.
.
I promise, I'll continue our path..
But let me..
Let me spent my time with you..
'till death do us apart..
.
.
Author Ela JungShim presents
An Alternate Universe fanfiction
"Let Me"
Pairing : HoMin (Jung Yunho X Shim Changmin)
Rate : T for now
Length : 1 of 2
Desclaimer : They're belongs to GOD, themselves and DBSK
Warn : TYPO's! Little angst(?)!
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
Sebagaimana biasanya, tepat saat sinar matahari mulai menyinari bumi, Yunho langsung membuka kedua matanya. Dan setelah kesadaran mulai merasuk pasti ke dalam benaknya, dengan segera ia langsung menoleh ke samping dengan panik.
Di sampingnya, terdapat Changmin yang masih tidur dengan lelap, memeluk pinggangnya dengan erat dan melingkarkan kaki jenjang itu dengan miliknya. Baru saat ia melihat dada Changmin bergerak naik-turun—menandakan ada udara yang terhirup dari jalan nafas itu—, Yunho bisa tersenyum lega.
Namun senyum itu berganti dengan ekspresi sedih saat ia melihat pipi Changmin yang kini terlihat tirus. Tanpa sadar tangannya terulur untuk mengelus kulit yang masih terasa halus itu. Mengelusnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Mungkin karena merasakan adanya sentuhan familiar, perlahan tidur Changmin mulai terganggu. Kelopak mata itu perlahan terbuka, dan menampilkan sepasang bambi eyes yang selalu bisa mempesona seorang Jung Yunho.
"Hyung.." panggil namja yang baru saja terbangun itu dengan senyuman yang merekah indah.
Yunho tanpa sadar menahan nafasnya saat melihat senyum itu. Senyum yang bahkan sudah sepuluh tahun ini ia lihat, namun masih saja sanggup menghipnotis dirinya. Membuat jantungnya berhenti sejenak, untuk kemudian berderum dengan kencangnya. Memacu adrenalin cintanya yang semakin lama semakin besar saja.
Secepat kilat ia menyambar bibir itu dan memberikan kecupan kilat di sana. "Pagi, my Changminnie. Bagaimana tidurmu tadi baby? Nyenyak kah?" tanya Yunho dengan penuh perhatian sambil tangannya masih terus mengelus pipi lembut huswifenya itu.
"Nyenyak sih, hyung. Tapi.." Changmin menatap pada jam di atas nakas, dan menatap sebal pada suaminya itu. "Tapi kenapa kau membangunkanku pagi-pagi begini?" keluh Changmin sambil meraih selimut, dan menutupi kepalanya dengan selimut itu. "Aku masih ngantuuukkk~ "
Yunho tertawa kecil dan bergerak turun dari tempat tidur. Kakinya sudah akan menapak lantai sebelum ada tangan yang menahan tubuhnya. Ia memutar tubuh dan menemukan Changmin yang tengah menyembulkan separuh wajahnya dar selimut. Membuat namja itu terlihat sangat imut dengan rambut yang berantakan dan hanya sepasang bambi eyesnya saja yang terlihat.
"Kau mau kemana, hyung?"
Yunho menaikkan satu alisnya. "Kemana lagi? Tentu saja hyung mau cuci muka dan mandi."
Kedua alis Changmin bertaut, dan Yunho berani bertaruh kalau sepasang bibir sintal Changmin pasti tengah cemberut dengan lucu. "No. Kembali ke sini. Aku masih ingin tidur, dan itu berarti hyung harus ada di sampingku." rajuk namja yang sudah mencapai usianya yang ke dua puluh enam itu.
"Dasar manja." ucap Yunho dengan tawa yang menghiasi wajahnya, dan namja yang lebih tua dua tahun itu kembali naik dan memposisikan dirinya di sebelah tubuh namja ramping itu. Ia ikut masuk ke dalam selimut, dan langsung memeluk tubuh kurus itu dengan penuh sayang. Mengusap-usap punggung itu dengan penuh sayang.
Sedangkan Changmin sendiri langsung memeluk pinggang hyungnya, dan menyurukkan wajahnya ke leher kokoh milik sang suami. Menyamankan diri dalam pelukan hangat itu."Hyung, hari ini... apa akan ada yang datang kemari?"
