Summary: "Apa yang kau cari?" /"Kau tahu ini bukan permainan, Teme.."/ jalan terbaik bukan melarikan diri tapi menghadapinya!/"memutar waktu? Kau bercanda!"/ But, hei! Don't blame me, i just curious. NaruSaku, ShikaIno, SasuHina, KibaShion.
.
.
.
Tittle: Find A Perfect Time
.
.
Disclaimer: Mashashi Kishimoto-sensei
Story: Cnaru-chan Namiuzukage
Warning: NEWBIE, Romance garing, gender bender,
Bahasa sesuka author,OOC,Typo's,Gaje,DLL.
.
.
.
"It works teme! We did it!" Teriak Naruto, seorang pemuda tampan dengan mata sejernih lautan dan rambut seterang matahari. Ia berlari menuju seorang pemuda yang tengah tertidur dengan menyanggakan kepalanya di atas meja. Mendengar teriakan pemuda yang telah menjadi sahabatnya selama 25 tahun hidupnya membuat sang pemuda emo ini terbangun dari tidur lelapnya.
"Apa yang kau katakan Dobe, sudah ku bilang jangan menggunakan Bahasa Inggris aku tidak paham!" Cetus Sasuke, rambut hitamnya terlihat mencuat kemana-mana, khas orang yang baru bangun tidur.
"Kau ini! Pantas saja kau di sebut si jenius kampung, bahasa Inggris saja kau tidak mau tahu!" Kata Naruto. Kedua pemuda yang sama-sama jenius itu memang selalu berteman dengan cara mereka sendiri. Tidak ada yang tahu bagaimana mereka menjadi sahabat yang begitu akrab dan saling pengertian. Apa mereka juga harus bertengkar, mencaci, atau bahkan saling tinju untuk mendapatkan teman setia sehidup semati? Sepertinya tidak.. Karena itulah tidak semua orang mempunyai sahabat seperti ini.
"Hn, tidak usah mengalihkan pembicaraan. Apalagi yang tidak bermutu seperti ini" Kata Sasuke.
"Ya, ya, ya. Dengarkan aku, mesinnya bekerja.. kita berhasil Teme!" Mendengar perkataan Naruto membuat Sasuke terlonjak kaget, benarkah kerja kerasnya selama ini berbuah? Ia sungguh tak menyangka. Tanpa membuang banyak waktu lagi, Sasuke berlari melewati Naruto meninggalkan ruangan yang nampak seperti ruang guru dengan 4 meja yang memiliki bertumpuk-tumpuk dokumen di atasnya.
Menuju ke sebuah ruangan yang serba putih yang terdapat suatu alat aneh di tengahnya. Alat itu seperti mobil tanpa atap, terdapat 6 kursi di dalamnya 3 di depan dan 3 di belakang. Bagian belakang alat itu terdapat suatu benda—baling-baling, yang seperti kipas yang bahkan tingginya melebihi tinggi orang dewasa. Bagian depan sendiri terdapat 3 tuas dan 2 tombol yang sepertinya berfungsi untuk menjalankan alat itu.
Sasuke berjalan mengitari benda itu seolah menemukan harta karun paling berharga. Mengelus pinggiran badan mobil yang sudah di lepaskan bagian atap dan kaca-kacanya.
"Kau yakin mesin ini sudah bekerja Shika?" tanya Sasuke sekali lagi, berusaha untuk meyakini dirinya bahwa ini bukan mimpi. Pria yang di panggil Shika itu menoleh, mengalihkan pandangannya dari papan shogi di depannya dan menatap Sasuke. Pria dengan rambut yang diikat ke atas itu menjawab.
"Yahh... Secara teori mesin itu sudah berfungsi. Untuk uji coba-nya kau coba saja sendiri, tapi jangan terlalu berharap. Karena aku masih tidak yakin 100 persen" Ujar pria bername-tag Shikamaru Nara. Ia tak begitu peduli pada benda yang di puja bagai dewa oleh temannya itu. Bukannya tidak yakin bahwa benda itu akan gagal atau tidak berfungsi, hanya saja membayangkan benda itu berfungsi pasti akan membuatnya repot. Sudahlah! Berfikirnya nanti saja, lebih baik melanjutkan permainan shoginya ini, lebih menyenangkan dan tidak merepotkan. Karena shogi adalah permainan yang di kuasainya dan tidak akan terjadi sesuatu di luar perkiraannya...
