Title : I'm Not a Good Person
Author : Kim Ryeonggu
Pair: Yewook
Rate: T
Warning: BL/Hurt/Romance
Summary: Sesuatu terjadi di masa lalu. Merubahku menjadi pribadi lain dimana tidak ada lagi yang akan menganggapku lemah. Aku bukan orang baik seperti yang kau harapkan. Biarkan aku terluka, abaikan saja aku, jauhi aku, itu lebih baik hyung...
~ Happy Reading ~
Chapter 1
.
Seoul Hospital, 1 jam setelah pergantian shift siang.
Di sebuah divisi dari sekian banyak divisi di salah satu Rumah Sakit terbesar di Korea Selatan, mempunyai suasana yang sedikit berbeda. Jika di rumah sakit seharusnya setiap orang bisa menjaga etikanya dengan tidak membuat kegaduhan dan berisik, malah ini sebaliknya. Di dalam ruang rawat yang berisi empat bilik terdengar ocehan, rengekan, tangisan, dan jeritan anak kecil yang diselingi dengan suara para orang tua yang berusaha menenangkan tingkah anaknya. Beberapa pasien anak ada yang jalan-jalan di sepanjang koridor atau di taman yang terletak persis di samping ruang rawat ditemani orangtuanya yang mendorong tiang infus. Ada juga yang sekedar duduk-duduk di bangku taman. Suasananya cukup berisik walaupun tidak sampai mengganggu pasien dewasa di divisi sebelah. Ya, itu adalah divisi anak yang di papan penunjuk arahnya tertulis "Poliklinik Anak".
Sekarang kita beralih ke sebuah ruangan dengan papan bertuliskan "Ruang Dokter Anak " di depan pintunya. Sebuah meja putih berukuran sedang di sisi kiri ruangan terlihat dipenuhi tumpukan medical record hasil pemeriksaan pagi. Sedangkan di sisi kanan ruangan terdapat tiga bilik meja kerja yang satu di antaranya sudah kosong karena ditinggal pulang penghuninya. Satu bilik tersisa dimana penghuninya masih disibukkan dengan mencatat data di dokumen pasiennya kemudian memasukkannya ke komputer, lalu berjalan ke meja putih meletakkan dokumen tersebut di atas salah satu tumpukan dokumen. Begitu terus sampai seluruh dokumen di meja kerjanya berpindah ke meja putih. Sebagai salah satu dokter yang disegani, dia mencoba bertanggung jawab dengan tugasnya. Langkah kaki jenjangnya yang dibalut celana bahan berjalan bolak-balik dengan cepat dan kecepatan tangannya yang terampil menandakan bahwa dia sedang diburu waktu supaya pekerjaannya selesai tepat sebelum dokter yang bertugas di shift siang datang. Sesekali tangan mungilnya membetulkan letak kacamata di hidung mancungnya. Ketika data dokumen terakhir selesai dimasukkan ke komputer, desahan lega dan lelah keluar dari mulutnya. Berjalan lelah menuju meja putih untuk meletakkan dokumen tersebut dan memasukkannya ke dalam map bertuliskan "shift pagi".
Berbalik untuk berjalan menuju meja kerjanya sambil meremas rambut hitam pendek messynya. Gaya rambut yang memang sedikit berantakan itu semakin berantakan ketika pemiliknya juga mengusap kasar rambutnya. Tapi hal itu justru semakin menambah ketampanan namja ber-name tag Kim Jong Woon atau biasa dipanggil Yesung. Mata sipit itu terpejam ketika dirinya sudah duduk di kursi kerja. Mengulang kejadian hari ini yang akhir-akhir ini semakin sering terjadi. Anak semata wayangnya yang sedang aktifnya bergerak dan memasuki musim pertama belajar di sekolah dasar tidak pernah bosan mengganggu aktivitasnya. Anak perempuan bernama Kim Nana itu akan berlarian di sepanjang koridor rumah sakit. Mungkin tidak menjadi masalah jika masih di divisi ayahnya bekerja, tapi yang namanya anak-anak akan selalu mencoba hal-hal baru seperti pagi ini misalnya. Sepulang dari sekolah, Nana -begitu panggilannya- berlari menuju Seoul hopsital walaupun jarak kedua tempat tersebut dekat. Rambut ikalnya yang dikuncir dua bergerak-gerak lucu mengimbangi gerak tubuhnya. Langkah kakinya terus bergerak cepat secara konstan, tidak melambat ataupun berhenti mendadak. Menandakan bahwa tempat orang sakit tersebut sudah tidak asing lagi baginya. Namun naas, Nana tidak sengaja menyenggol kruk seorang pasien sehingga pasien tersebut terjatuh karena hanya satu kaki yang menyangga tubuhnya. Syukurlah, tidak menimbulkan masalah baru bagi pasien, tapi dokter yang menangani pasien tersebut melapor ke divisi Yesung sehingga dia ditegur oleh kepala divisi. Membuat pekerjaan Yesung terhenti cukup lama dan akhirnya harus terburu-buru untuk menyelesaikannya.
