Disclaimer : Masashi Kishimoto
FF : Aries Fanfiction
Genre : Drama, Romance, Hurt/comfort, Family
Rate : T-M
Pairing : SasuNaru, GaaNaru
Warning
Lemon, Boys Love
cerita ini hanya fiktif dengan meminjam beberapa chara dalam anime/manga Naruto milik Masashi Kishimoto sensei. maaf jika tulisan ini masih acak-acakan karna saya bukanlah seorang penulis yang profesional tapi, ingin terus belajar untuk menjadi penulis prefesional. cerita ini khusus dipersembahkan untuk para fudanshi dan fujoshi. jika kalian bukan kategori tersebut, mohon jangan dilanjutkan untuk membaca cerita ini. sekian dan terimakasih.
character in story:
uchiha naruto: 16 thn
uchiha sasuke: 18 thn
sabaku gaara: 18 thn
Mansion uchiha
BRUK
Ruang makan yang awalnya sepi berubah gaduh saat seorang pemuda berambut pirang dengan tiga garis tipis yang menghiasi kedua pipinya terjatuh karna kecerobohannya sendiri.
"ittai..." rintihnya sambil memegang pergelangan kaki kanannya yang terasa sakit. sepertinya kaki kanannya terkilir karna insiden tadi
"kapan kau akan berhenti bersikap bodoh seperti itu naruto. Ingat, kau adalah seorang uchiha" ucap uchiha fugaku yang tidak lain adalah kepala keluarga di rumah itu. Tanpa memandang kepada uchiha bungsu itu, fugaku melanjutkan kembali menyantap sarapannya yang tadi terhenti karna ulah anak angkatnya itu. ya, uchiha naruto adalah seorang anak angkat.
"gomen, otou-san" naruto menunduk, mencoba menentralisir rasa sakit di hatinya.
"sasuke, jangan lupa dengan perkaataan ayah tadi. Kau mengerti"
"Hn" jawab pemuda bersurai reven yang duduk di sisi kiri meja makan. Sesekali manik hitam miliknya memperhatikan naruto yang sedang berusaha berdiri. Ia bisa menangkap ekpresi kesakitan dari wajah adiknya itu.
Uchiha fugaku segera menyudahi sarapannya lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan makan. Tapi sang anak bungsu segera memanggilnya
"otou-san, apakah hari minggu otou-san sibuk? Sekolahku akan mengadakan pameran lukisan. Lukisanku akan jadi salah satu lukisan yang akan dipajang di pameran tersebut. Aku ingin otousan melihat luki- "
"kau bisa mengajak iruka" untuk kesekian kalinya naruto harus menelan kekecewaan atas penolakan sang ayah dan memandang nanar pada punggung tegap yang semakin menjauh itu.
Harusnya ia bisa belajar dari pengalaman sebelum-sebelumnya. Entah apa yang ia pikirkan sampai terus mengulang kesalahan yang sama puluhan kali, tidak...lebih tepatnya ratusan kali. Ajakannya selalu ditolak oleh sang ayah dan berakhir dengan iruka, kepala pelayan keluarga uchiha yang akan menggantikan posisi sang ayah untuk berada disisinya.
Atau karna statusnya yang hanya seorang anak angkat yang membuatnya berbeda di mata sang ayah. Tidak, bukan karna itu. Dulu ayahnya itu juga menyayanginya sama seperti kakak laki-lakinya, uchiha sasuke. Tapi kasih sayang kepala keluarga uchiha itu lenyap setelah kejadian yang menimpa keluarga itu 7 tahun yang lalu.
"mmm sasuke-nii, apa pagi ini aku boleh menumpang mobilmu? Aku takut terlambat tiba disekolah dengan keadaan kaki seperti ini" naruto menundukkan kepalanya, tak berani menatap sasuke
sejujurnya hubungan mereka tak begitu akrab sejak awal naruto menginjakan kaki di mansion uchiha tersebut. Entah apa kesalahan yang telah naruto perbuat hingga sasuke terus bersikap dingin kepadanya. Mungkin anak tunggal keluarga uchiha itu tak suka saat kedua orang tuanya mengangkat naruto dan menjadikan pemuda pirang itu bagian dalam keluarga uchiha.
