Ia merangkul mu dengan erat, walau tau kalau berat badanmu tidak memungkinkan baginya untuk menjaga keseimbangan. Tangannya yang kuat dan kokoh memapah badanmu yang sedang lemah akibat pengaruh alkohol.

Sebenarnya kamu bukan pemabuk atau sebagainya, namun ia yang ternyata membuatmu seperti ini.

"(Your name)"!, kenapa kamu seperti ini, dasar bodoh! Siapa yang menyuruhmu minum-minum di bar hah?! Apa yang kau pikirkan di kepala mu yang kosong itu, (your name)?!", lelaki tegap berambut hitam mengkilat itu mengomeli mu sejadi-jadinya.

"Kau... bodoh... ini... s-sa-l-lah mu!...", ucapmu yang merasa digeletakkan di atas sebuah sofa, "Kau... laki-laki paling buruk di dunia... L-Levi!", kau meronta-ronta sekuat tenaga sambil melayangkan tinju ke arah pria yang sedang berusaha menyeka air hujan dari dahi. Sayangnya kau terlalu mabuk untuk mengarahkan tinju tepat kearah muka pria itu, dan malah memukul-mukul udara.

"(Your name)!(your name)! Dengarkan aku! Kau tidak boleh begini! Mengerti? Tatap aku!", pria itu menatap mu dengan tajam sekaligus sorot mata penuh penyesalan dan keputus-asaan, seraya mengguncang-guncang tubuhmu yang terus menggigil hebat.

Tak terasa matamu menjadi sangat berat, dan suara pria yang mengomelimu dan berteriak cemas sejak tadi itu mulai terdengar samar-samar.

"(Your name)!(your name)!"

.

.

.

"(Your name)! Oi, (your name)!"

Kamu melonjak bangun mendengar namamu dipanggil berulang-ulang dengan volume yang bagai halilintar.

Kau usap-usap matamu dengan malas, lalu berusaha membuka mata. Sosok ibu mu yang terlihat remang-remang mulai nampak, sampai pada akhirnya kamu pun bisa sepenuhnya membuka mata.

Kamu mendapati sorot mata ibumu yang terlihat sangat panik. Kamu pun bertanya dengan nada suara malas semalas-malasnya, "Apa bu? Masih pagi..."

Kamu bergeliat baring dan menatap wajah ibumu. Tiba-tiba kau merasa tidak enak.

"Sudah, (your name)! Kita harus bergegas!", ibumu tidak menjawab pertanyaan mu dan melesat pergi terburu-buru.

Waktu itu tahun 835, dan hari itu kau akan merayakan ulang tahun mu yang ke-11. Rasa tak nyaman dalam hatimu tak kunjung hilang, sampai akhirnya kau memutuskan untuk keluar dari zona nyaman yang adalah tempat tidurmu.

Kamu berjalan menyelusuri lantai kamarmu yang terbuat dari kayu dengan langkah terseret-seret, namun kau tiba-tiba seperti mendengar suara orang sedang bercakap-cakap. Salah satunya suara ayahmu. Ayahmu adalah salah satu pemimpin klan Asia yang hidup di kota bawah tanah distrik Stohess. Waktu kecil dulu ia pernah menceritakan pada mu tentang klan Asia, yaitu klan yang paling ditakuti pemerintah karena suatu alasan.

Kamu mengendap-endap menuruni tangga satu per-satu, saat itulah kamu berhasil menangkap sosok salah seorang lawan bicara ayahmu yang sepertinya memakai seragam prajurit. Mereka Polisi Militer!

Kamu tidak terlalu dapat mendengar pembicaraan mereka, kamu pun tak dapat melihat wajah kedua prajurit yang berdiskusi dengan ayahmu itu, namun kamu dapat melihat ibumu yang berdiri dibelakang. Ia melambaikan tangannya dibelakang punggung ayahmu, mengisyaratkan mu agar pergi menjauh dan bersembunyi. Sayangnya kamu tidak begitu. Namun kamu cukup cerdas untuk tetap bersembunyi dan berusaha agar tidak terlihat.

Tiba-tiba kamu mendengar beberapa kata makian yang masih belum pahami terlontar dari mulut salah seorang anggota polisi militer tersebut, sementara seorang lagi mengeluarkan senapan nya. Ayahmu berjalan mundur selangkah bersama ibumu dibelakangnya, ia mulai nampak cemas.

Beberapa saat kemudian terdengar bunyi "dor!" beberapa kali, dan kamu secara otomatis terlonjak kaget dan memekik seraya menutupi mulut dengan tangan. Air mata perlahan menetes dari matamu. Pada saat yang bersamaan ibumu maju memegangi lengan salah seorang prajurit erat-erat sanbil berteriak histeris, kamu melihat aliran deras air mata di pipinya.