"Skak mat!"
...Atau mungkin tidak.
"Cih, mendokusai..."
"Kau seharusnya tidak meleng Shika, kau tahu sendirikan kalau Kiba pasti akan berbuat curang?" Ujar Naruto enteng. Shikamaru hanya mendengus. Ia sudah tahu hal itu, tapi... Ck, sial. Lihat'kan belum berfungsi saja benda itu sudah membuat masalah.
"Apa yang kau katakan Naruto! Aku menang dengan jujur tahu!" Ujar Kiba. Walaupun dalam hatinya ia menyeringai senang atas kemenangannya. Tidak apa-apa kan curang. Toh, ini hanya permainan baginya. It's not a big deal, right?
"Aku akan mencobanya." Ucapan Sasuke yang tiba-tiba itu membuat seluruh penghuni ruangan itu terdiam. Mereka tahu cepat atau lambat Sasuke akan berkata seperti itu, hanya saja... Secepat inikah? Baru saja mereka selesai dengan pekerjaan membuat mesin ini, apakah harus mencobanya sekarang?
"Ya, kita akan mencobanya. Tapi tidak sekarang Teme, yang lain juga butuh istirahat termasuk dirimu. Lihatlah tampangmu seperti seekor curut gepeng saja" Kata Naruto. Memang benar, mereka bergadang selama 3 hari ini. Jas mereka yang lusuh, lingkar mata yang terlihat jelas, dan rambut serta tampang mereka yang acak-acakan. Hanya Shikamaru yang terlihat rapi, tampan bahkan segar. Bukan salahnya'kan kalau dia selalu tidur, makan, dan bahkan mandi teratur. Terlihat santai? Yah, memang itulah Shikamaru, tidak akan melakukan sesuatu yang merugikannya. Walau begitu Shikamaru sendiri memegang peranan penting dalam kelompok ilmuwan amatiran itu.
"Hn. Baiklah, kalau begitu kita akan istirahat dulu. 3 hari lagi kita kerjakan" Sasuke kemudian berjalan menuju pintu keluar dari ruang bawah tanah kediaman Inuzuka diikuti oleh ke tiga sahabatnya. Lelah. Rasanya Ia akan berendam dengat air hangat nanti di rumahnya.
Tak berapa lama kemudian ke empat pria itu sudah berada di ruang tengah kediaman Inuzuka. Suara derap langkah dari arah tangga membuat ke empatnya menoleh.
"Sudah mau pulang Sasuke-kun, Naruto-kun, Shika-kun?" Tanya Hana ramah. Hana Inuzuka adalah seorang wanita muda menawan yang merangkap sebagai wakil direktur perusahaan mainan Inuzuka Corp. membantu ayahnya Kizu Inuzuka.
Ketiganya hanya mengangguk, setelah itu beranjak pulang menuju mobil masing-masing. Membawa masing-masing harapan akan impian mereka di temani oleh kelamnya malam.
.
.
—Cnaru-chan Namiuzukage—
.
.
Seorang pemuda berambut merah tampak memasuki sebuah rumah atau lebih tepatnya kediaman mewah Namikaze, dengan wajah suram. Melangkah terburu-buru untuk mencari seseorang yang di pikirnya sudah gila.
"Kau yakin Naruto? Apa tidak sebaiknya orang lain saja yang melakukan uji coba alat itu?" Tanya Kurama Uzumaki. Melihat anggukan dari adik sepupunya Kurama hanya mendesah pasrah. Ia khawatir jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Takut jika sepupu bodoh-ceroboh-nya itu kenapa-kenapa.
"Aku tidak bisa. Membahayakan nyawa orang lain? Tidak, lebih baik mesin itu ku hancurkan dan mnendapat amukan Sasuke. Lagipula kami tidak mau melibatkan lebih banyak orang lagi, cukup beberapa yang tahu. Jika hal ini sampai terendus pemerintah atau pihak luar, kita tidak akan tahu bencana apa yang akan terjadi."