Yunho mengerutkan alisnya saat berpikir."Kurasa tidak, karena kemarin kan baru saja Shim bumonim kesini dan menginap 3 hari bersama dengan keluargaku. Jadi kurasa baru minggu depan mereka mengunjungi kita lagi disini.
"Hmm.. jadi kalau begitu, seharian ini, kita habiskan berdua saja kan, hyung?"
"Of course my baby Changminnie~ " ucap Yunho sambil mengecup dahi Changmin dengan penuh cinta. "Saranghae, baby."
Changmin tersenyum menerima semua perhatian Yunho padanya. "Nado hyung. Saranghae." balas namja itu sambil menghirup aroma khas milik suaminya itu.
"Oh, iya hyung, bagaimana kabar Jihye? Kemarin dia tidak ikut kesini, aku kan kangen dengan adik iparku yang sama cerewetnya denganmu itu."
Yunho terdiam sejenak. Pikirannya mengingat percakapan mereka beberapa hari yang lalu, dan ia hanya bisa menelan rasa sedih. "Ia tak bisa kemari karena ia sedang di tugaskan untuk mengecek beberapa cabang Bank tempatnya bekerja di kota-kota lain. Jadi memang ia sedang sangat sibuk dan tak bisa kemari."
"Hmm... begitu ya. Sayang sekali, padahal aku kan mau memasak bersamanya lagi." keluh namja itu sambil mempoutkan bibirnya dengan manis.
Yunho tersenyum melihat tingkah huswifenya. Dan senyum itu menjadi seringaian nakal saat ada ide bagus berkelebat di dalam otaknya.
Dengan sigap Yunho menyelipkan tangan di punggung dan lutut Changmin.
"Hyaaa! Yunho! Apa yang kau lakukan?!"seru Changmin kaget saat tiba-tiba saja tubuhnya sudah di gendong ala bidal style. Ia langsung mengalungkan lengannya ke leher suaminya itu sebagai pegangannya.
"Changminnie, kalau kau tak bisa masak dengan Jihye, kau harus masak bersamaku~!" sahut Yunho senang sambil menggendong Changmin menuju ke dapur di rumah mereka berdua itu.
"Y-Yah! Aku tak mau! K-kau selalu mengacaukan dapurku kalau kau disana!"
"Aigooo Changminnie, sejak kita tinggal berdua disini kan aku sudah belajar memasak."
"Aku tahu! Tapi kebiasaanmu membuat dapurku jadi kelihatan seperti kapal pecah itu masih saja tak berubah!"
"Hup!" Yunho menurunkan tubuh ringan Changmin di dapur mereka. "Baiklah kalau begitu. Jadi Changminnie yang memasak, dan aku.." Yunho menempatkan diri di belakang Changmin, dan memeluk pinggang huswifenya dari belakang. "..akan memelukmu dari belakang seperti ini sampai kau selesai memasak~!"
Changmin memutar kedua bola matanya, dan akhirnya memutuskan untuk menuruti saja kemauan suaminya itu. "Jadi, kau mau sarapan apa pagi ini, hyung?"
"Hmm..." Yunho berpikir sejenak sebelum ia tersenyum lebar. "Aku mau Soondubu jiggae~!"
Changmin berpikir sejenak sebelum ia menganggukkan kepala. "Oke. Kalau begitu, ambilkan tofu, dan daging apa saja yang ada di kulkas, hyung. Sementara aku akan menyiapkan bahan-bahan lainnya." perintah Changmin sambil mulai membuka almari yang berisikan bumbu-bumbu instan.
.
.
Changmin menghela nafas saat merasakan lengan yang melingkar di pinggang rampingnya itu tak beranjak jua dari tempatnya. "Hyung.."
"Hmm? Wae?" tanya Yunho yang kini malah menyurukkan wajahnya di perpotongan leher Changmin. Menghirup aroma khas milik Changmin yang selalu bisa memabukkannya.
"Bukankah tadi aku menyuruhmu mengambil bahan-bahan dari kulkas?"