Meskipun banyak ulah tapi Nana tetap tahu sopan santun. Setiap datang ke ruangan ayahnya kaki mungil terebut akan berhenti tepat di depan pintu ruang dokter anak kemudian mengetuk pintu dahulu sampai seseorang membukakan pintu, Nana tidak akan langsung menerobos masuk ke dalam ruangan. Seperti yang dilakukannya waktu pertama kali mengunjungi tempat kerja ayahnya. Nana yang sangat bersemangat ingin melihat ayahnya bekerja langsung mendobrak pintu yang saat itu sedikit terbuka dan meneriakkan "daddy...!" dengan kencangnya. Membuat semua orang yang ada di ruangan menoleh kaget ke arah pintu. Suasana diskusi yang sedang berlangsung dengan serius menjadi sedikit kacau. Yesung yang mengetahui anak kecil yang berteriak tersebut adalah puterinya, melotot kaget. Sempat bengong beberapa saat, sampai deheman dari kepala divisi menyadarkan semua anggota diskusi tentang siapa anak perempuan itu. Yesung yang tersadar langsung berjalan cepat ke arah Nana dan menggendongnya keluar ruangan. Mendudukkan puteri mungilnya di kursi tunggu pasien dan menatapnya dengan tatapan marah. Nana yang mendapat tatapan seperti itu menundukkan kepalanya. Yesung menasehati puterinya dengan nada menahan kesal dan tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram kedua lengan puterinya sehingga sebuah isakan akhirnya keluar dari mulut bergetar si gadis ikal. Menyadari itu Yesung menyesal telah berlaku kasar terhadap buah hatinya walaupun dia tidak sengaja melakukannya. Yesung meminta maaf kepada puterinya dan segera menelepon eommanya untuk menjemput Nana pulang.
Memang, pada banyak kesempatan eommanya bisa diandalkan untuk menangani Nana. Namun akhir-akhir ini usaha butik milik sang eomma sedang sibuk-sibuknya sehingga tidak ada yang bisa mengawasi Nana sepulang sekolah. Tidak pernah terpikirkan di benak Yesung untuk mempekerjakan pengasuh atau pembantu rumah tangga. Semua urusan rumah tangga dia kerjakan sendiri. Kalian bertanya kemana eomma Kim Nana? Perempuan itu pergi bersama lelaki lain yang lebih kaya dari Yesung setelah satu bulan kelahiran Nana. Selain itu juga terjadi insiden yang membuat Yesung tidak mau ada orang asing yang mencampuri urusan rumah tangganya. Eomma Nana hampir berhasil menjual Nana bayi ke makelar bayi jika perbuatannya tidak segera diketahui oleh keluarga Yesung yang mulai curiga dengan gerak-gerik mencurigakan eomma Nana. Masalah tersebut diselesaikan secara kekeluargaan dan berakhir denganperceraian Yesung dengan eomma Nana. Tidak ada rasa sedih ataupun kehilangan di antara keduanya karena perjodohanlah yang menyatukan mereka.
Haaa...haruskah aku mencari pengganti eomma Nana? Tapi aku tidak mau perempuan...
HAH!
Yesung dibuat terkejut dengan pemiikirannya sendiri. Dia memang trauma dengan kehadiran perempuan, tapi apakah hal itu menjadi berdampak pada orientasi seksualnya? Hubungan sesama jenis memang sudah bukan hal tabu bagi warga korea selatan. Beberapa rekan kerjanya juga ada yang seperti itu. Bahkan sahabatnyapun menyukai jenisnya sendiri. Tapi Yesung tidak pernah peduli akan hal itu apalagi memikirkannya. Baginya cinta bisa terjadi, bagaimanapun keadaannya.
Kembali memejamkan matanya untuk merilekskan diri sejenak sebelum seseorang membuka pintu.
"Hyung."
