A Little Secret

Disclaimer : I own the story. Others? Not mine. Secret Garden © SBS.

Warning : AU. DON'T LIKE, DON'T READ! Shounen Ai, Yaoi, Typo, OOC dan OOC, dll, dkk, dst

.

.

Enjoy It!

#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#

.

.

Jika dulu Kakashi pernah tidak mengerti kenapa tuan mudanya diam saja menerima kemarahan 'Naruto' saat mereka di kantor polisi, kali ini manager itu sama tidak mengertinya ketika melihat sang tuan muda hanya diam mendengarkan semua makian dan luapan emosi seorang Hyuuga Neji.

Ini memang bukan pertengkaran pertama yang dialami keduanya, dan Kakashi tahu itu, tapi ini pertama kalinya ia diminta oleh sang tuan muda untuk tidak menengahi dan ini juga pertama kalinya ia melihat Neji sangat emosi hingga sempat menarik kerah kemeja sang Uchiha.

"Kenapa kau tidak memberitahuku tentang hal itu, Sasuke? Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau Gaara menjiplak lagu orang lain?" tanya Neji dengan nada kesal yang kentara.

Sasuke menatap iris lavender sahabatnya selama beberapa detik sebelum menolehkan kepala untuk menatap manager-nya yang masih berdiri tak jauh dari sisi meja kerjanya.

"Kau pergilah, Kakashi. Pantau terus perkembangan berita yang membahas masalah Gaara."

"Baik, tuan muda."

Sasuke menggenggam kedua tangan Neji dan melepaskan cengkraman erat sang Hyuuga di kerah kemejanya.

"Kau percaya berita itu? Bukankah kau rekan duetnya? Kau yang membawanya kesini untuk menemuiku, jadi seharusnya kau lebih tahu siapa dia sebenarnya dan tidak memandangnya serendah itu," balas Sasuke tajam.

Neji melemparkan death glare kepada lelaki yang masih bisa duduk dengan tenang di hadapannya. Ia memang rekan duet Gaara, tapi itu bukan berarti ia mengetahui siapa Gaara sebenarnya. Dan masalah kepercayaan, tentu Neji mempercayai pemuda yang sudah dianggapnya sahabat itu. Tapi berita yang beredar di media tentu bisa menggoyahkan kepercayaan siapapun terhadap apapun, bukan?

"Apa yang kau dengar tadi... Ya, Orochimaru memang menghubungiku beberapa saat setelah konsermu selesai. Selain seorang wartawan biasa, nyatanya lelaki itu juga adalah seorang paparazzi ulung sehingga wajar saja kalau dia tahu mengenai lagu yang diberikan Gaara padamu."

"Dia menghubungimu? Lalu kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Karena aku merasa tidak perlu melakukannya. Kalau saja beberapa menit yang lalu kau tidak masuk ke ruang kerjaku ini, aku yakin kau hanya akan menganggap hal ini sebagai skandal biasa," jawab Sasuke tenang sembari meraih sebuah file berwarna hitam dan membukanya.

Neji menahan diri untuk tidak melangkah maju dan meluapkan emosinya dengan menghadiahi lelaki dihadapannya sebuah bogem mentah. Benar, Sasuke adalah sahabatnya, tapi saat ini mereka sedang berada di Rookie Nine, dan itu berarti status Sasuke saat ini adalah sebagai produsernya. Neji bukanlah seorang artis baru yang tidak bisa membedakan bagaimana cara melihat seseorang secara profesional.

"Aku tidak tahu apakah aku melakukan hal yang benar dengan memberikan semua ini kalau ini bisa menunjukkan betapa bodohnya kau menilai Gaara..." Sasuke menggantung kalimatnya sembari menyodorkan file yang tadi sempat dibacanya beberapa saat.

"Apa itu?"

"Semua informasi yang berkaitan dengan masalah ini," Sasuke mengangkat file ditangannya sedikit lebih tinggi. "Aku tidak memaksamu untuk membacanya karena aku yakin kau akan menyesal setelah mengetahui semuanya, tapi aku ingin kau memegang ini."

