Save Me

.

.

Park Jimin x Min Yoongi

And others / Oc

BL

Sumary:

Park Jimin yang terlihat masih normal, menjadi tertarik pada sesama jenis saat bertemu Min Yoongi.

.

.

Jimin POV

Diluar hujan sangat lebat. Aku berdiri didekat kaca besar yang menghalangi air hujan masuk, menunggu seseorang untuk datang. Bukan hanya aku, pasti banyak orang yang tidak suka menunggu. Namun, kali ini aku menahannya, dengan air mata yang tak pernah menyentuh daguku. Sesak? Ya ini sangat sesak karna saat keluar dari mataku langsung kuusap kasar dengan tanganku. 'Ini tidak benar, apakah aku bermimpi, seseorang tolonglah aku'.

.

.

*flashback

Penghargaan, ini benar-benar seperti mimpi, aku hanya iseng mengikuti perlombaan dance dikampusku, bahkan tarian itu aku pelajari saat Senior High School dulu. 'Kim Nana, Kim Nana, Kim Nana' hanya dia yang ingin kulihat sekarang, aku ingin memamerkan piala elegan ini padanya. Melihat reaksi lucunya yang biasa ia tunjukkan pada ku. Aku mencoba menghubunginya, tidak diangkat. Aku khawatir tidak biasanya dia mengabaikan teleponku. Aku berlari menuju mobil, menjalankannya dengan cepat, mencoba mencarinya disebuah café milik orang tuanya. Benar, dia benar-benar disana, tapi senyum dan piala yang ku pegang tiba-tiba jatuh. Dia bersama namja lain, Nana bersama seorang sunbae tampan yang sering ia ceritakan padaku. Aku menelponnya terlihat Nana mencoba mematikan ponselnya. 'Hei, ayolah ada apa dengannya, ia benar-benar mengabaikanku?'. Aku mulai berjalan, setelah memungut piala yang sedikit lecet itu, aku hanya ingin menemuinya, menanyainya apakah ia sedang bercanda. Namun, langkahku terhenti saat Nana keluar dari café itu sambil berpegangan tangan dengan namja tadi, dan ada seseorang yang mengikuti dibelakannya. Ayahnya? Itu benar-benar ayahnya, dilihat dari sini namja itu menundukkan kepalanya sejenak memberi salam, dan berjalan menuju mobil berwarna merah bersama Nana. 'Astaga aku sudah 3 tahun bersama Nana namun selalu dilarang untuk menemui ayahnya, dan kenal dengan wajahnya dari foto yang terpampang jelas diapartemenya'saja.

Wah pemandangan apa ini, aku seakan mengecil menjadi debu. Aku berjalan menuju mobilku, yang terparkir tidak jauh dari tempatku berdiri tadi. Menyetir dengan santai seolah tak terjadi apa-apa, menuju apartemen milik Kim Nana. Setibanya disana kutekan nomor sandi pintu yang telah lama kutau. Membuka pintu dengan cepat, berharap Nana sudah didalam.

*flashbackend

.

.

Terdengar suara pintu terbuka, aku hanya diam ditempat tadi menunggunya memanggilku dengan wajah ceria yang biasa ia tampilkan saat melihatku. Tapi, malam ini reaksinya hanya,

Author POV

Kim Nana hanya berjalan santai kearah sofa,

"Kapan kau datang?".

Jimin berbalik "Entahlah, mungkin sejam yang lalu, aku datang karna kekasihku kedapatan bermesraan bersama namja yang tak kukenal, tapi pernah kudengar.".

"Maaf, Jimin-ah, kau tau bahwa aku tak dapat berbohong, maaf tak pernah memberi tahumu." Nana sambil memegang tangan Jimin.

"Wuaaaah, kau benar-benar, astaga, seharusnya kau memberi tahuku, apa kau bosan padaku, lalu aku apa? Aku tak pernah berpikir yang tidak-tidak padamu, apa lagi sampai berselingkuh, tak bisakah kau tetap bersamaku, aku bisa apa melihatmu bertingkah seperti ini Nana-ya." Jimin terduduk iya tak dapat menahan air matanya, begitu pula dengan Nana,

"Mari putus Jimin-ah." Jelas Nana.

Jimin seketika mendongak kearah Nana mendengar kata-kata yang tak pernah Nana ucapkan sebelumnya.

