Author
Im Wura Akira
Casts
Luhan as main cast
Guess it!
Genre
Romance, Friendship, School life
Disclaimer
Nama tokoh hanya meminjam tanpa sepengetahuan pemiliknya. Tetapi cerita tetap milik Wura.
Summary
Ini kisah tentang Luhan, suka dukanya menjadi jurnalis sekolah, juga kisah cintanya.
Warning!
GS! Genderswitch for EXO's uke!
.
.
.
"Bagaimana Luhan? Tolong dengan sangat, bicarakan dengan orang tuamu sekali lagi. Kamu sangat dibutuhkan di sini."
"Tapi sunbae.."
"Kumohon Luhan, jika memang tidak boleh, yasudah, gak papa. Tapi tolong bujuk orang tuamu sekali lagi."
Luhan keluar dari ruang jurnalistik sekolah dengan tertunduk lesu, ia mendesah pasrah.
.
.
.
"Ma, boleh apa tidak?" Di kamar asramanya, Luhan terlihat menelepon ibunya. Ia berjalan mondar-mandir menanti jawaban dari ibunya dengan gusar.
"…"
"Nggak boleh ya, ma?"
"…"
"Iya, ma. Yaudah, gitu aja. Luhan tutup ya." Luhan memutus sambungan teleponnya. Ia menghela napas dengan kasar. Ibunya memang keras kepala. Ia yakin harus benar-benar minta maaf kepada seniornya kali ini, karena tidak bisa mewujudkan keinginan senior kesayangannya itu.
"Ada apa Luhan?" Tanya teman sekamarnya, Yixing.
"Minyoung sunbae memintaku untuk menjadi ketua klub jurnalis." Jawab Luhan sembari mendekati Yixing. Yixing nampak sibuk dengan laptopnya. Dalam posisi tengkurap di atas kasur, Yixing tengah asik mengetikan sesuatu di layar laptonya. Luhan menebak Yixing pasti mencari video dance cover di Naver.
"Biar kutebak, ibumu pasti melarang."
"…"
"Kenapa memangnya?" Tanya Yixing lagi. Luhan mendesah lagi. Ini memang salahnya. Ia tahu jika ibunya sangat khawatir padanya. Menjadi ketua klub berarti juga menjadi anggota OSIS. Setahun yang lalu, saat ia masih kelas satu SMA, ia terpilih menjadi wakil ketua klub jurnalis. Di tahun keduanya, Minyoung meminta secara pribadi padanya agar Luhan mau mencalonkan diri menjadi ketua klub jurnalis menggantikan dirinya yang sudah kelas tiga. Peraturan sekolah mengatakan bahwa ketua klub harus dari kelas dua, dan wakil ketua klub dari kelas satu.
"Ia takut pada prestasi belajarku yang menurun, Xing. Ia juga khawatir pada kesehatanku." Dulu ia sangat senang menjadi wakil ketua klub, apalagi wakil ketua klub bukan anggota OSIS, jadi tidak terlalu banyak menyita waktunya. Tetapi, sekarang ia tidak bisa maju untuk jadi ketua klub. Ibunya melarangnya menjadi anggota OSIS. Salahnya memang, karena nilainya menurun di semester kedua tahun pertamanya, karena ia begitu sibuk mengurusi kegiatan jurnalisnya. Belum jadi OSIS saja nilainya menurun, apalagi nanti jika jadi anggota OSIS? Begitulah isi pikiran Heechul, ibunya. Heechul juga khawatir pada Luhan perihal kesehatannya. Pernah sekali Heechul meneleponnya pukul 10 malam, tetapi nomernya tidak aktif. Yixing yang saat itu berniat menginap di rumah Minseok, kaget mendapat telepon dari Heechul. Ia sangat khawatir akan kondisi putrinya. Yixing, masih ingat saat itu, ia tergopoh-gopoh pulang ke asrama, dan tidak jadi menginap untuk melihat kondisi Luhan. Betapa kagetnya ia saat menuju kamar asramanya, ia melihat Luhan tengah berbaring di kasur, ditemani Kyungsoo yang sibuk mengompres dahi Luhan. Ia melihat Luhan meracau memanggil ibunya. Kyungsoo mengatakan jika Luhan sibuk menyelesaikan artikel mading dan baru sampai di asrama 10 menit sebelum Yixing datang. Heechul yang berada di China, tentu saja khawatir. Luhan akhirnya pasrah saja mengetahui keputusan ibunya. Ia masih sangat bersyukur diperbolehkan ikut aktif di klub jurnalis walau tidak menjabat sebagai orang penting di klubnya.
Ya, Luhan harus bersyukur akan hal itu.
.
.
.
"Lu, kau tahu, aku sangat sedih sekali." Yixing memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat. Luhan mendecih melihatnya.
"Tidak ada yang menarik dari murid lelaki kelas satu." Luhan memutar bola matanya malas mendengar celoteh teman sebangku dan sekamarnya itu. Tiba-tiba Luhan merasa ada yang aneh dengan perutnya. Ia memegangi perutnya dan merintih.