Neji memandang file hitam mencurigakan dan wajah sang sahabat secara bergantian sebelum akhirnya menerima benda itu dan menggenggamnya erat.

"Kalau tidak ada lagi yang ingin kau lakukan, aku ingin kau segera pergi karena aku masih harus membereskan masalah ini dengan Hidan".

Neji kembali menatap sahabatnya beberapa saat sebelum berbalik dan mulai melangkah mendekati pintu. Sasuke menaikkan alis ketika melihat lelaki berambut coklat panjang itu berdiri di ambang pintu yang sudah terbuka.

"Aku ingin tahu apa yang sedang kau lakukan untuk mencegah Hidan agar tidak membuat semua ini menjadi lebih rumit, Sasuke," tuturnya tenang.

"Sama seperti yang biasa aku lakukan untuk menutup mulut para paparazzi semacam dia," Sasuke mengangkat bahu.

"Kau memberinya uang? Berapa banyak yang dia minta?"

"Kenapa aku harus memberitahumu? Kau tidak perlu membantuku mengeluarkan biaya itu karena Gaara sudah menitipkan jumlah uang yang lebih dari cukup untuk menutupi masalah yang dia timbulkan."

Neji membulatkan mata dan menoleh ke arah Sasuke yang kini sedang sibuk menatap kertas-kertas yang berserakan di meja kerjanya.

"Gaara tahu kalau hal ini akan terjadi. Dia melampirkan selembar cek bersama kertas-kertas partitur yang dia kirimkan ketika meminta bantuanku mengaransemen lagu itu untukmu."

.

-0-

.

Naruto membatalkan niatnya untuk membalas ucapan lawan bicaranya ketika matanya menangkap sosok familiar yang baru saja duduk di depan counter bar tempatnya bekerja. Si pemuda pirang juga menatap file hitam di atas meja yang baru saja dihempaskan sang pelanggan.

Naruto kembali menatap lawan bicaranya sebelum melemparkan pandangan ke arah lelaki yang baru saja datang.

"Berikan aku sebotol sake," tutur sang pelanggan yang langsung mendapat pandangan heran dari sang bartender.

Naruto menaikkan bahu dan memutuskan untuk memenuhi permintaan pelanggan setianya. Ia tidak tahu kapan terakhir kali Neji datang dan minum di pub, yang jelas ia sama sekali tidak menyangka akan kedatangan pemuda Hyuuga itu malam ini.

Neji menarik napas panjang dan memperhatikan botol kecil yang disodorkan Naruto di hadapan wajahnya. Ia kembali menarik napas panjang dan meraih minuman yang ia pesan, bersiap untuk meneguknya.

"Hyuuga Neji?"

Lelaki yang dipanggil menengokkan kepala dan menganggukkannya satu kali sebelum benar-benar meneguk minumannya.

"Apa aku mengenalmu?" tanya Neji dengan alis terangkat.

Lelaki yang beberapa saat lalu memanggilnya hanya tersenyum dan menggeleng, dan Neji merasa ia pernah melihat senyum itu. Tapi ia tidak ingat dimana dan kapan.

Naruto memutuskan untuk keluar dari counter bar dan melangkah menuju dua orang pengunjung yang masih ada di pub untuk memberitahu mereka bahwa ia akan segera menutup tempat itu.

"Kita belum pernah bertemu, tapi kurasa kau mengenal adikku dan berteman baik dengannya."

Neji kembali menolehkan kepala, masih dengan alis terangkat. Adik? Apa lelaki ini adalah salah satu kakak dari rekan kerjanya? Siapa?

Lelaki asing itu kembali tersenyum sebelum memutar kursi yang ia duduki agar duduk berhadapan dengan pemuda yang lebih muda darinya. Ia mengulurkan sebelah tangannnya kepada Neji.

"Sabaku no Kankuro."

"Hyuuga Neji," balas Neji sembari menjabat tangan yang terulur padanya.