"Aku tak mau. Aku maunya terus memelukmu seperti ini." kekeuh Yunho yang malah mengeratkan pelukannya di pinggang Changmin. "...kau jadi semakin kurus saja, baby.." lirih Yunho dengan nada sedih yang tak bisa ia tutupi.
Changmin kembali diharuskan menghela nafas mendengar perkataan Yunho yang membuatnya teringat dengan keadaan mereka, ah, bukan, dengan keadaannya saat ini. Senyum pahit terukir di bibirnya saat ia meletakkan tangannya di atas tangan Yunho. "Waktuku di dunia ini tak akan lama lagi, hyung. Dan saat aku tiada nanti, hyung harus menepati janji untuk kembali ke stage dan meneruskan nama TVXQ! meskipun hyung hanya sendiri."
"Baby, please...kumohon jangan berkata seperti itu. Aku masih belum siap kalau harus kehilanganmu." lirih Yunho dengan suara yang terdengar seperti tengah menahan tangis. "Aku tak siap...dan tak akan pernah siap jika harus kehilanganmu baby.."
.
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
Semua ini bermula ketika T/IME tour, atau lebih bisa di sebut 5 Dome Tour berakhir. Tepat di hari terakhir, di penghujung konser mereka, seluruh mata di sana menjadi saksi nyata ketika maknae dari Tohoshinki itu hilang kesadaran dengan tiba-tiba di atas panggung. Hal yang membuat seluruh orang di sana sontak meneriakkan nama Shim Changmin dengan penuh kekhawatiran.
.
.
.
Leukemia Limfoblastik Akut. Itu adalah diagnosis yang diberikan oleh dokter dari Seoul International Hospital, dan diagnosa itu sudah di tegakkan oleh pengecekan dari Laboratorium patologi, dan juga pengecekan pada kelenjar limpfa miliknya.
Bagai terkena petir di siang bolong, dan seperti dunia telah runtuh seketika. Itulah yang dirasakan oleh Changmin saat ia berada di atas bed pasien, bersama dengan Yunho, mendengarkan setiap kata yang di lontarkan oleh dokter yang merawatnya.
"Jangan bercanda!"
Ia tak bisa melakukan apa-apa saat ia melihat Yunho berseru keras, menghampiri sang dokter dan memberikan satu pukulan kuat pada wajah sang dokter. Tubuhnya kaku, dan pandangannya mulai mengabur oleh air mata yang menggenang... sebelum kemudian air mata itu mengalir deras tanpa bisa terhenti.
.
.
.
Dokter menyatakan bahwa leukemia yang ia derita adalah jenis akut, yang langsung memburuk dengan cepat. Dan buruknya, dengan gejala anemia yang ia alami, penurunan nafsu makan, bengkak di perut dan tangan, dan sering nyeri pada sendi-sendinya setiap malam,—yang selama ini Changmin tak pernah mengambil pusing akan semua hal itu—, sampai kini ia berada pada stadium akhir. Stadium dimana di dalam pembuluh darahnya, jumlah trombositnya sudah di bawah normal, dan leukositnya yang tak normal sudah mulai menyerang organ-organ tubuhnya sendiri.
Sisa waktu hidupnya hanya tinggal enam bulan.
Dan jika ia rutin melakukan kemoterapi, waktu hidupnya bisa di perpanjang hingga satu atau dua tahun.
.
.
.
"Aku ingin menghentikan semua ini."
Yunho menjatuhkan apel dan pisau yang tengah ia pegang, dan dengan perlahan ia menoleh ke arah Changmin yang tengah menatap langit dari jendela kamarnya.
"C-changminnie... apa maksudmu?"
Changmin menghela nafas sejenak, dan ia menoleh ke arah kekasihnya. "Hyung, aku lelah menjalani semua kemoterapi ini. Aku lelah merasakan nyeri dan mual yang teramat sangat setiap kali aku menjalani kemoterapi setiap bulan..." Changmin mengulurkan tangannya, dan mengelus pipi Yunho. "..dan aku lelah melihat kesedihan yang terus berbayang di matamu, hyung." lanjutnya lirih.