Dua hari telah berlalu semenjak hari itu. Walaupun menurut perkiraannya mesin itu mungkin akan selesai dua sampai tiga bulan lagi, ternyata takdir berkehendak lain. Yah, bisa dibilang bantuan Shikamaru-lah yang membawa mereka sampai seperti ini
Naruto yang merasa acara sarapan paginya sudah selesai, perlahan beranjak berdiri dari tempat duduknya. Ponsel dalam saku celananya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. Nama Sasuke terpampang jelas pada layar ponselnya. Membuka flip ponselnya dan membuka pesan itu.
'Dobe, siap hari ini untuk besok, bawa seperlunya. Malam ini di lab.'
Naruto kembali menatap Kurama, dan berkata,
"Kurasa kau bisa menggantikanku mulai hari ini Kuu. Sasuke bilang kami sudah harus bersiap malam inidi lab-nya jadi aku tidak punya waktu sekarang"
"Ya, baiklah. Lagipula aku juga tidak ada kerjaan."
"Aku titip perusahaan Namikaze ya Kuu-chan, selama aku pergi tolong kau urus baik-baik!" Titah Naruto.
.
.
.
—Cnaru-chan Namiuzukage—
.
Menutup ponselnya, Shikamaru hanya menatap malas tas ransel yang terdapat di pojokan dekat kasurnya. Benar apa dugaannya Sasuke pasti tidak akan menunggu terlalu lama. Ia tak masalah, rasa penasaran juga memenuhi pikirannya. Mungkin mesin ini adalah objek ke tiga yang menarik perhatiannya. Setelah kasur dan shogi.
Beranjak dari kasur kesayangannya, Shikamaru melangkah masuk menuju kamar mandi yang terdapat di kamarnya. Mengumpulkan peralatan mandi, seperti sabun dan sikat gigi. Setelah semua peralatan mandi ada di tangannya, dengan cekatan Shikamaru memasukkan peralatan mandi itu sebagai item terakhir yang di butuhkannya.
Entah kebetulan atau karena kejeniusannya yang sudah menebak hal ini, Shikamaru sudah menyiapkan semua hal yang kira-kira akan di butuhkannya nanti. Perlengkapan mandi sengaja Ia siapkan belakangan jika dugaannya salah. Sehingga Ia tak perlu repot untuk mengeluar-masukkan benda-tak-penting-yang-Ia-butuhkan-ini.
"Merepotkan.." Gumamnya pelan.
.
.
.
.
—Cnaru-chan Namiuzukage—
.
.
"Aniki, do'akan aku.." Gumaman yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri, Sasuke menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi berbicara sendiri. Seharusnya Ia tahu Anikinya tidak akan menjawab. Menatap sendu ke arah sebuah figura cantik diatas nakas sebelah tempat tidurnya. Gambar sepasang pemuda yang sedang tersenyum itu menatapnya balik. Anak kecil yang berada di gendongan punggung kakaknya yang remaja—saling memberikan senyuman—itu tampak bahagia.
.
.
—Cnaru-chan Namiuzukage—
.
.
Menjelang malam sebuah mobil sedan hitam, tampak melaju memasuki sebuah kediaman sederhana namun luas milik keluarga Inuzuka. Seolah menegaskan kepemilikannya, papan nama bertuliskan Inuzuka terpampang jelas di depan rumah, menempel kuat pada bagian depan atap kediaman ini.
Memarkirkan mobil hitamnya, Sasuke melangkah turun. Matanya menangkap sedan orange dan Ducati putih di sebelah mobilnya. Yakin bahwa tidak ada lagi yang harus di tunggunya, Sasuke melangkah masuk ke dalam kediaman Kiba.
.
"Kau lama sekali Teme~! Tahu begitu, aku mampir dulu di kedai teuchi-jisan tadi." Sungut Naruto sebal.
"Hn, aku ada urusan tadi. Kapan kau tiba?"
"Sore mungkin sekitar jam empat atau lima, aku tak tahu pasti" Ujar naruto sambil mengangkat bahunya.
"Shika?"