"Aku adalah kakak Gaara," tutur Kankuro sembari menarik kembali tangannya.

Neji membulatkan mata dan menatap sosok di hadapannya dengan terkejut. Pantas saja ia merasa pernah melihat senyum yang disunggingkan Kankuro. Ternyata ia menyadari kemiripan sang Sabaku dengan mantan rekan duetnya.

Tunggu. Lelaki di hadapannya ini adalah kakak Gaara? Neji kembali membulatkan mata.

"Sebelum kau berkata apapun, ijinkan aku memberitahumu kalau saat ini aku sama sekali tidak mengetahui keberadaan adikku satu-satunya itu."

Neji menghela napas panjang. Harapannya untuk mengetahui keberadaan pemuda yang seminggu lalu menghilang kini kandas sudah.

"Tapi aku datang kemari memang untuk bertemu denganmu," tambah Kankuro yang sudah kembali duduk menghadap counter bar.

"Kau ingin bertemu denganku?"

"Ya. Ada yang harus kuceritakan padamu. Tentang Gaara."

Neji menatap botol sake-nya yang tinggal terisi separuh. Ia tidak tahu apakah harus membiarkan lelaki disampingnya menyampaikan apa yang ingin dia ceritakan atau pergi meninggalkan pub sekarang juga.

"Lebih baik kalau kau langsung memberitahunya, niisan. Kurasa dia sudah cukup bingung dengan semua hal yang terjadi," cetus Naruto yang kini duduk dihadapan dua sosok yang tidak asing baginya.

Sang pemuda berambut coklat panjang menghela napas panjang sebelum menganggukkan kepala, memberi tanda untuk Kankuro untuk memulai ceritanya. Bagaimanapun juga ia harus mendengar apapun yang dikatakan lelaki itu kalau ia ingin menemukan jalan keluar dari kebingungan yang melandanya selama seminggu terakhir.

"Apa yang kau tahu tentang lagu yang Gaara berikan padamu?"

Neji mengangkat bahu dan menggelengkan kepala. Yang ia tahu, ia kini sedang terjebak di dalam kasus penjiplakan karena lagu yang diberikan Gaara padanya, dan selebihnya ia tidak tahu apa-apa lagi. Sang Hyuuga melirik file yang ia letakkan di counter bar.

Naruto memandang langganan tetapnya dengan kedua alis terangkat. Neji tidak tahu apapun? Lelaki di hadapannya tidak tahu apapun tentang hal yang sedang menimpanya? Entah ia harus memuji kepandaian Gaara menyembunyikan semua hal dari Neji atau ia harus mengasihani Neji karena tidak diberitahu apapun oleh sahabatnya.

"Seperti yang kau tahu, beberapa tahun yang lalu lagu yang mirip dengan lagu yang kau nyanyikan di mini konsermu pernah dibawakan oleh seorang penyanyi wanita. Lagu itu bahkan masuk ke dalam album indie milik gadis itu."

Neji mengangguk. Apa yang Kankuro katakan memang sama seperti berita yang ia baca di media.

"Apa kau tahu siapa pencipta lagu yang dibawakan gadis itu?"

Neji menggeleng dan kembali meneguk sake-nya perlahan.

"Lalu, apa kau tahu siapa gadis yang menyanyikan lagu itu?"

Neji kembali menggeleng. Ia memang penyanyi, tapi bukan berarti ia mengetahui semua lagu yang sedang booming di masyarakat, 'kan? Terlebih itu adalah lagu indie, jadi ia tidak begitu mengenalnya.

Naruto mengerang frustasi dan mengacak rambutnya kesal, membuat tatanan yang rapi kini berubah abstrak. Kenapa lelaki dihadapannya ini tidak tahu apapun? Sebenarnya apa saja yang Neji tahu tentang sahabatnya?

"Aku tidak percaya kau mengaku sebagai sahabat dari sahabatku tapi kau tidak mengetahui apapun tentangnya," cetus Naruto disertai helaan napas lelah. "Aku bahkan yakin kalau kau tidak tahu kalau Gaara memiliki kakak," gumamnya kemudian, membuat Kankuro menahan tawa melihat ekspresi hopeless yang ditunjukkan si pemuda pirang.