"Aku akan mati. Sel kanker yang ada di dalam tubuhku tak berkurang meski sudah menjalani kemoterapi. Itu adalah kenyataan yang sudah bisa aku terima sekarang ini. Sudah enam bulan semenjak waktu itu, dan aku sudah bisa menerima kenyataan bahwa hidupku tak akan lama lagi." lanjutnya dengan nada suara yang tenang, meskipun setitik air mata mulai mengalir dalam keheningan kamar itu.
"Dan aku tak mau hyung... aku tak mau menghabiskan sisa hidupku dengan terus-terusan menjalani kemoterapi dan terpenjara di kamar rumah sakit ini. Aku ingin... menghabiskan sisa hidupku dengan penuh tawa dan kebahagiaan. Bersama dengan orang-orang yang kusayangi... dan terutama bersamamu, hyung."
Dua pasang mata yang kini sudah basah oleh air mata itu saling berpandangan. Changmin menghapus air mata yang mengalir deras dari mata kekasihnya, dan menatapnya dengan penuh permohonan. "Please... hyung..."
.
.
.
Dan... disinilah ia sekarang. Di vila kecil yang berada di pantai pribadi milik Yunho. Mengumumkan pada seluruh dunia kalau ia sedang menjalani perawatan yang harus di lakukan di tempat terpencil yang memiliki udara bersih, dan vakum dari seluruh kegiatan TVXQ!. Dan mengasingkan diri berdua dengan Yunho disini.
Yunho.
Orang yang sangat berharga baginya.
Dan tak ada yang lebih membuatnya bahagia selain menjalani sisa waktu hidupnya, merajut kenangan indah bersama orang yang dicintai.
Oke, bohong kalau ia tak merasa takut akan kematian yang semakin mendekat. Bohong kalau ia tak merasa kesal dengan keadaannya. Dengan penyakit yang kini menyerang tubuhnya dengan semakin kuat. Dengan sisa hidupnya yang tak akan lama lagi.
Tentu saja ia takut. Ia hanya manusia biasa. Yang punya rasa takut. Kematian itu akan terasa seperti apa? Menyakitkankah? Dan.. apa yang akan ia hadapi setelah kematian itu mendatanginya?
Marah. Itu pasti. Ia marah, mengapa Tuhan memberikannya penyakit mematikan macam ini. Yang bahkan kemoterapi tetap saja tak sanggup menghilangkan sel kanker yang sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Apa kesalahan yang sudah ia perbuat di kehidupan sebelumnya, hingga ia harus merasakan setiap rasa sakit yang diakibatkan sel kanker itu di dalam tubuhnya.
Ia sudah menangisi semuanya. Awal ia menginap di ranjang rumah sakit, saat rasa sakit yang sangat tak tertahankan itu menyerang, ia menangis. Menangisi mengapa ini semua harus terjadi pada dirinya. Menangisi ketakutannya akan kematian. Menangisi waktunya yang tak akan lama lagi. Menangisi kemarahannya pada Tuhan, yang tak ada gunanya, karena penyakit ini sudah bersarang di dalam tubuhnya. Menangisi kenyataan bahwa sebentar lagi ia akan mati.
Namun tangisnya semakin keras saat ada tangan yang menggenggam erat tangannya. Dan disanalah ia. Yunho hyung. Dengan mata merah dan membengkak. Dengan air mata yang sama deras mengalir di pipinya. Membuatnya makin menangis dengan keras karena ia akan pergi meninggalkannya. Meninggalkan ia yang tercinta.
Dulu ia mengira, antara yang meninggalkan dan yang ditinggalkan, pasti akan lebih sakit bagi yang ditinggalkan. Tapi sekarang ia tahu kalau itu salah. Kedua-duanya sama-sama sakit. Sama-sama sedih. Sama-sama terluka.
Tak ada yang lebih menyakitkan, menyedihkan.. selain meninggalkan orang kau cintai. Tahu bahwa takdir yang tak bisa diubah lagi, memaksamu meninggalkan pasangan jiwamu. Tahu bahwa separuh dirimu tak akan bisa utuh lagi jika kau terpisah dengannya. Tahu bahwa kaulah yang menyebabkan orang yang kau cntai juga merasakan kesakitan yang sama...
