Ucaplah Terima Kasih dengan Benar
Gintama milik Hideaki Sorachi
Okita Sougo – Kagura
Romance
Rated T
.
.
.
NB: referensi dari episode 307. Oke, masih kebawa baper gegara Shogun mati T_T
…
Dalam sisa-sisa ketegangan setelah perang membela negara, mereka mengambil kesempatan waktu untuk bertemu. Walau sebenarnya sekian banyak menit terbunuh hanya untuk terdiam, tidak seperti biasanya yang merusak fasilitan publik karena berantem.
Sougo menyandarkan tangan ke pipi dan menatap gadis itu datar. Sikap terus diamnya menandakan jika gadis itu masih mengumpulkan nyali untuk mengatakan sesuatu. Walau sering bersifat kasar dan kebiasan aru-aru-nya yang merepotkan Sougo, dia tahu Kagura masih menyimpan sifat perempuan pada umumnya. Tsundere pasti dimiliki semua perempuan, Sougo yakin itu. Dan gadis kasar di sampingnya yang memiliki hal itu adalah suatu kegemasan baginya.
"Jadi, ada apa?" pertanyaan Sougo menyentak Kagura yang malah meruntuhkan nyali yang terkumpul. Sekarang mata Kagura mengedip tidak jelas dan matanya memutar tak tentu arah. "Kau terlihat baik-baik saja," Sougo tidak melihat luka apa pun yang menggores kulit putihnya.
"Ras kami memang memiliki keistimewaan menyembuhkan diri dengan cepat aru," Kagura akhirnya berbicara, walau bukan itu kalimat yang seharusnya dilontarkan.
"Hm… Aku jadi ingin menikahi salah satu orang dari rasmu. Kan lumayan bisa memperbaiki keturunan," Sougo ngasih kode!
Kagura tidak merespon lagi. Dia sibuk mengumpulkan nyali dari nol—lagi. Sikap malu-malunya itu membuat Sougo gemas sekaligus tidak sabar.
"Aku pulang saja kalau begitu."
"Oke oke!" Kagura langsung manarik tangan Sougo dan karena kekuatan besarnya sekalian tidak sengaja membalikkan badan Sougo ke hadapannya. Kagura mencari referensi pandangan selain yang di hadapannya. "A-aku mau mengucap terima kasih saja aru. Kau sudah menyelamatkanku secara tidak langsung. Kau yang melukai tangan dan perut baka aniki-ku, kan? Aku tidak jadi kena tonjok berkat hal itu aru."
Sudah selesai. Akhirnya tujuannya sudah rampung. Tinggal menunggu respon dari orang di depannya. Diam-diam Kagur melirik Sougo.
"Bayar. Itu tidak gratis."
"Ha?! Aku tidak punya uang aru. Kau tidak ikhlas sekali!"
"Untuk memberi luka pada baka aniki-mu (Sougo ikut-ikutan menyebut seperti itu!) aku juga dapat luka seperti ini," Sougo menunjuk luka-lukanya.
Kagura langsung cemberut. Sempat terlintas menyesal telah mengucap terima kasih pada orang ini. "Ya sudah, aku akan mencicil aru."
"Tidak usah. Kalau tidak punya uang cukup puaskan aku satu malam saja."
Reflek Kagura menendang tulang kering Sougo—yang untung tidak sampai mematahkannya—dan menjauh sekian meter darinya. Tangannya menutup dada seakan kalimat Sougo telah menelanjanginya.
"Dasar mesum! Kuadukan kelakuanmu pada Gin-chan karena sudah merusak kepolosanku aru."
Sougo masih repot mengelus kakinya. "Itte na, kekuatan titanmu masih utuh ya. Kau dari dulu sudah tidak polos berkat asupan jorok dari danna tahu. Aku tetap perjaka karena menunggu kau menjadi yang kuharapkan dan siap pada waktunya tahu."
Aduh, obrolan ini sudah melebihi batas. Wajah putih Kagura tidak bisa menyembunyikan polesan merah yang muncul serentak. Apa-apaan ucapan Sougo tadi?!
"Arghh..!" Kagura malah ngamuk sendiri karena sudah kepalang salah tingkah. Dia melempar bungkusan yang awalnya menjadi bingkisan pengantar terima kasih pada Sougo dan langsung berlari dari serangan godaan romantis sadis dari orang yang diam-diam memang sudah terpatri di hatinya.
Cie…
"Sudah, kuberi itu saja aru. Itu barang berhargaku, jadi kau harusnya bersyukur aru," ucap Kagura sebelum kabur dari TKP.
"Apaan ini?" Sougo membuka bungkusan yang berisi kumpulan kotak sukonbu. Dibukanya satu kotak dan mencicip makanan yang sangan disukai Kagura. "Kuso! Tidak enak," toh begitu Sougo tetap memakannya. "Harusnya dia mengucap terima kasih yang baik dan benar. Dia malah menendang kakiku. Dasar baka china musume."
Untung masih tendang kaki, bukan tembak pake payung di tempat.
.
.
.
End…