"Tidak ada penyegaran mata jika kau melihat hoobae laki-laki kita. Ah, mataku butuh asupan orang-orang tampan untuk cuci mata." Curhat Yixing yang dibalas geraman Luhan. Luhan sudah tidak kuat lagi, perutnya mulas.
"Yakk! Xi Luhan! Kau tidak mendengarkanku eoh?"
"Xing, aku ke toilet dulu ya. Simpan ceritamu untuk nanti!" Luhan lari terbirit-birit menuju toilet meninggalkan Yixing. Yixing meletakkan sumpitnya dengan kasar. Ia mendengus. Lagi-lagi ia harus makan sendirian di kantin.
.
.
.
"Luhan diare."
"APAA?"
"Bisa lebih keras lagi? Sakit telingaku!" Yixing mengusap-usap kedua telinganya dan berekspresi kesakitan. Ia harus menyampaikan pesan Luhan karena tidak bisa ikut klub jurnalis hari ini. Ia masih ingat ekspresi wajah Luhan yang berniat pulang lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Ekspresi menahan sakit. Sakit perut lebih tepatnya.
"Oh, maaf Xing. Aku hanya kaget. Tapi ini pertemuan pertama klub jurnalis. Dan langsung ada pemilihan wakil ketua klub."
"Luhan percaya kau bisa mengatasinya, Baek. Ia percaya pada pilihanmu." Yixing menepuk-nepuk bahu Baekhyun menguatkan.
"Tetapi aku tidak enak padanya." Wajar Baekhyun mengatakan hal itu. Luhan lebih berpengalaman, karena ia pernah menjabat sebagai wakil ketua klub sebelumnya.
"Sekarang kau ketua klubnya Baek, kau lebih berhak memutuskan. Sudah ya, aku harus ke ruang tari! Bye BabyBaek!" Yixing melambaikan tangannya lalu berniat pergi. Tetapi suara Baekhyun menginterupsi.
"Eh, tunggu! Kenapa Luhan bisa diare?" Yixing memutar bola matanya jengah. Baekhyun adalah orang kesekian yang bertanya hal yang sama.
"Biasa. Jajjangmyun level 10."
.
.
.
Luhan melenggang santai memasuki ruang jurnalistik. Ia harus meminta maaf kepada rekan-rekannya karena tidak dapat hadir minggu lalu dikarenakan sakit. Saat masuk, ia melihat beberapa murid kelas satu yang mengikuti klub jurnalis tengah duduk melingkar di meja diskusi. Luhan menatap wajah juniornya satu-persatu dengan seksama. Luhan tidak percaya ini. Ia masih ingat kata-kata Yixing minggu lalu.
Tidak ada yang menarik dari murid lelaki kelas satu.
Faktanya bagi Luhan, para junior di hadapannya yang memiliki gen laki-laki adalah orang tinggi-tinggi, berbadan atletis, eh, tapi ada yang mungil dan cute satu orang sih. Yang jelas mereka tampan-tampan.
"Luhan, ini wakil ketua klub yang kupilih. Atas pertimbangan dari yang lainnya juga sih." Luhan menoleh. Ia mendapati sesosok murid laki-laki jangkung, berdagu runcing, bermata sipit, dan berkulit putih pucat dengan tatapan tajam seolah akan mengulitinya. Di sebelah lelaki itu, Baekhyun tengah menautkan jemarinya gelisah. Ia tidak sanggup melihat reaksi Luhan. Apalagi jika Luhan menolak pilihannya.
"Oh My God Baek!" Baekhyun terkaget. Luhan yang memelototkan matanya membuat Baekhyun semakin menunduk takut. Ia benar-benar takut Luhan tidak setuju dengan pilihannya.
"Apa kau sependapat denganku?" Cicit Baekhyun pelan sekali. Ia mendadak paranoid. Luhan yang mendengar nada suara Baekhyun langsung memasang kembali ekspresi mukanya seperti semula. Ia tidak tega pada Baekhyun. Padahal ia memelototkan matanya bukan karena tidak terima, tetapi karena terpesona. Wajah siswa itu benar-benar tampan dan berhasil membuatnya terpesona. Luhan bersumpah jika ia harus memeriksakan Yixing ke dokter mata.
"Siapa namanya Baek?"
"Annyeong haseyo, sunbaenim. Oh Sehun imnida." Bahkan suaranya mampu membuat Luhan serasa terbang.
Menurut Luhan, pilihan Baekhyun benar-benar tepat, tepat sekali.
TBC/END?
.
.
Annyeong haseyo, minna! Wura upload ff berdasarkan pengalaman pribadi. Jadi ceritanya saya mau curcol tentang suka duka menjadi jurnalis sekolah. Untuk kisah cintanya, saya mah jelas mengarang bebas! Kekekeke
Baidewei, buat yang mau ff ini lanjut, please review dan komen tentang cara upload ff berchapter di ffn. Saya bingung chinguya.. Bbuing-bbuing
Oke saya tau anda akan muntah
-Im Wura Akira-
Review please?
