Disclaimer: Hideaki Sorachi. this story is a non-profit work


As Time Goes By

a drabble collection

violet autumn


#1 - Hide

"Oi, Zura! Tak bisakah kau geser sedikit? Kau pikir bersembunyi seperti ini mudah?" ucap anak laki-laki berambut keriting pendek itu, sembari merapatkan duduknya ke pojok dinding.

"Ssst! Bukan Zura, tapi Katsura. Dan Gintoki, kita harus diam dan tidak boleh berisik disaat seperti ini. Ini butuh keahlian khusus," ia memperingatkan Gintoki dengan suara setengah berteriak, namun telunjuk tangan kanan menempel dibibir, mengisyaratkan temannya untuk diam.

Gintoki mencibir.

"Aku tak mau dengar itu dari orang yang minta diajak membolos untuk pertama kali. Aku lebih berpengalaman, tahu! Jadi menyesal membawamu tadi, merepotkan."

Tap. Tap. Tap.

Suara langkah kaki. Keduanya terdiam.

Tampak sosok bayangan seorang anak laki-laki dengan tangan mengepal. Gintoki mulai merinding, tangan kanannya mencengkeram pakaian Katsura.

"Zura, itu bukan hantu, kan?" bisiknya.

"Bukan Zura, tapi Katsura."

"Hentikan itu, bodoh."

"…Tidak ada hantu sore-sore begini, Gintoki."

Tap.

Suara langkah kaki itu berhenti. Sepasang kaki yang mengenakan sandal tertangkap oleh mata kedua anak laki-laki itu, dua-duanya kemudian mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang berdiri disana.

Takasugi berdiri disana dengan raut wajah heran.

"Kenapa kalian harus sembunyi di dekat tong sampah?" tangannya membuka tutup tong sampah, lalu memasukkan gumpalan kertas yang daritadi digenggamnya kedalam sana.

"Aku tidak mengerti. Gintoki yang mengajariku."

"Jangan mau diajari yang begitu, Zura. Kau ini aneh."

Seorang laki-laki tak sengaja melintas disana, rambutnya panjang melewati bahu dan raut wajahnya terkesan lembut tapi juga tegas.

"Oh, Sensei!" sahut Katsura sambil melambaikan tangan pada guru kesayangannya. Takasugi mengerutkan dahi. Gintoki menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya yang mungil.

"Kalian rupanya."

Ah, tidak. Ini gawat.

Sang guru menyilangkan tangan di depan dada, lalu menatap Katsura dan Gintoki dengan tatapan menyelidik, "Kenapa kalian tidak ikut pelajaran hari ini, Katsura? Gintoki?"

Katsura tersadar kalau ia sedang bolos hari ini. Beberapa detik kemudian ia tersenyum pada Gintoki yang sudah memelototinya dengan tatapan jengkel.

"Aku pergi dulu, Sensei," ucap Takasugi dengan tenang sambil membungkukkan badannya kemudian berlalu. Biarkan saja dua temannya yang aneh itu yang mengurus ini semua.

Gintoki menatap anak laki-laki berambut hitam pendek itu dengan tatapan sendu yang dibuat-buat.

'Takasugi! Jangan tinggalkan aku!'

"Ng… Sensei! Aku dan Gintoki sebenarnya tak ingin— "

"Tak ingin apa, Katsura?"

"Ng…"

Gintoki lagi-lagimenggeleng putus asa, ini pertama kalinya dia ketahuan.

"Zura, ini semua salahmu."