Dibandingkan kesedihan dan rasa sakit yang ia rasa, lebih sakit saat melihat orang yang kau cintai ikut merasakan hal itu juga. Sesak saat kau melihat air mata mengalir deras di pipinya. Sedih melihat tatapan matanya memancarkan sakit dan perih yang nyata. Sakit membayangkan apa yang akan terjadi kalau ia meninggalkannya..
Karena itulah ia bangkit. Yang kini ia pedulikan hanyalah apa yang akan terjadi pada Yunho hyung jika ia pergi begitu saja. Ia tak mau kalau sampai hyung terpuruk setelah ia pergi. Tak mau kalau ia sampai berpikir pendek dan mengakhiri hidupnya sendiri demi menyusulnya. Tidak. Yunho hyung punya masa depan yang cerah. Bakat dan kemampuan dance-nya sudah terkenal di penjuru dunia. Ia memiliki selera humor yang baik. Sikap low profile yang cara berbicara yang membuat orang-orang suka padanya. Jalan hidup hyungnya masih panjang. Tak seperti sumbu hidupnya yang sudah hampir habis. Karena itu ia memilih untuk menghabiskan waktunya berdua dengan Yunho.
.
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
Changmin tersenyum pahit mendengar ucapan suaminya itu. Ia meletakkan tangannya di atas tangan Yunho yang melingkari pinggangnya. Mengusap-usapnya dengan gestur yang menenangkan.
"Hyung, cepat atau lambat semua manusia akan mati. Begitupun denganku." Namja yang lebih muda dua tahun itu memutar tubuhnya hingga kini ia berhadap-hadapan dengan namja yang sudah berstatus resmi sebagai suaminya. "Tapi sebelum ajal menjemput, aku mau makan dulu, karena sekarang ini aku jadi lapar. Jadi lebih baik kau segera mengambil bahan-bahan yang aku butuhkan, idiot Jung." tambah Changmin sambil mendorong keras tubuh Yunho hingga namja itu terhuyung ke belakang.
"Yah! Baby! Aku ini tidak idiot!" seru Yunho tak terima. Namun akhirnya namja itu menuruti pula perintah huswifenya. Ia tahu, ini cara Changmin agar mereka tak berlarut-larut dalam suasana sedih.
Ia berjalan ke kulkas dan membukanya. "Nyonya Jung, bahan-bahan apa saja yang harus hamba ambilkan untuk anda? Di sini ada tofu, daging sapi, fillet ayam—Aaww! Yah! Baby! Kenapa kau melemparku dengan sendok?!"
"Siapa yang kau panggil dengan Nyonya Jung tadi, hah?!"
"Tentu saja itu kau, my baby. My Changminnie. Nyonya—Okay! Okay! Jangan lempar aku dengan penggorengan itu, oke? Aku tak akan memanggilmu begitu lagi, baby."
Changmin mendengus kesal melihat tingkah suaminya itu. "Ambil saja tofu dan daging sapinya. Lalu sekalian ambilkan jarum tiram dan juga telur."
"Siap melayani perintah, Nyonya Jung." ucap Yunho sambil dengan sigap mengeluarkan semua bahan-bahan yang diminta huswifenya.
"Yah! Jung Yunho—" ucapan Changmin terhenti saat sepasang lengan kekar milik Yunho sudah melingkar manis di pinggangnya.
"Yes, baby?" sahut Yunho yang kini dengan senang hati memeluk Changminnya itu. Meletakkan kepalanya di ceruk leher namja yang lebih muda dua tahun darinya.
"Haaahhh.. terserahmu sajalah, hyung." kalah Changmin yang kini harus menerima saja kalau ia harus memasak dengan Yunho yang terus memeluknya seperti ini.
Sebuah senyum kecil tersungging manis di bibirnya.
.
.
.
.
~TBC~
Annyeooong~!
Nunuuuuu (KyaryHime), this ff for you baby~ Are u happy? Seharusnya ini ffnya oneshot, tapi karena panjang, akhirnya aku potong di sini dulu~ Di tunggu aja kelanjutannya ya...