"Yang menciptakan lagu itu adalah Gaara, dan gadis yang menyanyikannya adalah Temari, kakakku yang notabene juga kakak Gaara."

Dan Neji tidak bisa menahan diri untuk tidak menolehkan kepala dan menatap lelaki yang baru saja mengungkapkan fakta mengejutkan tadi. Neji benar-benar tidak menyangka apa yang dikatakan Kankuro. Jadi sebenarnya Gaara yang menciptakan lagu itu? Bukan gadis bernama Temari?

"Gaara yang menciptakan lagu itu, tapi ia mencantumkan nama Temari di bagian pencipta karena lagu itu memang hadiah darinya untuk Temari," papar Kankuro tenang.

Naruto terlihat sedikit menundukkan kepala ketika nama Temari meluncur dari mulut lelaki yang sudah dianggapnya sebagai salah satu kakaknya. Dan Neji menyadari gestur sang Uzumaki.

"Kalau benar lagu itu ciptaan Gaara, lalu kenapa Temari tidak muncul dan membela adiknya?" tanya Neji tidak mengerti.

"Bagaimana bisa Temari membela Gaara kalau dia saja tidak bisa lagi menampakkan wujudnya di dunia?" tanya Kankuro disertai senyum tenang. Dan Neji bisa menebak dengan baik apa arti dari ucapan tadi.

Keadaan berubah hening dan kaku. Naruto sibuk memperhatikan kesepuluh jarinya sementara Neji memperhatikan file yang diberikan Sasuke. Kankuro sendiri tampak mengangkat sloki-nya dan menghabiskan minumannya sekali tenggak.

"Aku hanya ingin memberitahumu kalau semua hal yang menimpamu sebenarnya sama sekali bukan hal yang besar. Yang terpenting kau tahu kalau kau tidak menyanyikan lagu yang dijiplak dari karya orang lain dan kau tidak memiliki pemikiran yang salah tentang semua yang terjadi," ungkap Kankuro.

"Tapi semua orang sudah memiliki pemikiran yang salah di kepala mereka. Jangankan melindungi Gaara dan Sasuke yang jelas-jelas tercoreng namanya karena skandal ini, aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri," Neji menarik napas panjang.

Kankuro kembali tersenyum dan menjauhkan sloki dari jangkauannya. Ia tidak mau menghabiskan waktu di pagi hari besok dengan mengalami hangover.

"Aku tahu Gaara tidak akan membeberkan apapun tentang hal ini, dan itulah alasan kenapa aku datang untuk menemui Naruto. Baru saja aku meminta bantuannya untuk mempertemukan kita, tapi ternyata aku bisa bertemu langsung denganmu. Aku senang Gaara memiliki teman dekat sepertimu, Neji."

"Dan aku senang memiliki partner dan sahabat seperti adikmu, Kankuro."

"Tentu saja kau senang, kau 'kan menyukainya," cibir Naruto. "Apa?" tanyanya ketika melihat Neji melemparkan tatapan tajam.

Kankuro melepaskan tawa, membuat Neji mengarahkan pandangan padanya.

"Kau tenang saja, aku sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Tidak ada yang keberatan dengan hal itu sebenarnya—kecuali ayahku, tentu saja," ungkapnya ringan.

"Ayahmu?" Neji mengerutkan dahi. Naruto kembali menghela napas frustasi.

"Serius, sebenarnya apa saja yang kau bicarakan ketika bersama dengan Gaara? Kenapa kau bisa tidak mengetahui apapun tentangnya, Hyuuga Neji?"

"Jangan salahkan aku. Sejak awal Gaara memang orang yang tertutup, dan dia memang tidak pernah menyinggung hal apapun tentangnya kalau tidak kupaksa," gumam Neji membela diri.