Yesung mendapati sahabatnya berdiri gelisah di depan biliknya dengan tangan menggenggam sebuket mawar pink.
"Waeyo Kyu?"
"Sungmin hyung sudah sadar dari komanya."
"Benarkah?" Yesung tersenyum, ikut merasa senang. "Syukurlah...nanti aku akan menyusulmu untuk menjenguknya."
"Hyung, aku takut..." cicit Kyuhyun –nama namja tersebut- mengusap tengkuk belakangnya yang mulai tertutupi rambut ikal almondnya.
Yesung menghela nafas mengerti, tahu apa yang Kyuhyun sedang rasakan. Siapa yang tidak kacau jika kau sendiri yang menyebabkan kekasihmu masuk rumah sakit dan tidak sadarkan diri selama 2 hari. Kyuhyun dan Sungmin adalah sepasang kekasih. Suatu hari mereka sedang berjalan sore sambil bercanda di tepi jalan. Meledek satu sama lain sambil saling menyenggol. Tanpa sadar Kyuhyun mengenggol Sungmin hingga Sungmin turun ke jalan dan saat itulah sebuah mobil menabraknya dari belakang.
"Kalian berdua tahu bagaimana kejadian sebenarnya. Dia tak akan marah padamu Kyu." Yesung mencoba menenangkan.
"Aku tidak yakin. Eommanya saja sempat mendiamkanku kemarin."
"Appa Sungmin?"
"Dia tidak marah padaku. Appa Sungmin benar-benar mengerti keadaan."
"Ya sudah, tidak perlu khawatir kalau begitu. Ada yang mendukungmu."
"Ayolah hyung, pekerjaanmu sudah selesai kan...kita jenguk Sungmin hyung bersama," mohon Kyuhyun. Dia benar-benar tidak yakin dengan dirinya sendiri.
"Huh, baiklah..." Yesung bangkit kemudian melepas jas praktiknya. Mengikuti Kyuhyun keluar ruangan sambil membawa tas dan mantel hitamnya.
^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^
Di ruang rawat Sungmin
"Jangan langsung maafkan dia hyung. Setidaknya beri dia sedikit pelajaran. Mendiamkannya beberapa hari atau memukul wajah evilnya sepertinya tidak masalah," ucap seorang namja mungil yang duduk di sebuah kursi roda di samping ranjang pasien dengan menahan jengkel.
"Tidak Wookie-ah...dengan aku yang koma 2 hari sepertinya sudah membuatnya merasa sangat bersalah. Kau tidak lupa cerita appa tadi kan?" ucap namja yang setengah rebahan di atas ranjang pasien.
"Kau selalu memanjakannya. Itu tidak sehat untuk hubungan kalian," sinis Ryeowook -
"Tidak sehat? Kkkkk..." Sungmin terkikik geli mendengar perkataan sinis Ryeowook. Sudah lama dia tak melihat Ryeowook yang seperti itu.
"Pokoknya hyung ha-"
CKLEK
Perkataan Ryeowook terputus ketika pintu ruang rawat terbuka dan menyembullah sosok namja tinggi yang sedang dibicarakan dua namja manis tersebut.
Ryeowook menatap Kyuhyun dengan tatapan tajam. Sementara yang dipandang hanya menghela nafas bosan.
"Masih punya muka untuk menemui orang yang kau celakai?" sengit Ryeowook dengan nada dingin.
"Ne." jawab Kyuhyun dengan balas menatap Ryeowook. Tatapannya tak kalah tajam.
Sungmin yang merasakan aura mencekam di antara keduanya akhirnya mengusap lembut bahu Ryeowook.
"Wookie...sudahlah.."
Ryeowook mendapati Sungmin yang tersenyum manis menatapnya. Helaan nafas terdengar dari mulut Ryeowook. Senyuman Sungmin selalu bisa membuatnya luluh. Ryeowook menatap dua sejoli di depannya bergantian kemudian perlahan kepalanya menunduk.
"Jangan seperti itu lagi...kalian membuatku takut," ucap Ryeowook pelan. Sungmin dan Kyuhyun saling bertatapan sejenak kemudian berpaling ke Ryeowook lagi.
"Aku tidak akan kemana-mana Wookie...sekarang kau melihatku masih disini kan?" tanya Sungmin mengangkat dagu Ryeowook agar menatapnya.
"Tapi si-"
"Maaf, maafkan hyung Wookie...maafkan kita. Hyung, Kyuhyun, dan semuanya tidak akan mengecewakanmu lagi," potong Sungmin, tidak ingin Ryeowook memikirkan hal tersebut.