"Semudah itukah aku untukmu? Aku seakan bertahan untuk seseorang yang tak pernah menganggap ku ada-" Jimin mulai berdiri.

"-Baiklah, jika itu maumu, tapi aku tidak akan memaafkanm, aku tidak akan mendoakanmu supaya bahagia, dan terima kasih sudah bertahan selama ini denganku, kau pasti lelahkan, sekarang kau bebas, jaga dirimu.". Nana tak kuasa menahan tangis, kata-kata jimin seakan belati berkarat yang menusuk dadanya.

Jimin berjalan menuju pintu, mengusap air matanya sedari tadi telah membasahi pipinya. Berbalik? Jimin berbalik lagi, berjalan kearah dimana Nana berdiri. Meraih wajah Nana, dan menpertemukan bibir keduanya, Nana memejamkan mata, air matanya tak henti-hentinya membasahi pipinya.

"Sekarang,-" (Jimin melepas tautan mereka sambil menarik napas berat) "—aku akan benar-benar pergi.".

.

.

Jimin benar-benar meninggalkan Nana. Berjalan menuju mobil, menjalankannya dengan laju yang tidak beraturan, ia mengendarai mobil seperti orang mabuk sekarang, didepannya ada seorang yang berjalan dengan payung ditangannya, memakai hoodie putih kebesaran dan jeans pendek, Jimin yang masih prustasi lambat menyadarinya, menginjak rem dengan kuat, tapi sayang orang itu tetap tertabrak oleh jimin.

"Apa itu manusia, dia memakai pakaian putih, kuharap itu benar-benar hantu."

Gumam Jimin, lalu keluar dari mobilnya dan mendapati seorang namja terbaring lemas diaspal dengan luka didahinya.

"Akkhhh, astaga apa yang kulalukan." Sambil menjambak surainya kasar.

Melihat kesekeliling tempat kejadian tidak ada seorang pun yang melihat, Jimin mengangkat tubuh namja itu kedalam mobil berniat membawanya kerumah sakit.

"Bagaimana bisa seorang namja seingan ini, astaga LUPAKAN PARK JIMIN DIA SEDANG SEKARAT SEKARANG!" disaat seperti ini masih sempat-sempatnya ia berkomentar.

Namja tadi terlihat sangat lemah, belum lagi karna air hujan yang membasahi tubuhnya tadi, sambil mengemudikan mobilnya sesekali Jimin melihat kearah orang yang sedang lemah disampingnya. Lalu menatap jalanan dengan serius, Jimin merasa ada sesuatu yang menyentuh lengannya dengan lembut,

"EOOMMAA! HAHHH, kau membuatku kaget." Teriak Jimin menangaapi kejadian itu.

"Aku, aku dimana?" namja itu bangun dan berkata dengan lemas memaksa untuk berbicara,

"Bertahanlah! Sebentar lagi kita akan sampai kerumah sakit." Jelas Jimin meyakinkan namja itu.

"Menepilah, cepat!" pinta namja tadi pada Jimin.

"Oh, baiklah." Balas Jimin.

Ia menepi kearah kanan dan berhenti, melepas sabuk pengaman, memiringkan badannya agar dapat berhadapan dengan namja disebelahnya,

"Tolong jangan kerumah sakit, bawa aku kemana saja asalkan jangan kerumah sakit."

Lanjut namja itu memejamkan mata sambil menggigil. Menggigil? Ya ia menggigil sekarang, melihat itu jimin melepas jaket, dan kaos lengan panjangnya yang tidak basah lalu memakainya sebagai selimut sementara untuk namja berkulit pucat itu. Ditengah perjalannya, sebenarnya Jimin bingung ingin membawa orang ini kemana, dan akhirnya memutuskan untuk membawanya pulang keapartemen Jimin. Setibanya disana Jimin menggendong namja itu masuk kedalam apartemennya, merebahkan tubuhnya dengan lembut,

"Apa hal pertama yang kulakukan? A' kompres dan kotak P3K." Pikir Jimin lalu membawa hal ia pikirkan tadi,

"Ahhh' seharusnya kugantikan dulu bajunya." Gumam Jimin saat menempelkan kompres yang dibawanya tadi kekepala namja itu.

Berjalan menuju lemari dan mencari baju yang ingin ia pinjamkan, selelai memilih terpilihlah baju putih lengan panjang dan celana olahraga selutut miliknya.

"Aishh, haruskah aku yang membukakan pakainnya, aku belum pernah membukakan pakaian seseorang sebelumnya."