"Gaara memang orang yang seperti itu, jangan khawatir, Neji," Kankuro tersenyum. "Apa yang dia katakan sebagai alasannya untuk selalu bepergian?"

"Dia hanya berkata kalau dia tidak suka menetap di satu tempat dalam jangka waktu yang lama," Neji menjawab seingatnya.

"Apa kau tahu kenapa dia tidak suka?"

"Tidak. Dia tidak memberitahuku dan aku tidak menanyakannya karena kupikir dia adalah pemuda yang senang bepergian. Semacam backpacker," Neji menganggukkan kepala, membenarkan ucapannya sendiri.

"Dia tidak berbohong, tapi alasan yang lebih tepat kenapa dia tidak suka adalah karena kehadiranku. Jika dia menetap di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama, maka aku akan bisa menemukannya dan kami akan bertengkar hebat—aku akan berusaha menyeretnya pulang, dan dia akan bersikeras tetap meninggalkan rumah. Yah, semacam itulah."

"Sebelum kau bertanya, aku akan memberitahumu. Sabaku-sama tidak menyukai kenyataan kalau putra bungsunya adalah seorang gay, dan dia selalu menjodoh-jodohkan Gaara dengan putri dari rekan-rekan bisnisnya. Kau tahu sendiri bagaimana keras kepalanya Gaara, jadi dia memutuskan untuk meninggalkan rumah di akhir masa SMA-nya," papar Naruto lengkap.

"Tapi kurasa ayah sudah bisa menerima kenyataan tadi. Itulah kenapa aku tidak memiliki hambatan untuk melacaknya."

"Maksudmu Sabaku-sama adalah orang yang membantumu menemukan Gaara?" tanya Neji.

"Tidak secara langsung, tapi ia meminta rekan bisnis dan para pegawainya untuk memberitahukanku kalau mereka melihat Gaara. Ayahku terlalu keras kepala untuk ukuran seseorang di usianya sekarang."

"Ah, aku akan memberitahu Sabaku-sama tentang ucapanmu tadi, niisan."

Neji mendengus geli mendengar candaan diantara dua orang yang tengah bersamanya kini.

.

..

-0-0-0-

..

.

"Aku tidak membutuhkannya."

"Hn?"

Neji kembali menyodorkan file hitam kepada pemuda yang sedang menikmati sarapannya.

Sasuke menggelengkan kepala dan kembali menyantap makanan di hadapannya, sama sekali tidak mempedulikan sosok yang sudah mengganggu waktu pribadinya.

"Kemarin aku datang ke pub dan aku bertemu dengan Kankuro," tutur Neji yang kini duduk bersebrangan dengan sang Uchiha. File yang sejak tadi dipegangnya tampak tergeletak di atas meja.

"Kau sudah bertemu dengannya?" tanya Sasuke, membuat Neji mengerutkan dahi.

"Kau mengenal Kankuro?" balasnya.

"Tidak, hanya semalam Naruto datang kemari bersamanya. Aku sudah bertemu dan bicara dengannya."

"Kalian bertemu? Apa yang kalian bicarakan?"

"Menurutmu?" Kini giliran Sasuke yang mengerutkan dahi. "Kami membicarakan masalah penjiplakan ini, tentu saja. Kankuro akan membantu kita membereskan semuanya, tapi ia meminta kita untuk tidak menyinggung nama Gaara."

Tidak menyinggung nama pemuda berambut merah itu? Bagaimana cara menyelesaikan semua masalah ini tanpa menyebut nama orang paling penting yang ada dibalik semuanya? Neji menatap lawan bicaranya dengan pandangan tidak paham.

Setelah memberitahu bahwa Gaara dan Temari adalah saudara kandungnya, Kankuro juga memberitahunya beberapa hal lain yang berkaitan dengan adik bungsunya.

