Naruto disclaimer Masashi Kishimoto, tapi cerita ini sepenuhnya milik author.

Author hanya meminjam karakter untuk cerita ini dan tidak mengambil keuntungan materi apapun dari cerita yang di-publish.

.

Warning : OC, OOC, AU, AR, AT, Typo (s), miss-Typo, Lime smut dan banyak kesalahan lainnya.

.

.

.

Beberapa sentuhan bisa menjadi drama terakhir akan rasa cinta yang tengah bergejolak.

Tapi bagaimana jika sebuah hubungan itu terjalin diantara jarak yang memisahkan ruang dan waktu?

Andai saja komitmen itu tidak ada, mungkin tidak akan ada hubungan jarak jauh yang sangat menyiksa dan meruntuhkan pertahanan hati.

Tapi sayang, sumpah cinta itu terus menggebu-gebu. Memaksa hati untuk terus mengabdi, hanya untuk satu hati...

.

Author Present

Special for Event Romance FNI

.

.

.

Love Across The Sea

Romance, Adventure

.

.

.

Senin, 31 Desember 2018

Sara bersama Shion bertolak menuju bandara Tokyo dari kepulauan Hokaido pada pukul dua siang waktu setempat. Mereka sepakat mengajukan cuti selama tiga hari pada perusahaan tempat di mana mereka bekerja. Shion pulang ke kampung halamannya sedang Sara berniat menemui seseorang di Tokyo.

Hati Sara sungguh berdegup kencang kala itu, ia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan pujaan hatinya yang telah lama ia rindukan. Seseorang yang memaksa dirinya menjalin hubungan rumit selama enam bulan terakhir. Sebuah hubungan yang mana komunikasi berperan sangat penting dalam jarak yang memisahkan.

Setelah menaklukan berbagai rintangan yang menghadang, akhirnya penerbangan itu berjalan dengan lancar, Sara bersama Shion tiba di bandara Tokyo tepat pukul 15.00 waktu setempat. Tibalah waktu bagi keduanya untuk berpisah setelah keluarga Shion menjemput dirinya terlebih dahulu di bandara.

"Sara, apa tidak apa aku meninggalkanmu sendiri di sini?" tanya Shion yang nampak khawatir di saat akan meninggalkan Sara sendirian di lobi bandara.

"Iya tidak apa, nanti aku dijemput kok," jawab Sara menenangkan hati teman sekantornya agar tidak khawatir lebih lanjut.

"Baiklah, nanti telepon aku ya kalau belum dijemput juga," kata Shion.

Shion nampak cemas saat meninggalkan Sara sendirian di lobi bandara. Tapi Sara sendiri terlihat begitu berani walaupun degup jantungnya semakin berdetak tidak karuan. Ini semua hanya demi menemui sang kekasih tercinta, Uzumaki Naruto.

Singkat cerita, akhirnya sang pujaan hati datang dan menjemputnya.

.

.

.

Pukul 15. 15 waktu setempat.

"Sara ..."

Sesosok pemuda berpakaian t-shirt orange dibalut jaket cokelat dan jeans hitamnya berjalan mendekat ke arah Sara yang sedang duduk menunggu di lobi bandara.

"Siapa yah?"

Sara sedikit bingung saat ini atau mungkin berusaha mengatur ulang nafas karena rasa groginya. Maklum saja, baik Sara dan Naruto sudah sangat intim berkomunikasi di dunia maya selama enam bulan terakhir. Dan kali ini untuk yang pertama kalinya mereka bertemu di dunia nyata.

"Sara, ini aku Naruto ..."

Pemuda itu menjulurkan tangan kanannya mengajak bersalaman.

"Na-Naruto?" Sara beranjak berdiri dan menatap dengan cermat siapa sosok di hadapannya. Seketika bulir-bulir air mata itu mulai bermunculan di kedua matanya.

"Naruto ..."

Sara segera memeluk Naruto tanpa malu dengan keadaan sekitar. Rasa rindunya sudah terlalu berat jika harus ditanggung lebih lama lagi.

"Hime ...." Naruto membelai kepala Sara dengan usapan yang amat lembut sambil ikut menahan haru.

"Akhirnya kita bertemu, Naruto," ucap Sara saat melepaskan pelukkannya, ia terlihat begitu bahagia.