"Dia sedang tidur di kamar tamu. Katanya kau pasti akan datang malam jadi dia memutuskan untuk tidur. Ck, dasar orang itu! Aku benci jika dugaannya benar—selalu benar malah." Sambung Kiba yang memasuki ruangan itu sambil membawa secangkir susu coklat hangat di tangannya. Matanya melirik ransel yang di gendong Sasuke, kemudian beralih menatap rasel miliknya, Shikamaru, dan Naruto yang berada di atas sofa ruang keluarganya.
"Kenapa ranselmu terlihat sesak sekali Naruto? Kau isi batu ya?" Tanya Kiba heran. Ransel hijau tua milik Naruto memang melebihi kapasitasnya. Bahkan beberapa barang yang-entah-apa terlihat mencuat seolah ingin melompat keluar dari ransel itu.
"Enak saja! Lagipula, tidak masalah'kan kalau kubawa banyak. Toh, mesinnya sudah didesain untuk menahan beban enam orang, sedangkan kita hanya ber-empat" Kata Naruto ketus.
"Ya, ya, ya. Terserah dirimu sajalah. Kalian istirahat saja di kamar tamu, jalan sendiri ya aku sudah ngantuk. Sampai besok, oyasumi" Jawab Kiba sambil lalu.
Naruto melangkah diikuti oleh Sasuke—setelah meletakkan ranselnya di sebelah ransel merah, yang sepertinya milik Kiba—menuju kamar yang di maksud Kiba. Hal pertama yang mereka lihat adalah Shikamaru yang sedang tertidur pulas di futonnya. Di ruangan yang luas ini, sepertinya cukup untuk menggelar empat sampai lima futon.
Naruto mengambil futon untuknya dan Sasuke. Memberikan pada Sasuke dan membentangkan miliknya sendiri di sebelah kanan Shikamaru, dan segera membaringkan tubuhnya. Diliriknya Sasuke yang masih terdiam, berdiri memegang futonnya. Terlihat ragu. Menghela nafas, Naruto memutuskan untuk mengatakan sesuatu, tapi terpotong oleh ucapan atau lebih tepatnya pertanyaan Sasuke.
"Apa menurutmu, ini kita akan berhasil?"
Terdiam sejenak, Naruto menimang jawaban yang kira-kira akan menenangkan sahabatnya itu. Mungkin lebih baik Ia jujur saja. Lagipula untuk apa memberikan jawaban yang bahkan ia sendiri tidak tahu? Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya—untuk malam ini.
"Aku tidak tahu Teme, tapi yang pasti kita akan menghadapinya bersama apapun yang terjadi nanti. Aku, Shikamaru, dan Kiba akan terus mendukungmu. Kita adalah sahabat'kan. Lagipula ini bukan saatnya untuk ragu..." Menoleh ke kirinya, untuk melihat Sasuke. Meyakinkan sahabatnya bahwa yang di ucapkannya itu merupakan kesungguhan hatinya. Bukan sekedar omong kosong belaka.
Melihat senyuman tipis di sudut bibir Uchiha satu ini, membuat cengirannya mengembang.
"Aku tidur dulu Teme, oyasumi" Ujar Naruto pelan. Kantuk yang melanda membuatnya terlelap kurang dari semenit. Samar-samar ia dengar 'Hn' dari sahabatnya, sebelum kegelapan menguasainya.
"Arigato, Naruto..." Ujar Sasuke lirih, setelah yakin bahwa Naruto sudah benar-benar terlelap. Segera Sasuke membentang futonnya dan beranjak tidur di sebelah kiri Shikamaru. Matanya terpejam setelah beberapa menit terlewat.
.
.
Perlahan Shikamaru membuka matanya—memandang ke arah jendela di sebelah kanannya. 'Sahabat ya? Kurasa bukan masalah. Mungkin agak 'sedikit' merepotkan, tapi apa gunanya sahabat jika tidak di buat repot?' memejamkan kembali matanya. Terdidur dengan sebuah senyuman tersungging di bibirnya,
.
.
Entah apa yang takdir siapkan untuk mereka, yang pasti persahabatan itu akan semakin erat setiap waktunya..
.
.
.
TBC..
.
.
.
.RnR pleaseeeeee...
Biarpun gaje tapi mohon dukungannya y minna~
Kritik dan seran ditunggu Arigatou
.
.