Kini Neji tahu benar kenapa Gaara bersikap dingin dan tertutup kepada kebanyakan orang—karena ia tidak ingin 'membahayakan diri' dengan menunjukkan keberadaannya kepada Kankuro. Kini Neji juga tahu kenapa Gaara tidak menyukai dunia entertain—karena meninggalnya sang kakak pertama, Temari, diberitakan dengan sangat tidak benar oleh media. Dan kini Neji tahu pasti kenapa Gaara tidak menunjukkan perasaan yang dia miliki kepadanya—karena Gaara tidak mau membuat sang ayah merasa lebih kecewa dengan kenyataan mengenai masalah ketertarikannya.

Tentang hal pertama tentunya sudah dijelaskan oleh Kankuro di pertemuan mereka kemarin. Gaara, yang memutuskan untuk keluar dari rumah, terus menghindari sang kakak dan selalu berusaha sekeras mungkin untuk tidak sampai meninggalkan jejak kemana pun ia pergi. Alasannya? Sederhana, karena si bungsu Sabaku belum mau kembali ke kediaman keluarganya dan menemui sang ayah hanya untuk melihat kekecewaan di wajah lelaki itu.

Mengenai kematian Temari, Neji sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana sakit hatinya keluarga Sabaku dengan pemberitaan di media. Seperti yang sudah dikatakan Kankuro, Temari adalah seorang penyanyi indie, namun begitu namanya sudah dikenal di kalangan remaja Tokyo.

Gadis yang tahun ini seharusnya berusia duapuluh tujuh tahun itu meninggal karena kecelakaan mobil saat ia tengah menuju lokasi sebuah festival musik yang diadakan di luar kota. Lalu bagaimana bisa kematiannya diberitakan dengan sangat tidak benar?

Semuanya berawal dari terbongkarnya identitas kekasih Temari, Deidara—yang meninggal tepat satu minggu sebelum Temari—meninggal akibat overdosis mengkonsumsi obat tidur. Deidara sendiri dikenal sebagai seorang pemain band indie yang aktif dan sudah dikenal remaja Tokyo selama tiga tahun belakangan—pada saat itu.

Hubungan kedua musisi muda ini sendiri awalnya tidak diketahui orang banyak, tapi hal itu berubah saat mereka terlihat tengah makan malam berdua sebanyak beberapa kali diluar kegiatan musik yang mereka jalani.

Kematian Deidara sendiri, menurut keluarga dan teman-teman dekatnya, murni akibat kecelakaan. Band tempat lelaki yang saat itu berusia duapuluh lima tahun itu memang sedang dilanda perpecahan akibat vokalis mereka yang memutuskan untuk keluar dan membentuk band baru di bawah sebuah label, dan akibatnya Deidara mengalami stress yang membuatnya mengidap insomnia cukup parah.

Walaupun pihak keluarga dan kerabat bahkan hasil visum mengatakan kejadian tersebut sebagai sebuah kecelakaan, tetap saja ada beberapa pihak yang berpendapat dan menghembuskan kabar lain. Beberapa diantaranya mengatakan bahwa kematian Deidara bukan hanya akibat stress dari band-nya, tapi juga dari kabar Temari yang menjalin hubungan dengan salah seorang model dibelakangnya.

Kabar kedekatan Temari dengan pemuda bernama Kabuto itu sendiri mencuat ketika mereka dipasangkan sebagai model untuk sebuah majalah remaja. Ya, selain sebagai penyanyi indie, Temari juga merupakan seorang model remaja kala itu. Baik Temari maupun Kabuto memang tidak menyangkal kedekatan mereka, tapi dengan tegas putri satu-satunya di keluarga Sabaku itu menyangkal rumor tentang hubungan khususnya dengan sang partner.

Kecelakan yang menewaskan sang Sabaku sulung terjadi akibat keadaan jalan yang licin dan cuaca yang berkabut sehingga menyebabkan jarak pandang memendek. Temari yang saat itu mengendarai mobilnya sendirian tidak bisa mengenalikan kendaraannya yang selip. Mobil yang tidak terkendali sempat menabrak pembatas jalan sebelum akhirnya menabrak tikungan. Dan akibat benturan keras yang terjadi, tubuh Temari terjepit bagian depan mobil.