"Jangan menangis lagi ya, Hime ...." Naruto mengusap lembut pipi Sara yang basah terjatuhi air mata.

"Hu-um, jadi kita akan pergi?" tanya Sara kemudian sambil mengusap air mata di pipinya.

"Hahh ..." Naruto menghela nafasnya.

"Ke-kenapa?" Sara tampak bingung, ia takut Naruto membatalkan rencana yang sudah lama diimpikan.

Sambil menyentuh hidung Sara dengan jari telunjuk kanannya, Naruto berkata.

"Sudah disiapkan. Tuh!" Naruto menunjuk ke salah satu mobil yang ada di parkiran bandara.

"Jadi ... kita berlibur?" tanya Sara meminta kepastian.

"Hu-um." Naruto pun mengangguk sambil tersenyum ke arah kekasihnya. Tampak tersirat balasan senyum dari Sara yang diperlihatkan ke sang kekasih.

Ia lalu membantu Sara membawa koper dorong sambil mengandeng erat tangan kanan Sara menuju parkiran bandara.

.

.

.

Sweet Memories, satu jam kemudian...

Mereka berdua tiba di sebuah apartemen yang berada di pinggiran kota Tokyo. Setelah check in, akhirnya kedua insan ini memutuskan untuk menginap selama 3 hari 3 malam di apartemen. Waktu yang singkat tapi begitu berarti bagi keduanya.

"Haaah, lelahnya ..."

Perjalanan menaiki pesawat terbang membuat Sara mual bukan main.

"Hime, mari aku pijat sebentar."

Tanpa diminta, setelah meletakkan koper dan ransel di dalam kamar apartemen, Naruto berinisiatif untuk membantu memijat tubuh kekasihnya itu.

"Baiknya aku mandi dulu, Naruto," ucap Sara yang terlihat kelelahan.

Naruto pun mengangguk, ia kemudian menunggu di sofa ruang tamu apartemen yang ia sewa.

Ruang apartemen yang mereka sewa itu terletak di lantai dua gedung apartemen yang berada di pinggir kota Tokyo. Ruangan yang cukup besar, yang mana saat masuk ke dalamnya terdapat ruang tamu dan tv LED 21 inch beserta sofa panjang dan mejanya.

Di samping ruang tamu ada kamar tidur dengan ukuran yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk keduanya beristirahat di dalam kamar. Dan di samping kamar ada kamar mandi serta dapur kecil untuk keduanya. Fasilitas cukup lengkap mereka dapatkan dengan diskon 50% dari salah satu situs booking online.

Sambil menunggu Sara mandi, Naruto iseng melihat-lihat handphone Sara yang tidak terkunci.

.

.

.

15 menit kemudian...

Sara keluar dari dalam kamar mandi dan melihat handphonenya sedang dicek sang kekasih.

"Naruto," sapa Sara yang mengenakan handuk tipis.

"Sara ... eh, Hime. Astaga!" Naruto terkejut melihat sang kekasih yang mencuri pandangannya kala itu.

"Kamu lagi stock opname ya, Naruto? Hihihi ..." Sara terkekeh geli melihat kelakuan kekasihnya.

Naruto segera meletakkan handphone Sara di atas meja lalu bergegas mendekati kekasihnya.

"Um, etto. Maaf, Hime. Aku hanya ingin tahu. Em ..."

Naruto seperti kikuk melihat Sara yang hanya terbalut handuk. Terlihatlah kulit kuning langsat sang kekasih yang selama ini tidak pernah ia lihat sebelumnya. Kikuk tapi entah mengapa tubuhnya terasa terdorong untuk lebih mendekat ke arah Sara.

"Naruto, kamu mandi dulu gih, nanti kita makan bersama. Aku akan menyiapkannya." Sara tersenyum lalu meminta Naruto untuk bergantian mandi.

"Um, baiklah, Hime." Naruto mengiyakan, ia pun bergegas mendinginkan tubuhnya yang mulai terasa memanas itu.

.

.

.

Naruto sudah selesai mandi dan berganti pakaian santai. Sedang Sara terlihat menunggu dengan pakaian yang sedikit terbuka. Jumpsuit hitam yang bagian dadanya sedikit terbuka dipadu jeans pendek sepangkal paha, membuat guling kecil Naruto sedikit bereaksi.