"Janji?." tanya Ryeowook.
"Janji," jawab Sungmin. Ryeowook mencondongkan badannya ke depan untuk memeluk Sungmin dan berniat mencium pipinya, tapi...
SREET...
"HYAAAA...Apa yang kau lakukan setan..!" maki Ryeowook karena Kyuhyun hampir membuatnya jatuh ke depan. Kyuhyun menarik kursi rodanya ke belakang sehingga pelukan mereka terlepas dan Ryeowook gagal mencium Sungmin.
"Mencegah bibir kotormu menyentuh pipi Sungminku yang putih bersih ini," balas Kyuhyun.
"Mwo?! Kau kira bibirmu juga tidak kotor?" geram Ryeowook.
"Ne, karena bibirku selalu mengeluarkan kata-kata yang baik," jawab Kyuhyun sambil menatap lembut Ryeowook. Hal itu sukses menusuk Ryeowook, dan lihatlah sekarang Ryeowook terdiam tidak membalas perkataan Kyuhyun.
"Sepertinya Pak Hong sudah menungguku di luar. Aku pulang..." lengos Ryeowook. Memutar kursi rodanya keluar ruangan tanpa menatap keduanya.
"Kyu...apa itu tidak berlebihan?" tanya Sungmin khawatir.
"Tidak, memang harus begitu untuk mengembalikannya seperti dulu," tegas Kyuhyun, "jika boleh jujur, aku sangat merindukan sikap cerianya."
"Ne, kita memang harus melakukannya." Sungmin membenarkan.
^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^
Kursi roda Ryeowook berhenti di ambang pintu karena seseorang menghalanginya. Ryeowook diam menunggu dan saat itu dilihatnya Pak Hong berjalan ke arahnya.
"Kau menghalangi jalanku tuan..." tegur Ryeowook. Tapi sepertinya orang itu tidak mendengarnya karena masih sibuk bertelepon dan posisinya membelakangi Ryeowook. Tanpa pikir panjang, Ryeowook menggerakkan kursi rodanya ke depan hingga pria tersebut terdorong ke depan. Pria tersebut kaget dan menoleh ke belakang.
"Berdiri di depan pintu! Pabbo!" kesal Ryeowook dan berlalu menghampiri Pak Hong. Sementara Yesung hanya bengong mendapat serangan mendadak seperti itu.
Nugu?
Setelah mengakhiri pembicaraan di telepon, Yesung masuk ke dalam dan menemukan Kyuhyun sedang menggenggam tangan Sungmin sambil tak hentinya mengucapkan kata maaf.
"Yesung hyung," seru Sungmin senang dengan kedatangan Yesung.
"Senang mendengarkanmu sadar Sungmin-ah. Bagaimana keadaanmu?" tanya Yesung sambil tersenyum.
"Aku merasa lebih baik hyung, tapi aku bosan melihat namjaku yang terus-menerus meminta maaf hyung...apa dia tidak lelah..? Aku yang mendengarnya saja merasa lelah," adu Sungmin.
"Kau lihat Kyu? Sungmin tidak akan menyalahkanmu. Semuanya terjadi di luar kendali, tidak ada yang akan menyangka akan seperti ini. Benar begitu Sungminnie...?" tanya Yesung sambil mengelus pipi Sungmin, sengaja membuat kesal Kyuhyun.
"Ne, Yesungie hyung..." jawab Sungmin dengan manja.
"Aku menyesal meminta tolong padamu hyung," ucap Kyuhyun kesal hingga membuat yang lain tertawa. " Kau tidak membantuku sama sekali, bahkan kau baru masuk. Apa yang kau lakukan tadi hyung?"
"Ahhaha...mianhae, eomma meneleponku tadi." Yesung menjadi teringat insiden di depan pintu. "Oh ya Sungmin-ah, apa kau mengenal namja dengan kursi roda yang keluar dari ruanganmu?" tanya Yesung.
"Ne hyung, dia sepupuku. Waeyo?"
"Tadi aku bertemu dengannya di depan pintu dan dia mengataiku pabbo,"
"Pffftt..," terdengar tawa tertahan dari kedua teman Yesung tersebut.
"Wae!" bentak Yesung.
"Aku turut prihatin hyung, semua orang yang mengenalmu pasti pernah mengataimu pabbo...," ejek Kyuhyun, "HAHAHAHA..." tawa Kyuhyun. Sungminpun ikut tertawa.
