My new life in anime word kurobas.
Summary:
Yukina terlempar ke dunia anime kurobas karena permohonan yang di ucapkannya sebelum tidur, yang ternyata pada saat itu bersamaan jatuhnya bintang. Teman, keluarga, serta lingkungannya berubah menjadi serba anime. Yukina makin bingung dan frustasi ketika ia benar-benar bertemu dengan para Kiseki no sedai. Itulah awal permulaan kisahnya dalam kehidupan barunya di dunia anime dan awal permulaan sebuah cinta.
Rencananya sih mo bikin reader pov tp susah. Jadi anggap saja si tokoh Yukina ini sebagai kalian. Maaf jika banya typo tolong di maklumi soalnya saya di sini New Author. Oh ya satu lagi fic ini akan saya buat & Unknow.
Ok ready read.
Chapter 1.
Terdengar suara lentunan music bergenere Ost anime di kamar yang tidak terlalu luas itu. Sesosok gadis yang sedang tengkurap di lantai yang beralaskan karpet sambil membaca buku sedikit menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti alunan music faforitnya. Gadis itu bernama Hinamori Yukina. Seorang gadis dengan IQ 170 dan bisa di katakana jenius. Ia tak perlu repot-repot belajar, karena apa yang di bacanya bisa langsung di pahaminya termasuk materi apa saja.
Selain kepintarannya, di sekolah ia juga terkenal karena aura kecantikkannya. Namun ia tidak memiliki banyak teman. Mungkin mereka pikir dia sulit di dekati, karena pembawaannya yang tenang, terlihat dewasa dan cool.
Yukina bosan terus-menerus di perlakukan seperti itu. Satu-satunya temannya adalah berbagai buku dan Anime. Anime? Kartun jepang yang dengan tokoh berambut dan mata warna-warni itu? Ya, Anime. Dia sangat menyukai anime semenjak kecil. Tidak ada yang tahu kalau dia tertarik dengan anime itu, terutama anime yang berjudul Kuroko no Basuke.
Yukina ingin merasakan hidup di dunia Anime. Seperti apakah sosok nyatanya di dunia Anime? Apakah warna matanya? Apakah bentuk rambutnya? Apakah warna rambutnya?
Namun ia tahu, bahkan sangat sadar, sampai kapan pun imajinasinya tidak akan terwujud. Yukina tidak tahu reaksi apakah yang akan dilihatnya ketika teman-temannya mengetahui bahwa Yukina sang jenus sangat suka Anime. Yukina mendengus lalu menutup manga kuroko no basukenya serta mematikan ipod. Ia beranjak untuk menaruh manganya di meja belajarnya. Ia diam terpaku sambil menatap kosong pada manganya. Pikirannya sedikit melayang.
"Andai hudupku yang membosankan ini berubah menjadi dunia anime yang aku sukai." Katanya sedikit termanggu, namun detik berikutnya ia menggelengkan kepalanya cepat berusaha mengenyahkan pikiran anehnya barusan.
"Kau mikir apa Yukina. Itu sangat tidak mungkin terjadi." Katanya menyangkal pikirannya.
"Lebih baik aku tidur sebelum aku berpikiran aneh lagi."
Yukina beranjak menuju tempat tidurnya dan segera memejamkan matanya. Sebelum benar benar terlelap ia kembali berucap lirih. "Aku ingin kehidupan baru di dunia Anime." Ucapnya bersamaan jatuhnya bintang dari angkasa.
.
.
Yukina sedikit mengerang ketika wajahnya cantiknya terkena pantulan cahaya matahari yang lewat dari celah kordennya. Ia sedikit merenggangkan otot-ototnya yang sedikit kaku dan mengusap-usap kedua matanya. Dengan sedikit kesadaran ia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Namun langkahnya terhenti ketika ia melewati sebuah cermin raksasa seukuran tubuhnya yang terletak di samping lemarinya. Tubuhnya mematung. Dengan IQ tinggi yang di milikinya, otaknya memproses cepat kejadian yang dialaminya tadi. Kini rasa kantuk yang menderanya tadi hilang entah kemana yang tergantikan dengan kesadaran penuh.