"cepat selesaikan sarapanmu, aku akan menunggu di mobil" sasuke segera mengenakan tas selempangnya lalu pegi meninggalkan naruto yang terlihat shock mendengar jawaban sasuke. Sebenarnya ia tak banyak berharap sasuke akan memberikannya tumpangan kesekolah. Meski mereka satu sekolah tapi selama ini ia selalu pergi ke sekolah dengan kendaraan umum atau dijemput sesekali oleh kiba, sahabatnya.
Konoha internasional high school
Mobil sport hitam milik sasuke memasuki perkarangan sekolah mewah konoha internasional. Tanpa membuang banyak waktu sasuke segera memarkirkan mobilnya.
"arigatou nii-san" naruto terlihat bahagia saat mengucapkan rasa terima kasihnya kepada sasuke.
"Hn"
"sampai ketemu di rumah sasuke-nii, aku pergi dulu" setelah pamit, naruto segera turun dari mobil.
Sasuke terus memperhatikan jalan adiknya yang sedikit pincang karna kaki kirinya yang terluka itu
"baka otouto" gumamnya, lalu segera turun.
"ehh...a—apa yang sasuke-nii lakukan?" tanya naruto kaget karna sasuke sudah ada di hadapannya dengan posisi berjongkok membelakanginya.
"naik kepunggungku. Aku akan mengantarmu ke kelas"
"ta—tapi..."
"cepatlah dobe"
Naruto pasrah mengikuti perintah nii-sannya itu. ia tak ingin mengambil resiko buruk jika tak menuruti perkataan sasuke. Kedua tangannya ia lingkarkan di leher sasuke dan mulai menyandarkan beban tubuhnya di punggung sasuke.
Sepanjang koridor sekolah, naruto terus menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah menahan malu di punggung sasuke. Bagaimana tidak, setiap pasang mata siswa yang mereka lewati bagai ingin menelannya hidup-hidup.
"nii-san, a-ku turun disini saja ya. Kelasku juga sudah dekat kok"
"tidak"
"ta—pi aku risih dengan tatapan mereka semua. Apalagi para fans girl mu. Mereka seperti akan membunuhku hidup-hidup"
"kau berani menentangku naruto?!"
"tidak, bukan seperti itu maksudku nii-san"
"kalau begitu kau diam saja. Jangan pedulikan mereka. Lagian apa yang kau cemaskan. Seluruh sekolah juga tau kalau kita ini cuma kakak adik"
DEG
"hmm, kau benar. Kita cuma kakak adik" ujarnya lirih.
'maafkan aku nii-san. Maafkan aku karna telah lancang mencintaimu. Kau pasti jijik padaku kalau tahu bahwa aku yang seorang laki-laki berani-beraninya menyukai mu' batin naruto sedih. Ingin menangis rasanya saat ia tau kalau cintanya pada sasuke tak akan pernah mendapat akhir yang indah. Bagaimana mungkin bisa menjadi akhir yang indah jika awal untuk mengungkapkan perasaan itu saja tak akan pernah bisa.
"sasuke-nii"
"Hn"
"gomen"
Keduanya diam. Tak satupun berniat memulai pembicaraan. Bahkan kini mereka sudah berada di depan pintu kelas naruto. Sasuke sedikit membungkuk, mencoba merendahkan tubuhnya agar naruto bisa turun dari gendongannya
"ada apa?" tanya sasuke langsung ke inti.
"tidak ada apa-apa" naruto mencoba tersenyum. Ia tak ingin sasuke tau bagaimana sakitnya perasaannya saat ini. Bahkan rasa sakit yang ia rasakan sekarang jauh lebih sakit dari pada saat ia diabaikan oleh sang ayah
"jangan membohongiku. aku tau kau hanya memaksakan senyumanmu itu"
"aku baru ingat kalau aku belum mengerjakan pr dari asuma sensei. Aku masuk ke kelas dulu sasuke-nii"
mengalihkan pembicaraan. Sasuke tahu itu. tapi ia hanya diam saat naruto segera masuk ke kelasnya dan segera menutup pintu kelas tersebut
"ohayou nar-" perkataan kiba terhenti saat melihat keadaan naruto yang berjalan pincang ke arah mejanya.