"Mari kita makan ..."

Mereka makan bersama di waktu senja di temani sang mentari yang perlahan-lahan tenggelam terbawa waktu. Nampaknya malam akan segera menggantikan sang surya yang telah seharian menyinari bumi.

Ditemani sebatang lilin yang menambah kesan betapa romantisnya kala itu, mereka mulai menyantap hidangan khas Hokaido yang sengaja Sara bawa demi Naruto.

Sambil makan bersama, keduanya tampak menyelingi suasana dengan beberapa selingan humor dan berbagai cerita seru lainnya. Maklum saja keduanya sudah saling mengenal lebih dalam antara satu sama lain. Enam bulan bukan waktu yang mudah untuk menjalani LDR yang sangat menyiksa batin itu. Cinta tanpa sebuah sentuhan mustahil dilakukan bagi sepasang kekasih yang api asmaranya tengah berkobar memuncak ke langit jiwa.

.

.

.

Malam harinya...

Mereka telah selesai makan bersama, keduanya kemudian memutuskan mengobrol di teras apartemen. Mereka berdiri di pagar teras apartemen yang mereka sewa sambil melihat suasana pinggir kota Tokyo yang mulai terlihat cantik karena lampu-lampu indah menerangi gelapnya malam.

"Lihat, Sara. Kota ini masih ramai saja, bukan?" Naruto menunjuk salah satu jalan di pinggir kota Tokyo yang berada lurus dipandangan kedua matanya.

"Kamu aneh." Sara menoleh ke arah Naruto.

"Eh-mengapa?" Naruto terkejut akan ucapan Sara dan juga sedikit bingung.

"Jelas saja kotanya ramai, ini kan malam tahun baru," celetuk Sara mengingatkan.

"Oh ... iya, aku lupa, Hime. Astaga ..." Naruto terlihat menggaruk kepalanya berusaha mengikis rasa grogi yang sedari tadi melanda.

Melihat hal itu, bukannya mencoba meredakan rasa grogi Naruto, Sara malah semakin menggodanya.

"Naruto ..." Sara mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto.

"Eh, apa, Him-"

Belum sempat melanjutkan perkataannya ternyata Sara mengecup bibir Naruto dengan satu kali kecupan dadakan, membuat Naruto terhenti dari segala aktifitasnya.

"Jangan grogi, Sayang. Aku ada untukmu." Sambil tersenyum lalu memegang kedua tangan Naruto, Sara berucap dengan kata-kata yang lembut.

"Him-hime ...." Naruto tidak dapat banyak bicara saat melihat senyuman manis yang tersirat dari wajah sang kekasih.

"Um, bagaimana jika kita menonton film saja?" Tiba-tiba Sara melayangkan idenya.

"Um, boleh juga," sahut Naruto yang ditanggapi segera oleh Sara dengan menarik tangan kiri sang pemuda bergurat tiga untuk masuk ke dalam ruangan apartemen, merekapun kemudian menonton film bersama.

.

.

.

Pukul 8 malam waktu setempat.

"Sara ..., aku sangat bahagia malam ini," bisik Naruto di telinga kiri Sara.

"Sama," sahut Sara singkat.

Mereka duduk menonton film romansa yang mana saat ini Sara tengah duduk bermanjaan dengan Naruto. Naruto duduk mendekap Sara dari belakang.

"Hime, apakah ... apakah aku boleh menyentuh sesuatu yang sedari tadi mengganggu penglihatanku?" tanya Naruto kemudian.

"Eeh ..." Sara menoleh ke arah atas, tepatnya menghadap ke wajah sang kekasih.

"Kamu mau?" tanya Sara.

"Um, kalau boleh sih, hehe ..." Naruto tampak malu-malu.

Jujur saja, guling kecil itu sudah mengeras sedari tadi semenjak Sara mendudukinya. Namun Naruto menunggu waktu yang pas untuk mengatakan hal itu setelah sekian lama meradang atas rasa sakit betapa sempitnya di dalam sana.

"Naruto, Naruto ..." Sara lalu beranjak dari duduknya, ia berdiri lalu menghadap ke arah Naruto.

"Kamu ingin?" tanya Sara lagi sambil menatap wajah sang kekasih. Kedua wajah itu berjarak hanya satu jengkal saja, begitu dekat.

