachi tau bahwa dia bisa mengontrol semua anggota Akatsuki yang lainnya hanya dengan genjutsunya.
Setelah bertanya-tanya akhirnya mereka tiba di sebuah kawasan yang menyeramkan tapi juga sangat sejuk untuk dihuni. Mereka tiba di Forest of Dead atau hutan kematian. Mereka pun sepakat membeli rumah di pinggir hutan kematian di Konoha. Setelah negoisasi harga mereka membeli rumah 3 lantai.
Lantai pertama sebagai tempat mereka berdagang.
Lantai kedua sebagai ruang tamu, ruang tv, ruang makan dapur dan kamar mandi.
Lantai ketiga sebagai tempat mereka tidur.
Di lantai ketiga ada 4 kamar, kamar pertama dekat dengan tangga ada Pain, Nagato dan Konan. Kamar kedua ada Itachi dan Kisame. Kamar ketiga ada Kakuzu dan Hidan. Kamar keempat ada Sasori, Deidara dan Tobi.
Mereka menempati kamar mereka masing-masing.
.
.
.
Beberapa jam kemudian...
"Ahhh, akhirnya gue tidur di tempat bagus juga gak kaya di dalam goa gak jelas itu," ucap Deidara senang sambil mencoba kasur baru miliknya. Sementara itu Tobi masih sibuk mengangkat pot-pot pohon kesayangannya.
"Senpai Deidara pot-pot ini taro di mana, ya?" tanya Tobi saat masuk ke kamarnya.
"Lo pikir aja dah sendiri, pot tanaman lo kalo di taro di kamar ini sama aja gue kaya tinggal di dalam goa. Sumpekkk!" jawab Deidara yang kesal melihat Tobi membawa pot-potnya ke dalam kamar.
"Hiks...hiks..." Tobi menangis mendengar perkataan Deidara walau tak terlihat air matanya yang jatuh karena tertutup topeng.
Tobi lalu pergi membawa pot-pot tanamannya.
"Senpaiii jahaatttt!" ucap Tobi sambil berlari membawa pot-potnya.
Tak lama kemudian Sasori datang, ia berpapasan dengan Tobi. Dan melihat Tobi berlari membawa pot-potnya sambil terisak.
"Lo apain si Tobi, Dei. Gue liat dia lari sambil bawa pot-pot tanamannya," tanya Sasori yang masuk ke kamar membawa semua boneka-bonekanya.
"Lo juga lagi, Sasori! Tobi gue usir karena dia bawa masuk itu pot-potnya ke kamar ini. Malah gantian sekarang lo bawa boneka-boneka ke kamar. Kenapa hidup gue sumpek amat sih!" sahut Deidara yang kesal sambil berlari turun ke lantai 2.
"Hmmm, mereka berdua kenapa lah, kok pada lari-larian gitu?" tanya Sasori tak peduli.
.
.
.
Di lantai 2, Tobi sedang menangis mengadukan ucapan Deidara. Konan hanya bisa menenangkan Tobi yang sedang menangis di pundaknya itu.
"Sudah, Tobi. Kamu taruh saja pot-pot tanamanmu di lantai 1, kita kan belum memulai perdagangan kita," ucap Konan sambil mengelus-ngelus kepala Tobi.
"Tobi sedih, Senpai Konan. Semenjak Tobi di sini Tobi merasa enggak di sayang sama senpai Deidara," jawab Tobi sambil terisak.
"Yah, lo juga punya hobi nanem pohon di pot, Tobi. Lo liat udah berapa puluh pot yang lo punya. Cuma nambah-nambahin biaya angkut aja!" gerutu Kakuzu yang datang menghampiri Konan dan Tobi.
Tobi pun semakin menangis menjadi-jadi seperti bayi, ya mungkin yang lebih tepatnya bayi kolot.
"Sudah-sudah jangn diributin, gue Ameterasu juga ntar lo orang semua," ucap Itachi yang pusing melihat keributan di hadapannya.
"Itachi, kamu jangan begitu. Tobi lagi sedih," sanggah Konan.
"Hah, biarin ajalah dia mau nangis, mau nyungsep kek. Emang gue pikirin!" sahut Itachi dengan ketusnya.
"Itachi, jangan keterlaluan. Kalo tidak ada Tobi, kita mana bisa cepat berpindah seperti ini." Konan menerangkan.
"Haaah ... baiklah, maaf," jawab Itachi sambil mengingat jasa Tobi yang meng-kamui mereka semua hingga tiba di pintu masuk Konoha.
Tobi masih menangis di pundak Konan. Deidarapun turun melihat kejadian itu, dia merasa bersalah, akhirnya Deidara menghampiri mereka.
"Tobi, sudah jangan menangis. Maafin gue ya. Gini, lo boleh taro itu taneman lo di kamar. Tapi satu aja yang paling lu suka ya," ucap Deidara mengalah.
Mendengar itu Tobi berhenti menangis...
"Benarkah, Senpai ...? Tobi senang sekali." Tobi memeluk dan mencium Deidara.
"Ish, apa-apain sih lo! Bibir lo aja gak ada nyium-nyium orang," gerutu Deidara sambil mengelap pipinya.
"Tobi anak baik punya bibir, Senpai. Tapi Tobi masih pake topeng. Jadi bibir Tobi gak keliatan," sahut Tobi membela diri.
"Yah, lo udah tau ada topeng kenapa gak loe copot, Tobi," sergah Kakuzu.
"Tobi malu, Senpai Kakuzu. Di Konoha ada cewek yang Tobi sukai, hihihi," jawab Tobi malu-malu.
Mereka yang mendengar ucapan Tobi langsung menepuk jidat mereka masing-masing.
"Yaa ampun, Tobiii," ucap Kakuzu dan Deidara.
"Hah, dasar orang aneh!" tambah Itachi sambil membuang mukanya.
Konan hanya tersenyum menyeringai.
.
.
.
Bersambung