Dengan hati-hati Jimin membukakan baju dan celana namja yang masih berbaring tadi

"Uwaaahkhh, sepertinya orang ini benar-benar hantu, apakah ia mengecat tubuhnya, bagaimana bisa kulitnya seputih ini." Gumam Jimin merasa kagum dengan tubuh namja itu,

"Untunglah iya memakai celana dalam." Lanjud Jimin merasa bersyukur.

Setelah selesai merawat orang yang ditabraknya tadi, ia beranjak kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

"Jika ia sudah siuman, aku akan minta maaf dan berterima kasih karnanya kejadian tadi terlupakan." Mengingat kejadian yang ia alami saat bersama Kim Nana tadi.

Jimin merasa sangat lelah sekarang, memilih tidur disofa karna mengigat apartemennya hanya memiliki satu kamar. Namun, hanya berlangsung beberapa menit, karna ia mulai kedinginan diluar belum lagi malam itu hujan belum berhenti. Akhirnya memutuskan untuk tidur dikamarnya, diranjangnya Jimin mengambil guling untuk memisah jarak dari namja yang masih tertidur itu.

Tubuh Jimin kaku diatas ranjang, ia tak dapat tidur, entah karna dingin atau karna orang yang ada disebelahnya. Lalu mencoba memiringkan tubuhnya, menjauhkan guling yang menghalangi pandangannya, ditatapnya wajah namja itu. 'Aku benar-benar menemukan hantu cantik, akan baik jika ia yeoja.' Jimim makin mendekatkan wajahnya, ia kagum akan itu sambil sesekali membelai pipinya lembut. 'Mungkin, kali ini aku sudah gila, mengapa aku ingin memeluknya.' Entah hantu apa yang merasuki Jimin, ia merasa sangat senang dan bersemangat saat memandangi namja yang tidur dengan damai itu, bahkan berhasrat ingin memeluknya. Menyisipkan tangannya dileher namja itu sebagai bantal, meraihnya untuk berada dipelukannya.

'Waaah, aku belum pernah memeluk orang dengan rasa senyaman ini, entah mengapa ia tetap namja dipikiranku, dan kenapa aku seperti ini.' Gumam Jimin sedikit bingung atas apa yang ia lakukan.

Ia yakin bahwa dirinya masih lurus, tapi namja didepannya seakan membawa rasa bahagia padanya. Jimin tertidur dengan posisi yang masih seperti tadi, bahkan lebih mengeratkan pelukannya.

.

.

Yoongi POV

Wah harum apa ini, harum yang dapat menenangkan hati. Hangat? Ini hangat membuatku tak ingin bangun dari mimpi yang nyaman ini. Tapi mataku memaksa untuk membuka karna cahaya mulai masuk kedalam ruangan yang nyaman ini. "Dada? Apa aku masih bermimpi dada siapa yang berada didepanku, dan pemilik dada ini, memelukku?", aku bahkan mengusap wajahku kedadanya , mencoba mencari bau harum yang lebih kuat, 'Sangat nyaman, apa aku sudah disurga, apa aku sedang dipeluk oleh tuhan.'

.

.

Author POV

Matahari mulai menghangatkan kota seoul, cahaya masuk melalui jendela dikamar Jimin, masih terlihat embun cantik sisa hujan semalam. Min Yoongi namja yang ditabrak oleh Jimin tadi malam, merasa nyaman atas perlakuan yang Jimin berikan, bahkan bergumam yang tidak-tidak, ia mengira disurgalah, dipeluk tuhanlah. Namun, perasaan itu berakhir setelah Yoongi membuka matanya,

'Jadi aku belum mati. Ini, tubuh siapa ini. Eeeeommaaaaaa.' Teriak Yoongi dibarengi dengan tersungkurnya tubuh Jimin karna didorongan kuat olehnya, seakan telah terjadi sesuatu ia mengambil selimut putih milik Jimin dan menutupi tubuhnya.

Sontak Jimin bangun dari tidur nyamannya menatap Yoongi,

"Ada apa, apa terjadi sesuatu?" Tanya Jimin bingung akan sikap Yoongi.