"I-iya, Him-hime," jawab Naruto terbata ketika melihat selintas pemandangan kedua bukit kembar yang menggodanya.

"Hm, baiklah ..." Sara kemudian berpindah posisi, ia duduk di sebelah kanan Naruto.

"Naruto ..."

Sara menatap dalam wajah Naruto yang tersirat keinginan akan sesuatu dari dirinya.

"Ini apa, Sayang?"

"Agh!"

Tiba-tiba Naruto menjerit saat Sara tanpa aba-aba memegang guling yang sedang tegang itu.

"Kamu ke-kenapa?" Sara terkekeh kecil melihat respon Naruto yang terkejut saat masa depannya itu dipegang mendadak oleh sang kekasih.

"Hime, bisa pelan sedikit, Sayang," pinta Naruto sambil mencoba mengatur ulang nafasnya.

"Hu-um." Sara mengangguk, ia lalu mulai membelai dengan jari jemarinya sesuatu yang tengah mengeras di dalam sangkar itu.

"Mmmph ... Hime ...." Naruto melenguh, sepertinya sesuatu yang berada di dalam sana itu semakin terasa sempit saja.

"Apa rasanya?" tanya Sara menggoda.

"Rasanya ya, um, seperti ..."

CUP

Naruto belum sempat meneruskan ucapannya, sang kekasih sudah mengecup mesra bibirnya itu. Melumatnya dengan lembut dan menyapunya dengan ujung lidah yang mengajak beradu.

Ia tampak kaget dengan perlakuan Sara, tapi mencoba memahami jika sang kekasih benar-benar sudah tidak mampu menahan lebih lama gejolak rindu yang bersemayam di dalam dada.

Naruto kemudian membuat jarak di antara bibir atas dan bawahnya lalu mengeluarkan ujung lidah untuk menanggapi cumbuan Sara. Sara yang merasa mendapat respon dari sang kekasih segera mengajak lidah Naruto untuk bermain-main sesaat bersama lidahnya.

"Mmphh...mmmmpph..."

Saling melumat dan beradu mewarnai peperangan kecil diantara mereka. Mereka melakukannya dengan lembut, tarik-menarik bibir dan menggigit kecil mewarnai suasana yang perlahan memanas. Sesekali mereka bergantian menghisap bibir lembut pasangannya, membuat suasana makin terasa sangat intim dan begitu dekat sekali.

Setelah beberapa menit menikmati cumbuan itu, Sara melepaskan pautan bibirnya pada bibir Naruto. Terlihat kedua matanya yang berkerlap-kerlip sambil memandangi wajah sang kekasih, Uzumaki Naruto.

"Hime ...."

Naruto merasakan jika dirinya telah dimiliki Sara seutuhnya, dan begitupun Sara yang semakin yakin dengan hubungan yang telah dijalaninya selama ini.

Mereka kemudian berpelukkan merasakan kehangatan tubuh pasangannya yang sudah sangat lama diimpikan.

"Hime ...."

"Hm ...?"

"Bagaimana jika kita melanjutkan adegan ini?" tanya Naruto kemudian.

"Hah! Apa?!" Sara melepaskan pelukkannya.

"Um ... etto, memang ada yang salah dengan perkataanku, ya?" Naruto menggaruk kepalanya berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba kikuk.

"Tidak!" Sara beranjak berdiri berniat menjauh dari Naruto.

"Tap-tapi kenapa?" Naruto pun ikut berdiri.

"Tidak sampai kamu dapat mengejarku, weeee!" Sara malah meledek Naruto.

"Himmeee!" Naruto lalu mengejar kekasihnya yang mengajak berkejar-kejaran di sekeliling ruangan apartemen.

"Awas kamu, Sayang," ucap Naruto yang greget bukan main kepada kekasihnya. Sementara Sara kian meledek sambil terus menggoda Naruto. Dan akhirnya setelah merasa lelah mereka berdua masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu.

.

.

.

TAMAT

.

.

.

A/N:

Yossshhaa!

Gomennasai untuk smut lime yang mewarnai cerita ini, menurut author pribadi tidak ada jalan lain untuk melepas rindu mendalam setelah menjalani LDR yang cukup lama.

Semoga menghibur yaa...

Arigatou ^_^