Lalu terdengar bunyi "dor!" lagi, dan tubuh ibumu terjatuh lemas ke tanah, tepat disamping tubuh ayahmu yang berlumuran tanah.

Kamu menutupi mulutmu rapat-rapat sambil menangis sejadi-jadinya, sementara kedua prajurit yang baru saja membunuh orang tuamu itu melesat pergi dengan alat maneuver 3D mereka. Kamu berlari kencang ke kamarmu, takut kalau mereka akan masuk dan mencarimu.

Kamu merasa aman sesaat dengan pintu yang dikunci, dan kamu bersembunyi di dalam lemeri pakaian mu.

Namun perkiraan mu benar, dan kedua anggota polisi militer itu sekarang telah memasuki kamarmu melalui jendela.

Kamu memeluk lututmu erat-erat, tubuhmu bergetar ketakutan. Tepat saat itu kau menemukan sebilah pisau kecil dibalik tumpukan baju. Tanganmu yang masih bergetar berusaha meraihnya, dan memegangnya. Kau menelan ludah dalam-dalam dan mengatur nafas. Kau menyeka air matamu dan membuka pintu lemari pelan-pelan, rasa dendam dicampur kesedihan mendalam merasuki setiap sudut dalam tubuhmu dan memberimu ketegaran.

Namun tiba-tiba terdengar suara orang meraung keras-keras. Kau mengintip dari balik celah pintu lemari yang setengah terbuka, dan kau melihat sekelebat bayangan yang datang menerjang dua anggota polisi militer. Ia menikam salah seorang prajurit itu dengan pisau. Kau tidak bisa melihat wajahnya karena ia memakai jubah berkerudung.

Tiba-tiba seorang lainnya segera mengeluarkan senapan yang tadi ia pakai untuk merengut nyawa orangtua mu. Kau tidak berpikir panjang dan segera melompat keluar dari lemari, lalu menerjang polisi militer itu dan menghujamkan pisau yang kau pegang tepat di dadanya.

"Crot"

Darah segar menyemprot mengenai wajahmu, dan prajurit itu tumbang ke tanah dengan seragamnya yang berlumuran tanah.

Saat kau menoleh, orang misterius yang membunuh pasukan militer satunya itu sudah menghilang. Kamu melongok keluar jendela, lalu melihatnya berlari menyelusuri jalanan yang masih gelap. Kau langsung berlari turun dan mengejarnya keluar rumah. Kau ingin mengucapkan terima kasih, sekaligus mengetauhi jati diri "pemuda misterius" yang menyelamatkan. Kalau dia tidak datang waktu itu, entah bagaimana. Mungkin kau bisa menjatuhkan seorang anggota polisi militer dengan satu tikaman pisau, tapi mungkinkah kamu melarikan diri dari seorang lagi yang membawa senapan?

Kamu berhasil mengejar penyelamat misteriusmu itu, dan menarik lengan bajunya. Ia berbalik, lalu menatapmu dengan pandangan yang tidak terlalu bersahabat. Kamu mulai dapat memperhatikan sosok wajahnya.

Sekilas ia nampak lebih tua darimu, kira-kira dia seorang remaja yang masih berumur 16 tahun.

"Anu... Te-terima kasih sudah menyelamatkan ku, k-kakak! K-kalau bisa... Bisakah kakak mengajarkan ku jurus yang kakak pakai barusan?", kau bertanya dengan tergagap-gagap.

Tanpa disangka "kakak penyelamatmu" itu membuka tudungnya, dan menampilkan wajahnya yang halus, dan bisa dikatakan sangar. Matanya yang sedikit sipit bersorotan tajam dan hidungnya mancung. Rambutnya hitam mengkilat, dan dicukur bagian bawahnya. Penampilannya melengkapi tinggi badan nya yang sangat tidak sesuai dengan umurnya.

Ya, dia terlihat berumur 16 tahun dari wajahnya, namun tinggi badannya membuat lelaki itu terlihat setahun kebih tua darimu.

.

.

.

.

.

A/N: Terimakasih udah membaca fic pertama saya disinii~ *bungkuk ala Jepang* Ini orisinalnya co-pas dari Wattpad saya (tertera di profile), semoga sesuai dgn standard panpic panpic yg di aplod disini, wkwkwkwkwkwkwkwk

Komentar kritik saran apapun diterima dgn lapang dada, yoroshiku neee /saya mengaku rada wibu

Di Wattpad cerita ini udh ada 5 chapter, tapi proses pemindahan dari web sono ke web sini tidaklah gampang jadi mohon kesabaran nunggu sy mengaplod chapter