"kakimu kenapa naruto?"
"tadi pagi aku sedikit mengalami kecelakaan kecil di rumah" naruto meletakkan tasnya di atas meja samping kiba dan segera duduk di bangkunya.
"tadi aku lihat kau di antar sasuke senpai"
Naruto bungkam, lalu membenamkan kepalanya diatas kedua tangannya yang berada di atas meja. Jauh didalam, seluruh pertahanannya telah runtuh. Ucapan sasuke tadi yang menegaskan hubungan diantara mereka benar-benar membuatnya kembali terluka dan merasa frustasi.
Melihat keterdiaman naruto, kiba memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut lagi mengenai sasuke. Meskipun naruto tak pernah mengatakan kalau ia menyukai sasuke kepada dirinya, tapi kiba bukan orang bodoh yang tak bisa melihat tatapan dari perasaan cinta yang dimiliki oleh naruto untuk sasuke. Dan lagi-lagi, pengertian dalam diamlah yang bisa ia berikan untuk sahabatnya itu.
Kiba melirik jam tangannya, 3 menit lagi sebelum jam pelajaran dimulai. Ia tak ingin naruto mendapat masalah jika pemuda blonde disampingnya itu tak segera menata hatinya kembali. Jam pertama adalah mata pelajaran asuma sensei. Sensei yang selalu dengan kejamnya menyuruh muridnya keluar kelas jika dia melihat ada murid yang tak berminat untuk mengikuti jam pelajaran yang ia ajarkan. Dari pada moodnya rusak di tengah pelajaaran gara-gara ada siswa yang membuat dia emosi, mending itu murid ia binasakan lebih awal di jam pelajarannya.
"tiga menit lagi pelajaran akan dimulai naru" ucap kiba dengan suara halus. Ditepuknya bahu naruto pelan
Naruto menghela nafas, lalu menghembuskannya kuat-kuat. Ketika wajahnya terangkat. Kesedihan yang terakumulasi membuat kiba tertegun. Tetapi kiba tetap tak ingin bertanya apapun.
" mau kemana?" tanya kiba saat melihat naruto yang tiba-tiba berdiri
"Aku ingin mencuci muka sebentar"
"biar kutemani" ucap kiba yang ikut berdiri dari kursinya
"tidak usah, aku ingin sendiri dulu saat ini. Maaf kalau kau harus duduk sendirian di jam pelajaran asuma sensei, kiba"
"yasudah. Kau tenangkan saja dulu pikiranmu. Nanti akan kubilang ke asuma sensei kalau kau lagi sakit di ruangan uks"
"arigatou kiba" ucap naruto tersenyum
"jangan tersenyum seperti itu bodoh. Senyumanmu itu lebih terlihat seperti air mata bagiku. Cepat pergi sana. Nanti keburu sensei masuk kelas"
Tidur tenang naruto terganggu saat telinganya menangkap suara-suara asing yang berasal entah dari mana. Ia sekarang berada di atap sekolah. Tempat itu harusnya selalu sepi karna tidak ada murid yang pernah mendatangi atap sekolah. karna merasa tempat ini aman, makanya naruto selalu kesini setiap ia ada masalah. Seperti hari ini.
Saat kedua manik secerah langit itu terbuka, naruto melirik jam tangan yang melingkar di tangannya "sial, sudah berapa jam aku tertidur" umpatnya lalu segera bangun dari posisi telentang saat ia tidur tadi.
"cih, ini benar-benar hari sial untukku" dengan cuek naruto berjalan ke arah satu-satunya pintu yang ada di atas atap gedung sekolahnya tersebut. Berusaha tak peduli dengan aksi pembully-an yang tengah dilakukan oleh senpai-senpainya terhadap seorang siswa laki-laki seangkatannya.
Sekali lihat saja naruto sudah tahu kalau masalah kali ini mengatas namakan senior dan junior. Setiap tingkatan kelas di konoha internasional high school memang tercetak jelas pada blazer hitam yang dikenakan setiap siswa. Angka romawi yang melambangkan tingkatan kelas itu terlihat jelas tepat di bagian dada sebelah kiri yang tersulam dengan benang berwarna emas. Berada tepat di bawah lambang kebanggaan sekolah swasta elit tersebut.