Gaara, orang pertama yang mendapatkan kabar mengenai kecelakaan kakak sulungnya, hanya bisa membeku dan diam selama lebih dari sepuluh menit di ruang tamu dengan posisi menggenggam gagang telepon erat-erat. Dan ketika ia diberitahu beberapa menit kemudian bahwa kakaknya 'pergi' saat dilarikan ke rumah sakit, pemuda yang saat itu masih duduk di bangku kelas dua SMA itu hanya bisa terisak.

"Jadi... Apa yang mau kau lakukan sekarang?"

Pertanyaan Sasuke sukses membuat Neji kembali ke alam sadar. Ia menatap sahabatnya yang sedang menghabiskan potongan sandwich-nya selama beberapa saat.

"Apa yang kau harapkan?" Ia memutuskan untuk balik bertanya.

"Harapanku sama sekali tidak penting, Neji. Apa yang kau harapkan?"

Neji menatap permukaan meja. Apa yang ia harapkan setelah mengetahui semua hal mengenai Gaara? Apa yang ia harapkan setelah memahami pemuda itu?

"Aku tidak memaksamu untuk melakukan apapun, tapi kurasa kau harus mencarinya dan mengatakan apa yang ingin kau katakan," Sasuke mendorong piringnya yang sudah kosong.

"Apa yang ingin aku katakan?"

Sasuke menatap lelaki yang masih menatap permukaan meja dan mengerlingkan mata bosan. Ia meraih gelasnya dan menghabiskan separuh jus yang telah disediakan.

"Setidaknya kau harus berterima kasih karena dia sudah memberikan lagu itu padamu tanpa meminta kompensasi apapun. Kau tahu 'kan lagu itu menyimpan kenangan yang tidak begitu menyenangkan untuknya? Tidak mudah bagi Gaara untuk membuka lagi lembaran kelam dan mengambil sesuatu dari sana."

Neji tentu sahu hal itu. Ia memang sudah berterima kasih kepada Gaara saat pemuda itu menyumbangkan lagu ciptaannya untuk mini konsernya, tapi kenyataan yang dipaparkan Kankuro kemarin membuatnya merasa bahwa kata 'terima kasih' tidaklah cukup untuk mengapresiasi keputusan Gaara memberikan lagu itu padanya.

"Dan kurasa dia memiliki hak untuk mengetahui perasaanmu padanya. Aku tahu kau mencintainya dan aku yakin kau tahu bagaimana perasaannya padamu."

Ucapan tadi berhasil membuat Neji mengangkat kepala dan kembali menatap sang Uchiha bungsu.

"Kau tahu? Kau tahu kalau aku memiliki perasaan itu padanya?"

"Aku menjadi sahabatmu bukan tanpa alasan, Neji," Sasuke kembali mengerlingkan mata. "Kalau kau berharap aku tidak mengetahuinya, seharusnya kau berusaha lebih baik untuk menutupi perasaan sukamu padanya."

Sang Hyuuga muda terlihat memijat pelipisnya pelan. Kini ia mulai bertanya-tanya, selain Naruto dan Sasuke siapa lagi orang yang menyadari perasaannya kepada Gaara? Kenapa ia tidak sadar kalau selama ini dua orang terdekatnya itu sudah mengendus perasaannya?

"Lagipula, selain itu, kurasa kau harus berusaha merubah image dunia entertain di matanya. Aku tidak akan memungkiri kalau banyak hal negatif yang terjadi di bidang ini, tapi aku juga tidak mau orang berbakat seperti Gaara terus memelihara pandangan buruk terhadap kita."

Tanpa diberitahu pun Neji tentu tidak ingin Gaara terus memiliki dan menyimpan penilaian buruk mengenai lapangan tempatnya bekerja. Ia tidak mau Gaara terus membenci dunia entertain karena sudah merusak nama sang kakak.