Ketika Otaknya selesai memproses, ia berlari panik kembali menuju cermin miliknya dan pemandangan pada cermin itu seketika membuatnya tercengan dengan tubuh yang mematung kembali.
Dalam cermin itu, berdiri sesosok gadis yang sangat cantik dan mungil. Rambutnya yang bergelombang berwarna hitam kelam serta mata bulat yang tajam berwarna darkpurple memakai piama yang sedikit berantakan yang memunculkan kesan moe padanya persis si tokoh-tokoh anime yang sering di lihat Yukina.
Yukina mengerjapkan-ngerjapkan matanya, tangan mungilnya terjulur untuk menyentu gadis itu. Ia juga memperhatikan gadis itu melakukan hal yang sama di lakukannya. Ketika sadar ada yang salah ia kembali mencerna ulang semua kejadian aneh ini.
Tangan dan bibirnya gemetar serta matanya terbelalak lebar. Tidak. Ini tidak mungkin. Tidak mugkin terjadi. Pikir Yukina berulang ulang berusaha menyangkal pikirannya yang sedikit ngawur. Tangannya kembali bergerak memegang kedua pipi, mata, hidung, dan terakhir bibirnya.
Tidak ada yang salah, ia merasa seperti biasa, namun pemandangan yang di lihat oleh matanya membuatnya ragu. Sakitkah? Demamkah? Ia mengukur suhu tubuhnya dengan tangan kanannya yang menyentuh kening dan pipinya. Normal. Apakah ia masih tertidur dengan nyenyak di tempat tidurnya dan bermimpi aneh? Ia mencubit pipi kanannya dengan keras untuk memastikannya.
"I…itai." Erangnya. Sakit, berati ini bukan mimpi. Jika bukan mimpi lalu apa? Apa yang terjadi?
Yukina dengan cepat berlari menuju jendelanya. Ketika sampai, ia dengan kasar menyibak kordennya dan membuka jendelanya lebar-lebar dan seketika itu pemandangan yang tersaji di luar kembali membuatnya kaget. Belum sempat ulih dari kekagetannya, terdengar suara ibunya mengintrupsinya.
"Yukina-chan jika kau sudah bagun segeralah mandi dan turun untuk sarapan pagi."
Suara itu sukses membangunkan Yukina dari rasa kagetnya. Benar, Ibunya. Untuk memastikan matanya yang sedikit eror dengan pemandangan yang sedikit tidak mungkin terjadi di dunia nyata, ia bergegas turun menuju ruang makan. Langkahnya cepat dan terburu-buru membuatnya hampir terpesosok beberapa kali, namun ia tidak peduli. Ketika ia sampai, Yukina langsung berlari menjuju ibunya.
"Okaasan-" kata-katanya terhenti ketika melihat ibunya menata piring-piring di meja makan. Sosoknya tidak jauh berbeda dengan pemandangan yang dilihat Yukina barusan.
Ok, sekarang ia benar-benar meragukan kemampuannya dalam melihat sesuatu hal menggunakan indra pengelihatannya. Apa dia perlu memeriksakan matanya ke dokter nanti?
"Ah Yukina-chan kau mau sarapan dulu? Kalau begitu duduklah, biar Okaasan ambilkan nasinya." Ucap ibu Yukina begitu sadar anak semata wayangnya sudah berdiri di dekat meja makan.
"A…Um…" Jawab Yukina sedikit linglung sambil menganggukan kepalanya canggung. Ia tidak tahu harus berkata apa karena otaknya masih sibuk memproses.
Ibu Yukina meletakan mangkuk berisi nasi putih di meja, lebih tepatnya di depan Yukina. Ia mengambil sepasang sumpit yang di letakan di samping kanan mangkuk itu. Sambil tersenyum lembut ia berkata "Yukina-chan sepertinya semangat sekali untuk menuju sekolah Baru."