"Kk-kau siapa? Dimana ini? Bagaimana bisa kau tidur denganku? Bahkan, astaga kau memelukku. Apa kau penculik? Kau sedang, MENCULIKKU? Eooommmaaaaaa! Siapa pun keluarkan aku disini, tolooooong"

Jimin lantas membulatkan matanya, ia kaget sekaligus merasa lucu akan tingkah orang didepannya, lalu beranjak medekati Yoongi, tangan kananya memegang bahu dan tangan kirinya menutup mulut Yoongi.

"Tenanglah, kau baik-baik saja!" Jimin mencoba menenangkan Yoongi,

"Menjauhlah, beraninya kau menyentuhku." Yoongi sambil meninjak tubuh Jimin menyuruhnya untuk menjauh.

"Oke-oke, bisa kah kau tenang, aku bukan orang jahat. Aku yang menabrakmu tadi malam, kau menyuruhku untuk tidak membawamu kerumah sakit, jadi aku membawamu ke apartemenku."

Yoongi terdiam setelah mendengarkan penjelasan Jimin, dan mulai mengingat kejadian itu. Tiba-tiba,

"Lalu mengapa kau tidur denganku?"

"Karna aku hanya memiliki 1 kamar."

"Kenapa kau atau aku tidak tidur diluar saja?"

"Aku tidak bisa tidur diluar, dan aku juga tidak tega jika orang sakit tidur diluar."

"Tapi kenapa kau memelukku?"

"Karna dingin." Jawaban singkat Jimin memuncakkan amarah Yoongi.

"Astagaa, aku seharusnya mati saja." Sambil menunduk dan mengacak surai halusnya, dan menyadari bahwa bajunya bukan baju yang ia pakai sebelumnya.

"Lalu ini? KAU MENGGANTI BAJUKU?." Dengan suara yang meninggi.

"Emh, karna basah, jadi jangan malu aku sudah melihat semuanya. Dan aku akan mandi lebih dulu, kau bisa mandi setelahku." Jimin berjalan kekamar mandi sambil mengulum tawanya.

Mendengar itu Yoongi makin mengacak rambutnya, ia merasa sangat sial bertemu orang ini.

.

.

Jimin telah keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit lehernya, "Nah mandilah, dan pakailah ini sementara, setelah itu pergilah kedapur, aku akan ,menyiapkan sarapan untuk kita." Jimin sambil mengambil baju untuk diberikan kepada Yoongi. Yoongi pun langsung berjalan kamar mandi. Setelah selesai dengan kegiatannya, ia menuju dapur yang tunjuk oleh Jimin tadi.

Saat Yoongi menuju dapur, awalnya Jimin tersenyum menyambut Yoongi, tapi senyum ini memudar, menunjukan ekspresi kagum. Melihat Yoongi dengan rambut yang masih basah, dan wajahnya yang begitu cerah menjadikan perasaan yang sulit dijelaskan. Lantas Jimin langsung membalikkan tubuhnya demi menghindari jika Yoongi melihat ekspresinya kini.

'Sadarlah Park Jimin, dia juga namja. Kau tak mungkin, kau masih normal Park Jimin' gumamnya singkat.

"Sedang apa kau, apa' perlu kubantu." Yoongi dengan sedikit canggung.

"Ahh, tidak perlu. Duduklah, ini sudah hampir selesai." Balas Jimin sambil menata makanan dimeja makan.

Yoongi duduk berhadapan dengan Jimin, mereka canggung satu sama lain. Ia diam menatap makanan didepannya, ia masih ragu untuk memakannya.

"Ya! Kenapa kau diam nanti nasinya dingin." Jimin sambil menaruh sumpit ditangan Yoongi.

"Aku sudah bilang, aku bukan orang jahat makanlah. Aku tidak menaruh racun dimakananmu." Lanjudnya lagi.

"Oh, baiklah." Balas Yoongi.

Ditengah-tengah acara makannya Jimin menaruh sumpit dimeja dan menatap kearah Yoongi.

"Soal tadi malam, aku benar-benar minta maaf, saat mobilku dekat dengan mu aku baru sadar, bahwa ada orang didepanku, dan kau tidak ada yang terluka selain dahimu, kan?" Jelas Jimin.

Mendengar itu Yoongi ikut menaruh sumpitnya dimeja sambil menyilang tangannya diatas meja dan,

"Dimaafkan, dan hmm aku baik-baik saja." Balasnya singkat.

"HAH, ttapi, tapi kenapa? Apa kau adalah orang yang mudah memaafkan?" Jimin bingung dengan jawaban Yoongi ia kira, tidak akan hidup lagi setelah menabrak namja itu.