Tidak cukup dengan menghembuskan kabar tidak menyenangkan mengenai kematian Deidara, orang-orang dan pers lokal juga menghembuskan kabar yang tidak jauh berbeda dengan kematian Temari. Walaupun semua bukti menyatakan kalau kematian sang Sabaku sulung murni meninggal akibat kecelakaan, tapi banyak yang menyangkut pautkan hal itu dengan kematian sang kekasih.

Banyak yang beranggapan kalau kecelakaan itu sengaja dilakukan Temari karena ia merasa bersalah dan bertanggung jawab atas kematian Deidara, dan hal itu hanya membuat Gaara mendengus geli. Sebagai adik kesayangan sang kakak, ia tahu pasti bagaimana hubungan Temari dan Deidara. Gaara tahu semua hal mengenai pasangan kekasih itu dan ia bisa menjamin kalau anggapan yang dikeluarkan orang-orang tadi sama sekali tidak benar.

Tapi yang membuat Gaara makin tidak menyukai dunia entertain bukan hanya karena para pekerjanya sudah menghembuskan kabar negatif seputar kematian Deidara dan anggapan kematian sang kakak yang sudah disebutkan di atas, melainkan karena pers menghembuskan kabar mengenai kecelakaan kakak sulungnya yang diduga terjadi karena Temari mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Tidak berhenti sampai disitu, beberapa pekerja di media bahkan ada yang sampai menduga sang penyanyi muda meninggal karena berkendara dengan keadaan fly.

Dan kabar itulah yang berhasil menekan pelatuk amarah sekaligus pelatuk kebencian seorang Sabaku no Gaara. Adik mana yang tidak marah mendengar orang-orang berspekulasi mengenai kematian kakaknya yang seperti itu?

"Jadi, apa yang akan kau lakukan? Apa kau berniat mencarinya?" tanya Sasuke memecahkan keheningan.

"Apa aku harus melakukannya?"

"Menurutmu?"

"Entahlah. Aku tidak yakin bisa menemukannya," Neji menghela napas panjang.

"Dulu kau bisa 'mendapatkannya'. Kau juga bisa menahannya berada disini lebih lama dari yang seharusnya. Aku yakin kali ini kau juga bisa menemukannya."

"Yang jadi masalah sebenarnya bukan itu, Sasuke."

"Hn?" Sasuke menaikkan alis.

"Yang aku pertanyakan sejujurnya bukan mengenai 'Apakah aku bisa menemukan Gaara?', tapi lebih kepada 'Apa Gaara mau ditemukan olehku?' Aku tidak yakin apakah dia ingin aku menemukannya setelah aku mengetahui semua hal tentangnya. Aku bahkan tidak tahu apakah dia membenciku atau tidak karena aku bekerja di dunia yang sama sekali tidak dia sukai."

Sasuke membalas tatapan sang sahabat selama beberapa saat dan ia bisa melihat keraguan sekaligus ketakutan disana. Lelaki berambut raven itu memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan bersiap meninggalkan ruang makan di kamar apartemennya.

"Kau tahu, kurasa dia sudah memperkirakan semua ini akan terjadi. Dia juga sudah memperkirakan kedatangan kakaknya ke Tokyo untuk menyelesaikan masalah yang dia buat. Dan kurasa dia sudah memperkirakan saat dimana Kankuro akan menceritakan semua hal tentangnya padamu. Dia tahu semua ini akan terjadi, jadi coba kau pikirkan alasan kenapa dia meninggalkanmu. Semua ini berhubungan dan aku tahu kau tidak bodoh, Neji. Kau tidak bodoh, kau hanya butuh waktu untuk memahami semuanya. Sama seperti Gaara yang membutuhkan waktu untuk menekan perasaannya untukmu."

.

.

TBC

.

.

A/N: Apa masih ada yang mengharapkan lanjutan 'A Little Secret' ini? Saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa menyelesaikan chapter ini. Karena 'suasana' fic ini cukup berat, saya kesulitan mendapatkan mood-nya -,- Ah, saya juga tidak mengedit fic ini sebanyak biasanya, jadi pasti ada beberapa typo(s). Semoga update-an ini tidak mengecewakan ^^