Sebuah kalimat yang di ucapkan Ibunya berhasil membuat Yukina kembali kekesadarannya. Dengan heran ia menatap Ibunya.
"Sekolah…Ba…Baru?" ucapnya tergagap. Haduh, masalah apa lagi ini? Yukina benar-benar tidak mengerti. Jujur saja, dengan otaknya yang jenius ini, ia sangat sulit mencerna kejadian demi kejadian yang dialaminya.
"Ya. Jangan bilang kau lupa Yukina-chan, kau yang sepintar ini tidak mungkin melupakan hal sekecil ini kan." Ucap ibu Yukina sedikit tertawa.
"Um- sebenarnya iya." Jawabnya. Sebenarnya Yukina bingung harus berkata apa, jadi lebih baik ia berkata apa adanya saja dari pada makin bingung.
"Begitu. Yukina-chan, kan Okaasan tiga hari yang lalu sudah bilang padamu untuk pindah ke Teiko high school"
Yukina mengernyit. Teiko High School? Entah kenapa nama sekolah itu terdengar familiar di telinga Yukina. Tapi tunggu, memang ada nama sekolah itu di Jepang? Kenapa dia tidak pernah mendengarnya?
"Oh um tentu saja aku ingat. Teiko high school." Ucapnya sambil tersenyum gugup. Yukina tidak ingin membuat ibunya merasa aneh padanya.
"Aku selesai, Okaasan aku akan bersiap-siap." Ucap Yukina yang di jawab dengan senyuman dari ibunya. Yukina lalu beranjak dari dapur menuju kamar atasnya. Jika ini benar-benar di dunia anime maka ia terpaksa harus bersikap wajar layaknya di dunia nyatanya.
Setelah Yukina selesai mandi ia mencari seragam yang akan di gunakannya dan memakainya. Setelah menata rambutnya ia bercermin untuk kembali melihat pantulan dirinya yang baru berada di dalam cermin. Setelah puas memandangi dirinya yang baru ia mengambil tasnya dan turun kebawah.
.
.
Yukina berjalan menuju Sekolahnya yang baru sambil menikmati pemandangan yang ada di sekitarnya. Di setiap langkahnya ada saja berpasang-pasang mata mengamatinya dengan tatapan kagum, terpesona, dan bahkan iri, namun Yukina tidak mempedulikannya dan menganggapnya angin lalu.
Sungguh ia masih merasa sedang bermimpi mengalami kejadian seperti ini. Ia tak bisa memungkiri kalau ia merasa sangat senang bisa berada di sini sekarang. Sekilas tidak ada perbedaannya di dunia nyata. Orang-orang beraktivitas seperti biasa.
Sedang asik-asiknya berkhayal, tiba-tiba seseorang menubruknya dari belakang yang mebuat Yukina dan Orang itu jatuh terduduk.
"itai." Erang Yukina. Ia sedikit mengusap pantatnya yang mencium terotoar.
"Sumimsen, kau taka pa?" Ucap orang itu sambil mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Yukina bangkit. Yukina menerima uluran tangannya, ketika ia mendongakkan kepalanya untuk mengucapkan terima kasih ia tertercekat dengan mata yang melebar menatap orang yang sudah menolongnya.
"Ka…Kau…"
-To be Continued-
Colum Author.
Haduh haduh haduh kayaknya banyakkan typonya deh. Tapi yah tak apa. Ini ide keluar karena Author banyak baca fic yang menggunakan Reader pov jadi ingin ikutan deh…
Gimana pendat kalian tentang ini ? Bagus, cukup Bagus, Jelek. (Ps: tp jangan pilih jelek ya nanti saya suruh Akashi gunting rambut kalian sampai Botak. LOL)
Menurut kalian siapa yang menabrak Yukina?
Akashi
Kuroko
Kise
Aomine
Midorima
Murasakibara
Silahkan Review ('v')