"Emmh, tidak. Ah, bahkan aku ingin berterima kasih padamu, karna telah menabrakku, sebenarnya saat itu perasaanku sedang tidak baik. Aku hanya ingin seseorang menabrakku." Jelas Yoongi.

"Astaga, kenapa kau sangat lucu, cari mati dijalanan yang sepi." Jimin tertawa mendengarkan penjelasan Yoongi.

"Eiyy, aku berada disitu karna, mobil yang kubawa menabrak pagar pembatas jalan."

Dan mereka bercerita dengan suasanya yang nyaman, mereka banyak tertawa saat Jimin mengeluarkan kata-kata lucu ditengah-tengah perbincangan mereka.

.

.

Selesai sarapan, Jimin berencana mengantar Yoongi pulang. Saat dimobil,

"Permisi, dari tadi ada pertanyaan yang kusimpan aku takut mempertanyakannya, bolehkah aku bertanya?" Tanya jimin, Yoongi langsung mengarahkan wajahnya kearah Jimin.

"Emh, bertanyalah!"

"Siapa namamu?" Tanya Jimin sambil sedikit terbata-bata.

"Yoongi, Min Yoongi. Hanya menanyakan nama kau takut? Baiklah, sekarang giliranku, siapa namamu?" Yoongi balik bertanya pertanyaan tadi sebenarnya sangat konyol ini hanya menanyakan nama masing-masing.

"Jimin, Park Jimin." Jawab Jimin dengan semangat.

"Eemmh, dann-, kenapa perasaanmu tidak baik? Jika menurutmu ini pertanyaan tidak masuk akal, kau boleh tidak menjawab, aku hanya penasaran. " Tanya Jimin sambil sedikit terbata.

"Hmm, baiklah akan ku jawab, karna- karna aku putus dengan pacarku." Jawab Yoongi dengan maniknya yang menatap jalanan.

"Benarkah, bagaimana kalian bisa putus?" Tanya Jimin lagi,

"Aku akan memberitahu mu, tentang rahasiaku tapi aku takut kau akan jijik mendengarnya."

"Tidak akan, aku adalah pendengar yang baik. Kau bisa membertahuku, mendengar penjelasan singkatmu tadi saja sudah membuatku penasaran." Jawab Jimin dengan rasa penasaran.

"Baiklah, akan ku bunuh kau, jika mencoba merasa jijik. Mantan pacarku, adalah seorang, nnamja-"

Mendengar itu Jimin langsung membawa mobilnya menepi kepinggir jalan, melihat itu Yoongi kaget dan mencengkram lengan kekar milik Jimin. Mata Yoongi masih terbelalak melihat reaksi Jimin, ia khawatir jika Jimin bisa saja mengusirnya keluar dari mobil. Setelah menepi, Jimin melepas sabuk pengamannya, memiringkan dan mendekatkan tubuhnya menghadap Yoongi,

"Benarkah? Bagaimana perasaanmu berpacaran dengan seorang namja? Apa kau bahagia? Apa kau tak pernah tertarik pada yeoja? Apa yang bisa dilakukan seorang namja ke namja yang lain? Apa kau masih tertarik pada namja?"

Mendengar pertanyaan Jimin, sontak Yoongi bingung dan kaget mulutnya menganga melihat reaksi orang yang dihadapannya yang dengan semangat melontarkan pertanyaan tadi.

"HAH?" Yoongi tak ingat apa saja pertanyaan namja didepannya, maniknya tak lepas pada wajah Jimin.

" Hmm, hmmmmm, beritahu aku oh, aku benar-benar penasaran. Ayolah beritahu aku!" Jimin dengan senyum mengambang manis diwajahnya.

"Kau' pasti seorang dalam keadaan normal sekarang, karna mempertanyakan hal seperti itu." Jawab Yoongi datar.

"Aku, baru memutuskan hubunganku dengan pacarku. Tadi malam, sama sepertimu, aku ingin berhenti tertarik pada yeoja. Dan aku ingin mencobanya." Semangat Jimin hilang saat mengatakan itu.

"Jangan, lebih baik jangan. Akan sulit dimasa depanmu jika menjadi sepertiku. Jika bisa diubah akan aku ubah perasaan seperti ini." Jelas Yoongi sambil menunduk.