"berhenti kau pirang" panggil pemuda berambut panjang yang mempunyai warna rambut senada dengan naruto.
"apa ku bilang, ini memang hari sialku" gumam naruto lalu berbalik menghadap ke arah lima senpainya itu
"jangan salah paham senpai. Aku bukan bermaksud ikut campur urusan kalian. Aku hanya lebih dulu berada disini dari pada kalian"
"sepertinya aku mengenalmu" ucap teman dari pemuda berambut pirang panjang tadi
"kau benar hidan, aku juga merasa familiar dengan bocah ini" tampak pemuda beramput merah sedang berpikir. Mencoba mengingat dimana ia pernah melihat wajah naruto
"ternyata kau mempunya pemikiran yang sama denganku sasori"
"daripa mempermasalahkan itu, apaka kalian tidak sedikit kejam dengannya" tunjuk naruto pada pemuda yang tengah meringkuk dilantai dengan banyak luka lebam diwajahnya
"bagaimanapun perkelahian ini tidak adil. lima orang senpai menghabisi seorang junior. Seperti pencundang saja" naruto berjalan menghampiri pemuda yang menjadi korban kekejaman para senpainya tersebut.
"kau baik-baik saja?" tanya naruto yang dibalas dengan anggukan lemah dari pemuda tersebut
SRET
Dengan kasar, kerah baju naruto ditarik paksa oleh pemuda berambut merah bermata ungu dengan lingkaran seperti spiral "kau, uchiha naruto bukan? Anak kelas satu. Adik dari-"
"uchiha sasuke" pemuda bersurai merah yang memiliki tato bertuliskan huruf kanji di dahinya memotong ucapan nagato
"haha...kebetulan sekali ya kalau begitu, gaara" ucap deidara menyeringai saat mengetahui indentitas naruto
"kau benar-benar dalam masalah bocah. Apa kau tau kami siapa?"
"apa peduliku mata aneh. Lepas!" maki naruto pada nagato. Ia terus meronta agar senpainya itu melepas cengkraman pada kerah kemeja putih miliknya.
"karna kau mempunya wajah yang manis, maka aku akan memberikanmu sedikit informasi. Kami adalah akatsuki. Orang-orang yang berkuasa di sekolah ini. Dan uchiha sasuke, dia adalah musuh kami sekaligus rival abadi gaara"
"gaara, tentu kau tidak akan melewatkan kesempatan ini bukan?" hidan semakin bersemangat melihat mangsa empuk mereka tak berdaya melawan nagato
"habisi dia" perintah pemuda yang di panggil gaara tersebut
"akhirnya kau mengucapkan kata-kata itu juga gaara. Hey uchiha, tamatlah riwayatmu" pemuda bernama sasori itu segera mendekat ke arah naruto. Di susul dengan hidan dan deidara dengan senyum iblis yang menakutkan
BUKKK
BUKKK
BUKKK
BUKKK
Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari naruto, keempat senpainya itu menghajar tubuhnya tanpa belas kasihan. Kesempatan untuk balas dendam kepada uchiha sasuke tak akan pernah mereka lewatkan begitu saja, walaupun pembalasan itu lewat orang yang salah. Selama masih ada hubungannya dengan sasuke, mereka akan menghancurkan tanpa tersisa.
"apa yang akan kau lakukan setelah melihat keadaan adikmu seperti itu sasuke. Membunuhku? Hahhh...aku tak sabar melihat ekspresi datar mu itu hancur. Pasti sangat menghibur" dengan senyum liciknya, gaara terus menonton ke empat temannya menghajar naruto tanpa berniat ikut ambil bagian dalam pengeroyokan uchiha tersebut. Melihat ekspresi kesakitan di wajah uchiha bungsu itu menjadi hiburan tersendiri untuknya
"ada apa ini?! Apa yang kalian lakukan?!"
"cih, mengganggu kesenanganku saja" dengan kesal gaara melihat orang yang berjalan menghampiri mereka