Dasar dongsaeng kurang ajar. Batin Yesung.
^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^
Pak Hong membantu Ryeowook masuk ke mobil dan mulai menjalankan mobilnya.
"Kita akan pulang atau ke kafe tuan muda?" tanya Pak Hong pada majikannya.
"Pulang," jawab Ryeowook singkat.
"Baik tuan muda," ucap lelaki paruh baya yang sudah melayani Ryeowook dari kecil. Pak Hong menatap sendu Ryeowook dari kaca spion depan. Dilihatnya Ryeowook yang melayangkan tatapan kosongnya ke pemandangan di luar mobil.
Jangan seperti ini tuan muda...jangan bersikap seperti ini...
^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^^o^
Sesampainya di rumah Ryeowook langsung menuju ke sudut ruang yang dibatasi dinding kaca dan menghadap ke taman belakang rumah. Pak Hong dengan setia mengikutinya. Terdapat sebuah grand piano berwarna putih di salah satu sisi ruangan dan rak besar di sisi lainnya yang menyimpan berbagai buku musik dan partitur, serta sebuah meja nakas. Pak Hong mendorong kursi roda Ryeowook menuju grand piano.
"Tuan muda ingin memainkannya?" tanya Pak Hong, berharap Ryeowook mengiyakan pertanyaannya. "Saya akan membantu semampu saya."
"Ne, Pak Hong," jawab Ryeowook dengan seulas senyum tipis yang hanya bertahan sepesekian detik.
Pak Hong membopong Ryeowook kemudian mendudukkannya di kursi depan piano. Sementara Ryeowook menyamankan posisi duduknya, Pak Hong mengambil sebundel partitur piano dan menyerahkannya pada Ryeowook. Dia sendiri duduk di sebelah kanan Ryeowook untuk membantu menekan pedal piano karena kaki Ryeowook tidak lagi bisa melakukkannya. Membuka penutup tuts piano dan menunggu Ryeowook memilih lagu yang akan dimainkan. Lagu bernada sedihlah yang dipilih. Pak Hong sedikit terkejut dengan pilihan namja manis tersebut
"Cuaca hari ini memang agak mendung tuan muda, bagaimana kalau kita memainkan lagu yang lebih ceria untuk merubah suasananya?" saran Pak Hong.
"Pak Hong bisa memainkan lagu yang Pak Hong inginkan setelah aku selesai memainkannya," keukeuh Ryeowook.
"Baiklah tuan muda," ucap Pak Hong mengalah.
Ryeowook mulai memainkan pianonya dibantu Pak Hong. Matanya terpejam mencoba menyalurkan segala rasa rindunya kepada orang tercinta, rasa sakitnya kepada orang yang telah mengecewakannya, rasa marahnya akan sesuatu yang telah terenggut darinya, dan rasa putus asanya terhadap sesuatu yang akan semakin sulit dia gapai. Jari-jarinya yang lentik menari di atas tuts piano menghasilkan alunan indah yang menyayat hati. Bahkan Pak Hong hampir meneteskan air matanya.
Dentingan piano yang sangat melenakan, jika saja Ryeowook tidak membuka matanya secara tiba-tiba dan menghentikan permainannya. Nafasnya tertahan sesaat dan pancaran amarah terlihat di matanya. Tanpa diduga Ryeowook mengambil buku partitur piano dan memukulkannya ke tubuh dan kakinya sambil berteriak pilu. Pak Hong yang terkejut mencoba merebut buku partitur. Setelah buku tebal tersebut berhasil dijauhkan dari tangan Ryeowook, lelaki yang sudah di umur pertengahan 50 itu menarik si namja mungil yang masih berteriak ke dalam pelukannya mencoba menenangkan.
"Ryeowook-ah...cukup Ryeowook-ah...jangan siksa lagi dirimu dengan masa lalu..." ucap Pak Hong disela tangisnya.
"AAAAAAAAARRGGHHHH..." teriakan Ryeowook makin terdengar pilu di pelukan erat Pak Hong hingga akhirnya teriakannya tak terdengar lagi dan tubuhnya melemas. Ryeowook pingsan. Menyisakan sang pelayan yang makin tersedu dalam tangisannya.
TBC
Hello semua, perkenalkan saya penulis baru di ffn. Mencoba membuat fanfic setelah sekian lama menjadi reader ffn. Ini ff pertamaku, jadi saya berharap readers semua berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun. Jika responnya bagus, saya akan melanjutkannya. Terimakasih ^_^