"Biarlah, aku muak dengan perasaan yeoja, mereka meyakinkan aku untuk terus menyayanginya tapi akhirnya, jika mereka bosan, mereka bisa saja meninggalkan tanpa kata-kata. Ahhhh, haruskah aku mencobanya denganmu?"

Yoongi yang tadinya menunduk balik mendongak kearah Jimin ia tak percaya, orang yang dihadapannya ini dengan mudah mengatakan hal seperti itu.

"HAAAH, apa kau sudah gila, kita baru bertemu tadi malam. Kau bahkan baru saja mengetahui namaku. Dan kau tak tau siapa aku, seperti apa aku. Begitupun sebaliknya aku tak tahu siapa kau."

"Aaahh. Tak apa jika aku nyaman dengan seseorang, aku akan cepat menyukainya."

"HEI, bukan hanya itu yang harus kau perhatikan, tapi juga perasaanku. Aku bukan orang yang cepat menyukai seseorang!"

"Oke-oke, anggap saja aku hanya bercanda."

Sebenarnya peryataan Jimin tadi serius tapi karna jawaban dari Yoongi ia sadar bahwa tidak mudah menyukai seorang namja disaat dirinya masih normal.

.

.

Setelah percakapan mereka berdua, hanya suara kendaraan lalu lalang yang terdengar. Entah Yoongi atau Jimin sama-sama diam.

"Ehm, kenapa diam Jimin-ssi. Jika kau tak bisa mengantarku aku akan turun disini dan mencari taxi."

Yoongi mencoba memecah keheningan diantara keduanya. Mendengar itu Jimin mulai menyalakan mesin dan mulai mengendarai mobilnya.

"Ahh, tidak. Maaf membuatmu menunggu."

Mereka telah sampai didepan gedung apartemen yang ditunjuk oleh Yoongi sekarang. Yoongi mengarahkan tangannya kearah Jimin mengartikan agar Jimin segera menjabat tangannya dan berniat untuk berterima kasih telah mengantarnya, melihat itu Jimin langsung menjabat dan menarik tangan Yoongi. Menarik? Jimin menarik Yoongi kedalam dekapannya, Yoongi lantas meronta dan meminta Jimin untuk melepas, sesaat kemudian ia terdiam matanya terbelalak mencium aroma harum yang tercium dari tubuh Jimin.

'Aroma ini. Aroma yang hampir tak dapat membangunkan ku dari tidurku. Astaga bau orang ini benar-benar membuatku gila. Bagaimana bisa ia mempunyai aroma tubuh senyaman ini.'

Yoongi bergumam mulai memejamkan matanya. Ia mengingat kembali tentang Jimin yang memeluknya pagi tadi. Jimin mulai melepas pelukannya, tapi, Yoongi masih setia membalas pelukan Jimin dengan mata masih tertutup. Melihat itu Jimin tampak mengulum tawanya, entah heran atau lucu ia hanya membiarkan Yoongi untuk memeluknya. Dan,

"Permisi, Yoongi-ssi apa kau tak berniat melepas pelukanmu? Jika tidak aku bisa membawamu keapartemenku lagi dan kau bisa memelukku sepuas-puasnnya." Jimin sambil sedikit tersenyum.

Yoongi membuka matanya selebar yang ia bisa, pipinya bahkan memerah sekarang. Langsung melepas pelukannya dengan cepat, dan dengan cepat pula keluar dari mobil Jimin tanpa sedikitpun melihat kearah Jimin, kita semua pasti tau penyebabnya, ya karna malu.

Jimin tak bisa menahan tawanya "Astaga, lucunya."

Lalu membuka kaca mobilnya dan berteriak,

"YAK! Kau tak ingin mengajakku masuk? Aku akan senang hati masuk jika kau mengajakku." Masih dengan tawanya.

Mendengar itu pun Yoongi menutup kedua telinganya dengan tangan bermaksud tidak ingin mendengar kata-kata Jimin barusan.

"Astaga, makhluk itu. Aku jadi ingin mengenalnya lebih jauh." Mulai kembali menjalankan mobilnya, sambil sesekali tersenyum mengigat kejadian tadi.

.

.

Tbc

Waah baru ch 1, banyak ide di ch selanjutnya tapi cukup disini takut kebanyakan diawal hihi.

Thank yang nyempatin baca.

Maaf jika basi, biasa, kata-kata yang yah seperti itulah.

Review? Boleh lah buat nyemangatin nulis dich selanjutnya.

Saran, kritik, komentar diterima.